Komedo

Revisi sejak 7 Juli 2024 09.34 oleh Andrewn123 (bicara | kontrib) (revisi definisi komedo, jenis-jenis komedo, dan patomekanisme akne vulgaris)


Komedo merupakan lesi nonradang berupa penyumbatan keratin dan sebum pada bukaan folikel rambut (pori-pori kulit). Komedo biasa mengandung bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, atau Malassezia furfur. Komedo dibagi menjadi dua:

  1. Komedo terbuka (blackhead): komedo yang bukaan folikel rambutnya terdilasi (melebar), sehingga sumbatannya terlihat jelas pada permukaan kulit.
  2. Komedo tertutup (whitehead): komedo yang bukaan folikel atau lubang pori-porinyanya tidak terdilasi (melebar) secara lebar, sehingga terlihat seperti papul. Sumbatan keratin dan sebum tidak terlihat jelas pada permukaan kulit karena masih tertutup lapisan kulit luar (epidermis). Karena keratin dan sebum ini tidak dapat keluar, sumbatan ini dapat sewaktu-waktu ruptur (pecah) dan menyebabkan lesi kulit yang sifatnya radang.[1]
Komedo
Foto makro komedo yang diambil dari wajah pria, dalam resolusi tinggi.
Informasi umum
SpesialisasiDermatologi Sunting ini di Wikidata

Komedo muncul pada beberapa jenis penyakit kulit. Penyakit paling umum adalah akne vulgaris atau istilah umumnya adalah jerawat. Akne vulgaris hanyalah salah satu dari jenis penyakit akne. Kondisi yang menyerupai akne--tetapi bukan merupakan akne--seperti erupsi kulit imbas produk kosmetik, tidak memiliki lesi komedo, walaupun penampakannya mirip akne. Erupsi kulit (istilah umum: beruntusan) ini acapkali muncul misal setelah menggunakan produk kulit di wajah yang tidak cocok. Akne jenis lain seperti imbas obat-obatan steroid seperti Sindrom Cushing dan kondisi lain akibat berlebihnya hormon kortisol dalam tubuh, hiperkortisisme, juga memiliki gejala serupa akne vulgaris, tetapi tidak memiliki komedo. Sehingga, kondisi tersebut tidak dapat disebut sebagai akne vulgaris atau jerawat.[2] Kondisi lain adalah naevus comedonicus yang menyerupai komedo terbuka, tetapi sesungguhnya bukan komedo.

Penyakit lain yang memiliki lesi kulit bereupa komedo adalah hidradenitis supurativa. Pada penyakit ini, komedo yang muncul biasa berupa komedo terbuka yang seolah membentuk terowong (open-ended comedones) dan biasa muncul pada lipatan kulit seperti ketiak.[3]

Faktor risiko dan etiopatogenesis

Penyebab dan faktor-faktor risiko yang dibahas berikut merupakan faktor-faktor terbentuknya komedo pada akne vulgaris.

Faktor yang berkemungkinan seseorang berisiko mengalami penyumbatan pori-pori adalah genetik. Faktor lain yaitu adanya kondisi yang menyebabkan resistensi insulin (seperti diabetes melitus tipe dua) dan hingginya kadar dehidroepiandrosteron (DHEA) serum. DHEAS merupakan prekursor hormon testosteron dan DHT. Pada sindrom ovarium polikistik (PCOS), dihidrotestosteron (DHT) meerupakan salah satu bentuk hormon androgen poten yang diubah menjadi DHEA. Hal ini menjelaskan orang dengan sindrom ovarium polikistik dapat memiliki akne. Faktor lain yang dapat berperan misalnya produk-produk berminyak (seperti pomade), pakaian, dan keringat. Faktor seperti pola makan (produk turunan susu) masih belum diketahui apakah dapat memengaruhi akne.[4]

Penyebab akne vulgaris yang menyebabkan munculnya komedo ini sampai sekarang masih belum diketahui. Patogenesis (mekanisme) penyakit akne vulgaris bersifat kompleks. Hingga kini, ada empat unsur yang mendasari patomekanisme terbentuknya akne, yaitu:

  1. Hiperproliferasi epidermis folikel
  2. Produksi sebum
  3. Bakteri Propionibacterium acnes
  4. Respons peradangan (inflamasi) dan imun

Patomekanisme akne dianggap diawali dengan adanya mikrokomedo yang diakibatkan oleh proliferasi berlebih lapisan epidermis pada bagian atas folikel rambut (infundibulum) bersamaan dengan meningkatnya adhesi (penempelan) keratinosit (sel kulit tanduk). Hingga kini, masih belum diketahui apa yang memprakarsai dan menstimulasi proliferasi berlebih dan peningkatan adhesi antarkeratinosit ini. Kedua hal ini menyebabkan obstruksi (penyumbatan) yang memungkinkan keratin, sebum, dan bakteri berakumulasi sehingga terjadi dilasi (pelebaran) pada bagian infundibulum folikel.[2]

Selanjutnya, produksi sebum di dalam folikel berperan dalam patomekanisme akne vulgaris. Kandungan utama sebum, trigliserida, akan dipecah oleh bakteri flora normal folikel P. acnes menjadi asam lemak bebas (free fatty acids). Asam lemak ini justru mendorong pertumbuhan P. acnes dan berimbas pada reaksi peradangan. Reaksi peradangan ini nantinya akan menghasilkan gejala-gejala dan tanda-tanda peradangan kulit seperti kemerahan, rasa nyeri, dan nanah.[2]

Kondisi yang memungkinan munculnya komedo

Komedo muncul pada beberapa jenis penyakit kulit. Penyakit paling umum adalah akne vulgaris atau istilah umumnya adalah jerawat. Akne vulgaris hanyalah salah satu dari jenis penyakit akne. Kondisi yang menyerupai akne--tetapi bukan merupakan akne--seperti erupsi kulit imbas produk kosmetik, tidak memiliki lesi komedo, walaupun penampakannya mirip akne. Erupsi kulit (istilah umum: beruntusan) ini acapkali muncul misal setelah menggunakan produk kulit di wajah yang tidak cocok. Akne jenis lain seperti imbas obat-obatan steroid seperti Sindrom Cushing dan kondisi lain akibat berlebihnya hormon kortisol dalam tubuh, hiperkortisisme, juga memiliki gejala serupa akne vulgaris, tetapi tidak memiliki komedo. Sehingga, kondisi tersebut tidak dapat disebut sebagai akne vulgaris atau jerawat.[2] Kondisi lain adalah naevus comedonicus yang menyerupai komedo terbuka, tetapi sesungguhnya bukan komedo.

Penyakit lain yang memiliki lesi kulit bereupa komedo adalah hidradenitis supurativa. Pada penyakit ini, komedo yang muncul biasa berupa komedo terbuka yang seolah membentuk terowong (open-ended comedones) dan biasa muncul pada lipatan kulit seperti ketiak.[3]

Jenis komedo

Berdasarkan ukuran

1. Komedo mikro

Komedo mikro adalah komedo yang berukuran sangat kecil dan pada umumnya tidak tampak oleh mata. Pada umumnya, komedo mikro terjadi sebelum terjadinya komedo terbuka dan komedo tertutup. Dengan sangat kecilnya komedo mikro ini maka komedo mikro hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop.[5]

2. Komedo makro Komedo makro adalah komedo yang besar dengan diameter rata rata diatas 1 mm. Komedo ini sangat mudah terlihat di wajah disebabkan ukurannya yang besar.[6] Dal lebih sering muncul pada wajah daripada di leher.[7]

3. Komedo raksasa

Komedo raksasa adalah komedo yang sejenis kista dimana terdapat ujung yang terbuka bewarna hitam diatasnya. Komedo raksasa ini juga berukuran besar seperti makrokomedo.

Berdasarkan penyebab

1. Komedo Solar

Komedo solar adalah komedo yang pada umumya sering dijumpai pada pipi dan dagu lansia. Komedo solar ini dipercayai disebabkan oleh paparan sinar matahari yang mengenai bagian pipi dan dagu pada lansia umumnya.[8]

Cara membuang komedo

Cara membuang komedo:

  1. Pijatan dengan jari, atau
  2. Menggunakan ekstraktor komedo

Pastikan tangan atau alat yang digunakan dalam keadaan steril.

Komedo jenis terbuka

Melakukan tekanan vertikal secara lembut di sekeliling komedo. Jika tidak ada isi yang keluar, jari-jari dipindahkan ke lokasi berbeda di sekitar komedo dan prosedurnya kemudian diulang kembali. Jika lemak mulai keluar, tekanlah secara perlahan di beberapa tempat (dengan menggunakan dua jari berlawanan) sampai semua isi dikeluarkan. usap dengan kain yang bertekstur lembut dan steril.

Komedo jenis tertutup

Jika komedo sulit dikeluarkan, tusuklah dengan lembut di bagian tengahnya dengan jarum steril. Setelah itu, isi dari komedo dikeluarkan dengan prosedur yang telah dijelaskan pada langkah komedo jenis terbuka.

Pembersihan

Setelah perawatan menghilangkan komedo maupun jerawat pada langkah di atas, selanjutnya daerah yang sudah diekstrak harus dibersihkan dengan alkohol atau larutan antiseptik lain untuk menghindari iritasi.

Pengobatan

Derajat ringan

1. Komedonal

Pilihan pertama: retinoid topikal: tretinoin krim (0,025%, 0,05%, 0,1%), gel (0,025%)

Alternatif: retinoid topikal alternatif: adaphalene gel 0,1%, tazarotene gel 0,05%, 0,1% atau Azelaic acid krim 20% atau salicylic acid 2%

2. Papular/pustular

Pilihan pertama: retinoid topikal: lihat akne komedonal + antimicrobial topikal: klindamisin gel 1,2% dan sol 1,2% atau eritromisin sol 1%

Alternatif: antimikrobial topikal alternatif +retinoid topikal alternatif: lihat akne komedonal atau Azelaic acid krim 20%

Derajat sedang

1. Papular/pustular

Pilihan pertama antiobik oral

  • Tetrasiklin 500 mg 2x/hari. Absorbsi menurun bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan
  • Doksisiklin: 50–100 mg 2 x/hari
  • Minosiklin: 50–100 mg 2 x/hari
  • Klindamisin:150–300 mg 2-3 x/hari
  • + Retinoid topikal: lihat akne komedonal +/- Benzoil peroksida (BP) 2,5-5%

Alternatif antibiotik oral

  • Eritromisin 500 mg 2 x/hari
  • Sulfametoksazol 800 mg/trimetroprim 160 mg
  • Trimetroprim 300 mg 2 x/hari
  • + Retinoid topikal alternatif: lihat akne komedonal +/- BP 2,5-5%

2. Nodular

Pilihan pertama:

  • antibiotik oral: lihat akne papular
  • + retinoid topikal: lihat akne komedonal +/- BPO 2,5-5%

Alternatif:

  • isotretinoin oral:0,1- 2,0 mg/kgBB/hari s/d dosis kumulatif 120–150 mg/kgBB atau antibiotik oral alternatif: lihat akne papular
  • + Retinoid topikal alternatif: lihat akne komedonal +/- BPO/ Azelaic acid 20%

Derajat berat

Nodular/konglobata

Pilihan pertama: isotretinoin oral: lihat akne derajat sedang nodular

Alternatif: antibiotik oral dosis tinggi + retinoid topikal: lihat akne komedonal + BP Catatan: Antibiotik oral selama minimal 6-8 minggu.maksimal 12-18 minggu

Terapi pemeliharaan

  • Retinoid topikal: lihat akne komedonal atau keratolitik +/-BP (Benzoil peroksida) 2,5-5%[9]

Referensi

  1. ^ Dorland's Illustrated Medical Dictionary. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2012. hlm. 390. ISBN 978-1-4160-6257-8. 
  2. ^ a b c d Wolff, Klaus; Johnson, Richard Allen; Saavedra, Arturo P. (2013). Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. McGraw Hill Education. ISBN 978-0-07-179303-2. 
  3. ^ a b Wolff, Klaus; Johnson, Richard Allen; Saavedra, Arturo P. (2013). Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. McGraw Hill Education. hlm. 14. ISBN 978-0-07-179303-2. 
  4. ^ Williams, Hywel C.; Dellavalle, Robert P.; Garner, Sarah (2011). "Acne vulgaris". The Lancet. 379 (9813): 361–372. doi:https://doi.org/10.1016/S0140-6736(11)60321-8 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  5. ^ Burkhart, CG; Burkhart, CN (October 2007). "Expanding the microcomedone theory and acne therapeutics: Propionibacterium acnes biofilm produces biological glue that holds corneocytes together to form plug". Journal of the American Academy of Dermatology. 57 (4): 722–4. doi:10.1016/j.jaad.2007.05.013. PMID 17870436. 
  6. ^ Wise, EM; Graber, EM (November 2011). "Clinical pearl: comedone extraction for persistent macrocomedones while on isotretinoin therapy". The Journal of clinical and aesthetic dermatology. 4 (11): 20–1. PMC 3225139 . PMID 22132254. 
  7. ^ Primary Care Dermatology Society. "Acne: macrocomedones". Clinical Guidance. Primary Care Dermatology Society. Diakses tanggal 12 June 2013. 
  8. ^ DermNetNZ. "Solar comedones". New Zealand Dermatological Society. Diakses tanggal 16 June 2013. 
  9. ^ "Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia - Sebuah panduan bergambar." Emmy S. Sjamsoe Daili, Sri Linuwih Menaldi, I Made Wisnu, ISBN 979-99294-1-5

Pranala luar

Klasifikasi