Negeri 5 Menara

novel Indonesia

Negeri 5 Menara adalah novel karya Ahmad Fuadi [1]yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini bercerita tentang kehidupan Alif Fikri, seorang santri asal Maninjau, Sumatera Barat yang bersekolah di Pondok Madani (PM) Ponorogo, Jawa Timur, bersama lima teman-teman santrinya yang disebut Sahibul Menara. Cerita novel ini diteruskan dengan novel Ranah 3 Warna (2011) dan Rantau 1 Muara (2013). Novel ini telah diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 2013 dan sebuah serial web pada tahun 2019.

Negeri 5 Menara
PengarangAhmad Fuadi
IlustratorDoddy R. Nasution
Perancang sampulSlamet Mangindaan
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia, Bahasa Melayu
GenreEdukasi, Religi, Roman
PenerbitGramedia (Jakarta)
Tanggal terbit
Juli 2009
Halaman416
ISBNISBN 978-979-22-4861-6

Sinopsis

Alif adalah seorang remaja yang hidup di daerah Danau Maninjau dan baru lulus dari Madrasah Tsanawiyah bersama teman sekaligus saingannya Randai. Mereka sama-sama ingin bersaing masuk Institut Teknologi Bandung setelah lulus Sekolah Menengah Atas, tetapi orang tua Alif ingin dia meneruskan pendidikan ke sekolah Islam lagi. Alif awalnya tidak mau sampai dia mendapat pesan dari kerabatnya yang lulusan Pondok Madani, sebuah sekolah Islam di Ponorogo yang lulusannya fasih berbahasa asing dan punya karier di luar negeri. Alif pun tertarik dan menjadi santri di sana.

Di Pondok Madani, Alif mengikuti aturan-aturan yang ketat, mulai dari hanya boleh berbicara bahasa Inggris dan Arab hingga kewajiban membantu jaga malam. Di pondok, Alif diajarkan "mantra" berbahasa Arab man jadda wajadda yang artinya, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil." Mantra ini memotivasi Alif dalam kehidupannya di pondok. Di waktu senggang, Alif terbiasa berkumpul di bawah menara masjid bersama lima temannya: Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Karena tempat berkumpul mereka, mereka berenam biasa dipanggil Sahibul Menara. Pada suatu hari saat berkumpul, mereka melihat awan dan mendapat inspirasi untuk mimpi mereka masing-masing: Alif ingin pergi ke benua Amerika, Raja ingin ke Eropa, Atang ke Afrika, Baso ke Asia, dan Said dan Dulmajid ingin tetap di Indonesia.

Selama empat tahun belajar di Pondok Madani, Alif mulai menekuni jurnalisme sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahun terakhir, Baso pulang ke Gowa karena permasalahan ekonomi keluarga. Di sisi lain, Alif iri pada Randai yang sudah lulus SMA dalam tiga tahun dan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari pondok agar bisa segera mengikutinya ke ITB. Namun, ayah Alif datang dan mengubah pikirannya. Alif pun mengikuti ujian akhir pondok bersama Raja, Said, Dulmajid, dan Atang. Mereka berlima lulus dan pulang ke kampung halaman masing-masing.

Di prolog dan epilog novel, diceritakan bahwa di masa mendatang, Alif bekerja di Amerika Serikat dan mendapat undangan menjadi panelis di London. Atang yang bekerja di Mesir juga diundang ke sana, jadi Raja yang sedang tinggal di London mengajak mereka berkumpul. Diceritakan pula kabar Baso yang telah mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Mekah serta Said dan Dulmajid yang mendirikan pondok berbasis Pondok Madani di Surabaya.[2]

Karakter

  • Alif: Tokoh 'aku' dalam cerita ini.
  • Raja Lubis: Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat.
  • Said Jufri: Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger. Ia seorang penjaga kedisiplinan namun kehilangan jabatan setelah ia, Alif dan Atang pergi ke Surabaya tanpa izin.
  • Dulmajid: Dari Sumenep, Madura. Seorang pemain bulu tangkis, rekan latih tanding Ustad Torik.
  • Atang: Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater.
  • Baso Salahuddin: Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.

Karakter Lain

  • Amak
  • Ayah/Fikri Syafnir/Katik Parpatiah Nan Mudo
  • Pak Sikumbang
  • Pak Etek Muncak
  • Pak Etek Gindo Marajo
  • Pak Sutan
  • Ismail Hamzah
  • Burhan
  • Ustadz Salman
  • Kiai Amin Rais
  • Kak Iskandar Matrufi
  • Rajab Sujai/Tyson
  • Ustadz Torik
  • Raymond Jeffry/Randai
  • Ustadz Surur
  • Ustadz Faris
  • Ustadz Jamil
  • Ustadz Badil
  • Ustadz Karim
  • Kak Jalal
  • Amir Tsani
  • Pak Yunus
  • Kurdi
  • Ustadz Khalid
  • Shaliha
  • Sarah
  • Mbok Warsi
  • Zamzam

Latar

(Latar tempat)

Pondok Madami (PM), yang merupakan tempat pertama kali para tokoh seperti Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso, serta Kak Iskandar dan Rajab Sutai (tyson) Kak Iskandar dan Rajab Sujai (Tyson) menginjakkan kaki pertama kali untuk menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu yang didapat selama belajar di PM seperti yang telah dilakukan oleh para pengajar, seperti Ustad Salman, Ustad Torik. Selain itu, PM juga merupakan tempat tinggal Kiai Rais selaku pimpinan pondok serta ustad senior lainnya. Seperti dalam kutipan berikut.

"Pondok Madani diberkati oleh energi yang membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Belajar keras adalah gaya hidup yang fun, hebat dan selalu dikagumi. Karena itu, cukup sulit untuk menjadi pemalas di PM". 110

Selain Pondok Madani, Danau Maninjau, Sumatera Barat merupakan latar tempat yang sempat ditonjolkan dalam Negeri 5 Menara; merupakan tempat asal dan tempat tinggal Alif bersama Amak dan Ayah, yang kemudian dia harus merantau ke Jawa untuk menuntut ilmu di Pondok Madani. Sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.

"Sebelum meninggalkan rumah, aku cium tangan Amak sambil minta doa dan minta ampun atas kesalahanku... Baik- baik di rantau urang, Nak. Amak percaya ini perjalanan untuk membela agama. Belajar ilmu agama sama dengan berjihad di jalan Allah," kata beliau."111

"Selamat tinggal Bayur, kampung kecil yang permai. Halaman depan kami Danau Maninjau yang berkilau-kilau, kebun belakang kami bukit hijau berbaris. "112

Demikian pula di Washington DC, yang merupakan tempat Alif bekerja sebagai wartawan VAO. Kota Washington DC dijelaskan dengan penyebutan beberapa tempat, jalan dan gedung atau bangunan. Seperti terlihat dalam kutipan berikut.

"Kantorku berada di Independence Avenue, jalan yang selalu riuh dengan pejalan kaki dan lalu lintas mobil. Diapit dua tempat tujuan wisata terkenal di ibukota Amerika Serikat, The Capitol and The Mall, tempat berpusatnya aneka museum Smithsonian yang tidak bakal habis dijalani sebulan. Posisi kantorku hanya sepelemparan batu dari The Capitol, beberapa belas menit naik mobil ke kantor George Bush di Gedung Putih, kantor Colin Powel di Department of State, markas FBI, dan Pentagon. Lokasi impian banyak wartawan, "113

Kota Bandung, merupakan tempat tinggal Atang salah satu anggota Sahibul Menara. Selama liburan dua minggu setelah ujian Alif dan Baso memutuskan untuk ikut berlibur ke Bandung daripada tetap tinggal di PM. Selama di Bandung Atang sebagai tuan rumah mengajak Alif dan Baso berkeliling Bandung setelah hari pertama mereka sempat mengisi pengajian di masjid Unpad Dipati Ukur. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

"Besoknya Atang mengajak kami keliling Bandung naik angkot. Sesuai janji, Atang yang membayari ongkos. Dimulai dari melihat alam yang hijau Dago Pakar, melihat keramaian kota di Dago, Gedung Sata, toko pakaian di Cihampelas, keriuhan Alun-alun dan mencari buku-buku bekas dan murah di Palasari." Di hari berikutnya atas permintaanku, Atang juga mengajak kami masuk ke dalam kampus ITB di Jalan Ganesha dan Masjid Salman yang terkenal itu,"114

Tiga hari sebelum liburan berakhir, Alif, Baso dan Atang menyempatkan diri mampir ke Surabaya sebelum kembali ke PM. Surabaya adalah tempat tinggal Said salah satu dari anggota Sahibul Menara. Di Kota Surabaya, Said sebagai tuan rumah mengajak mereka berkeliling mulai dari melihat toko keluarganya di Pasar Ampel, pasar tertua di Surabaya sampai berbagai objek wisata di sekitar Surabaya. Seperti terlihat dalam kutipan berikut.

"...Said, dengan senang hati mengajak kami keliling ke berbagai objek wisata disekitar Surabaya, seperti Tunjungan Plaza, Jembatan Merah, dan Kebun Binatang."115

London juga merupakan salah satu latar tempat yang secara exsplisit disebutkan dalam Negeri 5 Menara. Ketika itu Alif mendapat tugas liputan ke London untuk wawancara dengan Tony Blair, perdana menteri Inggris, dan misi pribadinya menghadiri undangan The World Inter-Faith Forum. Disana dia bertemu dengan Atang dan Raja, anggota Sahibul Menara setelah lulus dari PM dan tidak bertemu selama sebelas tahun. London dijelaskan dengan penyebutan beberapa tempat, gedung atau bangunan. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

"Tidak lama kemudian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah lapangan beton yang amat luas. Dua air mancur besar memancarkan air tinggi ke udara dan mengirim tempias dinginnya ke wajahku. Square ini dikelilingi museum berpilar tinggi, gedung opera, dan kantor-kantor berdinding kelabu, tepat di tengah kesibukan London. 116

Tema

  • Persahabatan
  • Kerja keras dan ketekunan
  • Pendidikan dan nilai-nilai agama

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Hidayat, Yeni (2021-10-09). KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI. Penerbit YLGI. hlm. 2. 
  2. ^ Wicaksono, Arif; S, Naas Haryati; Sumartini, Sumartini (2014-10-24). "NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SEBAGAI PILIHAN BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SMA". Jurnal Sastra Indonesia (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 4. ISSN 2685-9599.