Frans David Cochius

Revisi sejak 10 Juli 2024 14.39 oleh Wagino 20100516 (bicara | kontrib) (menambah kotak info)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Frans David Cochius (Valburg, Overbetuwe, 1787Rijswijk, 1876) ialah seorang perwira zeni Belanda dan penerima Militaire Willems-Orde Ksatria Kelas III (sejak tanggal 7 Mei 1822).

Infobox orangFrans David Cochius

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran3 Desember 1787 Edit nilai pada Wikidata
Valburg (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Kematian1r Mei 1876 Edit nilai pada Wikidata (88 tahun)
Rijswijk Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanperwira militer (1814–1848), perwira militer (1810–1814) Edit nilai pada Wikidata
Cabang militerKoninklijk Nederlands-Indische Leger Edit nilai pada Wikidata
Pangkat militerJenderal Edit nilai pada Wikidata


Frans David Cochius

Cochius bertugas sebagai kapten di Militer Prancis antara tahun 1811-1814 dan pada tahun 1843 ditugaskan di Timur Jauh, pada tahun 1830 ia menjadi komandan korps pengamat di Salatiga yang ada di antara serdadu, marinir, dan marechausée dan pada tahun 1837 menaklukkan Bonjol, sebagai purnawirawan letnan jenderal.

Sebagai mayor jenderal, pada tanggal 16 Agustus 1837, Cochius menaklukkan kubu Sumatra yang kuat di Bonjol. Dengan penaklukan tersebut, perlawanan kaum Adat-Padri berakhir, yang sejak tahun 1831 berlangsung di daerah pegunungan Sumatera Barat tersebut. Kaum Paderi membentuk gerakan perlawanan, yang hampir tak dapat dipercaya, dengan cara itu sebagian besar orang Belanda Kristen berhati-hati, karena musuh telah bertekad akan menghalau mereka dari Sumatra dan di pulau tersebut akan dibentuk pemerintahan berdasar Islam. Mereka memanfaatkan taktik gerilya yang membuat gusar pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Di daerah bergunung tersebut pasukan kolonial selalu kalah antara tahun 1831-1837 meskipun kaum Paderi kadang-kadang kalah sepanjang jalannya tahun di sejumlah tempat. Pada tahun 1836, mereka berkubu di benteng pegunungan yang besar bernama Bonjol, yang selama setahun dikepung oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger tanpa hasil. Ketika lainnya kalah, Mayjen Cochius bertempur dengan kekuatan artileri besar dan sejumlah pasukan brilian yang menghancurkan pinggiran kubu tersebut. Perlawanan di Sumatera Barat dilaporkan dengan pasti saat itu. Aceh di utara pulau, baru bisa diduduki pada awal abad ke-20.

Atas kemenangan di Bonjol, pada tanggal 8 Mei 1838, Raja Willem I membuat sebuah penghargaan, Ruit van Bonjol, yang hanya untuk 23 orang militer pribumi yang "berani dan ulung" dan tak ditujukan untuk Cochius. Sebuah ornamen seragam perwira dinamai menurut Jenderal Cochius. Ornamen tersebut berbentuk bulu dari ayam hitam. Selain itu, sebuah benteng di Gombong dinamai menurut namanya, dan sekarang benteng itu berubah nama menjadi Benteng Van der Wijck.

Frans David bukanlah satu-satunya anggota keluarga Cochius yang dianugerahi Militaire Willems-Orde. Selain dia ada pula A. Cochius, Letnan Satu dan Perwira Medis yang dianugerahi Kelas I dan juga J.C.A. Cochius, LetTu yang dianugerahi gelar Ksatria.

Bibliografi

sunting
  • A.J.A. Quintus Bosz. "De geschiedenis van de Pupillenschool op het fort Generaal Cochius te Gombang (Midden-Java)".In: Mars et Historia 23 April 1904

Pranala luar

sunting
Jabatan militer
Didahului oleh:
Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers
Komandan KNIL
1835-1847
Diteruskan oleh:
Carel van der Wijck