Taman Nasional Lore Lindu
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu dan terletak antara 119°90’ – 120°16’BT dan 1°8’ – 1°3’LS.
Taman Nasional Lore Lindu | |
---|---|
IUCN Kategori II (Taman Nasional) | |
Letak Taman Nasional Lore Lindu | |
Letak | Sulawesi, Indonesia |
Kota terdekat | Palu |
Koordinat | 1°31′S 120°11′E / 1.517°S 120.183°E |
Luas | 2.180 km²[1] |
Didirikan | 1982 |
Pengunjung | 2.000 (tahun 2007[2]) |
Pihak pengelola | Kementerian Kehutanan |
Kalau dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja. Taman nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991,18 hektar (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi yang luasnya 189.000 km² atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km²) dengan ketinggian bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan sebagian kecil hutan dataran rendah (±10%).[3]
Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan bagian barat kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi Tengah, yakni sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Taman nasional ini terbagi atas tiga kawasan, yakni Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata Danau Lindu, dan Suaka Margasatwa Sopu Gumbasa.[4]
Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia.[5] Taman nasional ini juga merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, binatang hantu (tangkasi), kera tonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik.[5]
Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung Enggang Benbuncak juga disebut Rangkong atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore Lindu.[5] Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar taman ini, seperti kupu-kupu berwarna mencolok yang terbang di sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran sungai.[5]
Peninggalan megalitikum
Patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu seperti Lembah Napu, Behoa dan Bada.[6] Sampai penelitian tahun 2013, di sana ada 1.466 temuan megalitik dari 83 situs yang telah diungkap.[6] Patung-patung ini sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di Indonesia. Ada 5 klasifikasi patung berdasarkan bentuknya:
- Patung-patung batu: patung-patung ini biasanya memiliki ciri manusia, tetapi hanya kepala, bahu dan kelamin.
- Kalamba: ini adalah bentuk megalit yang banyak ditemukan dan menyerupai jambangan besar. Mungkin ini adalah tempat persediaan air, atau juga tempat menaruh mayat pada upacara penguburan.
- Tutu'na: ini adalah piringan-piringan dari batu, kemungkinan besar penutup Kalamba.
- Batu Dakon: batu-batu berbentuk rata sampai cembung yang menggambarkan saluran-saluran, lubang-lubang tidak teratur dan lekukan-lekukan lain.
- Lain-lain: mortar batu, tiang penyangga rumah dan beberapa bentuk lain juga ditemukan.
Sejarah dan Status
- Suaka Margasatwa Lore Kalamanta (1973)
- Penetapan statuss Biosfer (1977)
- Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu (1978)
- Suaka Margasatwa Lore Lindu (Perluasan Lore Kalamanta) (1981)
- Pemerintah Indonesia menyatakan Lore Lindu sebagai Taman Nasional dalam Kongres Dunia mengenai Taman Nasional (1982)
- Dinyatakan sebagai Pusat Keanekaragaman Tanaman (1994)
- Peresmian status taman nasional (1993)
- Dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Burung Endemik (1998)
- Dinyatakan sebagai Kawasan Ekologi Global 200 (1998)
- Perluasan barat laut
Demografi
Ada empat kelompok etnis utama yang mendiami desa di dalam dan sekitar Taman Nasional Lore Lindu, yakni Kaili, Behoa, Bada dan Pekurehua. Ada sekitar 117 desa terletak di dalam taman nasional, dan 64 desa lainnya di daerah perbatasan. Mata pencaharian utama masyarakat setempat antara lain padi dan jagung, serta perkebunan kakao.[5]
Hutan Wisata Danau Lindu
Hutan Wisata Danau Lindu termasuk dalam kategori wilayah enklaf Lore Lindu dan termasuk bagian dari wilayah kecamatan Kulawi yang secara geografis terletak di dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Oleh karena itu, semua desa di wilayah ini berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional.
Ancaman-ancaman
Meskipun hutan di sini telah ditetapkan sebagai taman nasional, daerah ini masih mengalami perambagan hutan, penambangan emas ilegal, dan pencurian hasil hutan.[7] Ancaman-ancaman di atas telah berlangsung beberapa dekade sebelum sekarang, selain perburuan satwa hingga pembangunan pembangkit listrik.[4]
Rujukan
- ^ Departemen Kehutanan Republik Indonesia
- ^ Forestry statistics of Indonesia 2007 Diarsipkan 2013-04-05 di Wayback Machine., retrieved 11 October 2010
- ^ KSDAE, Datin. "Gallery - Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem". ksdae.menlhk.go.id. Diakses tanggal 2020-08-17.
- ^ a b Kusuma, Buyung Wijaya (4 November 2018). "Menjaga Lembah Palu". Kompas. Hlm.10
- ^ a b c d e "Lore Lindu | United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization". www.unesco.org. Diakses tanggal 2020-08-17.
- ^ a b Latief, Feri (2018). "Misteri Pitarah Lembah Lore Lindu". National Geographic Indonesia. Edisi Oktober 2018: 42 – 53. Jakarta: Kompas Gramedia.
- ^ Sukardi (3 Januari 2018). "Ini dia ancaman terbesar terhadap Taman Nasional Lore Lindu". ANTARA News. Diakses tanggal 1 Desember 2018.
Pranala luar
- (Indonesia) Informasi di situs Departemen Kehutanan Diarsipkan 2010-02-18 di Wayback Machine.
- (Indonesia) informasi lengkap TN Lore Lindu di kolaboratif.org Diarsipkan 2010-04-04 di Wayback Machine.