Abdul Hakim bin Amir Abdat

Penceramah salafi Indonesia

Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat adalah termasuk dai senior Salafi di Indonesia. Materi yang dibahas tidak terlepas dari akidah dan manhaj.[1] Ia bersama Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas menjadi babat alas perkembangan dakwah Salafiyah di Indonesia pada sekitar tahun 80-an. Hampir semua ustaz-ustaz Salafi belajar kepada mereka berdua. Semua ustaz Salafi sangat menghormati mereka berdua, sebagai sahabat, guru, seorang ayah dan penasihat yang baik.[2]

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Kehidupan awal

Awal-awal beliau hanya sekolah sampai SMP kelas 2. Sebab, orang tua beliau telah mengarahkannya guna bisa lebih konsentrasi menggeluti bidang agama. Sampai suatu ketika, pada tahun 1980-an LIPIA baru dibuka. Beliau ikut mendaftar tapi ditolak karena ketiadaan ijazah. Singkat cerita, atas upaya keras dan bantuan dari Ibunda beliau yang sampai menemui pendiri lembaga tersebut yang ternyata masih ada hubungan keluarga, maka diterimalah ustaz Abdul Hakim di LIPIA walaupun tanpa ijazah sekolah resmi.[3]

Ustaz Abdul Hakim pernah belajar kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin saat beliau ke Arab Saudi. Beliau pernah menceritakan pengalaman beliau duduk di majelis Syaikh 'Utsaimin sekitar tahun 1998.[2]

Di perpustakan LIPIA menjadi tempat pertemuan awal beliau dengan Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Semenjak saat itu dan sampai sekarang ini pertemanan mereka terjalin begitu eratnya, mereka selalu bersama, baik dalam dakwah dan keteguhan di atas manhaj salaf. Mereka pernah sama-sama berdiskusi dengan beberapa kiyai Aswaja yang diadakan di Jakarta untuk membahas masalah manhaj dan dakwah salafiyah. Ketika itu mereka berdua masih sangat muda. Bahkan ustaz Abdul Hakim baru-baru (2018) ini menemani ustaz Yazid ketika Masjid Imam Ahmad bin Hanbal di Bogor, tempat di mana ustaz Yazid sering mengadakan kajian, diusik oleh sebagian orang yang tidak menyukai dakwah sunnah, yang mana itu berakibat pelaporan ke badan hukum dan terjadi diskusi di sana, maka ketika itu ustaz Abdul Hakim menemani teman karibnya tersebut. ustaz Abdul Hakim duduk bersebelahan dengan ustaz Yazid. Mereka bersama dalam kondisi susah, senang, suka dan duka.[2]

Guru

Guru-guru awal ustaz Abdul Hakim yakni Kiyai Abdullah Syafi'i di suatu pesantren di Jakarta. Namun ayah ustaz tidak mengizinkan beliau  untuk berasrama di pesantren tersebut. Menurut ayah beliau, ustaz pulang hari saja agar bisa mengurus keperluan lain dengan lebih baik.[2] Di antara guru beliau adalah salah seorang pakar Tafsir Al-Quran yaitu Al-ustaz Muhammad bin Idris.[2]

Murid[2]

  1. Abu Qotadah
  2. Muhammad Nuzul Dzikri
  3. Abu Salma Muhammad
  4. Abu Ya'la Kurnaedi
  5. Zainal Abidin bin Syamsuddin

Referensi

  1. ^ "Abu Unaisah 'Abdul Hakim bin Amir Abdat". Uloom.id. Diakses tanggal 2024-07-12. 
  2. ^ a b c d e f "Al-Quran Pedia: Biografi Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat". Al-Quran Pedia. Diakses tanggal 2024-07-12. 
  3. ^ "Ketika Abdul Hakim bin Amir Abdat Berkenalan dengan Yazid Jawas". Diakses tanggal 2024-07-12.