Suku Dayak Ot Danum

suku bangsa di Indonesia
Revisi sejak 16 Juli 2024 12.46 oleh Busu Neneng (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 25844211 oleh 2001:4455:5E1:6C00:AC1F:B5BC:24AC:14F8 (bicara))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Suku Dayak Ot Danum (juga dikenal sebagai Dohoi, Malahoi, Uud Danum atau Uut Danum) adalah subetnis dari suku Dayak yang tinggal di hulu Sungai Kapuas selatan, dan di sepanjang pegunungan Schwaner, berbatasan dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Indonesia.[3] Mereka adalah kelompok terpenting di hulu Sungai Melawi dan secara budaya dan bahasa paling berbeda dari suku Melayu.[4] Selain itu, suku Melayu, suku Dayak Ot Danum juga secara bahasa berbeda dengan suku Dayak Ngaju yang tinggal di sepanjang bagian tengah sungai-sungai besar Kalimantan Tengah dan secara numerik dan bahasa merupakan kelompok masyarakat Dayak yang dominan di daerah tersebut.[5][6]

Suku Dayak Ot Danum
Dohoi / Malahoi / Uud Danum / Uut Danum
Potret pria Dayak Ot Danum yang bertato dari wilayah Kahayan di Kalimantan Tengah, sekitar tahun 1898–1900.
Jumlah populasi
87.500[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah)
Bahasa
Bahasa Ot Danum, Bahasa Indonesia
Agama
 • 51% Kristen (Katolik & Protestan)
 • 38% Kaharingan
 • 11% Islam [2]
Kelompok etnik terkait
Dayak Dusun, Dayak Lawangan, Dayak Ma'anyan, Dayak Ngaju

Suku Dayak Ot Danum hidup tersebar di pegunungan Muller-Schwaner, sungai Mandai di Ulu Ai' dan di sepanjang aliran sungai Miri, cabang sungai Kahayan di provinsi Kalimantan Tengah. Populasi diperkirakan sebesar 78.800 orang pada tahun 2007.

Kata Ot berarti "orang" atau "hulu", sedangkan Danum berarti "air", dan Ot Danum berarti "orang air" atau "orang yang hidup di hulu sungai".[7] Suku Dayak Ot Danum dekat dengan kehidupan alam dan sangat menghormati tradisi leluhur untuk menjaga keseimbangan manusia dan alam sekitarnya. Perawakan suku Dayak Ot Danum berkulit kuning menunjukkan bahwa mereka adalah ras mongoloid. Suku Dayak Ot Danum ini memiliki kerabat dekat di provinsi Kalimantan Barat yang disebut suku Dayak Uud Danum. Secara fisik, karakter dan budaya bisa dikatakan mirip, hanya saja dibedakan karena perbedaan letak geografis. Suku Dayak Ot Danum ini dikelompokkan ke dalam rumpun Proto Malayan cabang dari rumpun bangsa Austronesia.

Suku Dayak Ot Danum memiliki bahasa sendiri yang disebut sebagai bahasa Ot Danum. Bahasa Ot Danum berkerabat dengan bahasa Dayak Siang yang memiliki kesamaan sebesar 70%, dengan bahasa Dayak Kohin memiliki kemiripan sebesar 65%, dengan bahasa Dayak Katingan kemiripan sebesar 60%, sedangkan dengan bahasa Dayak Ngaju memiliki kemiripan sebesar 50%.

Dalam legenda suku Dayak Ot Danum, nenek moyang mereka berasal dari langit yang diturunkan ke dunia dengan wadah emas di 4 tempat, salah satunya di puncak bukit Pamatuan, suatu dataran tinggi antara hulu sungai Kahayan dan sungai Barito. Lambung adalah manusia nenek moyang pertama yang diciptakan, dari si Lambung inilah semua keturunannya menyebar di perhuluan sungai-sungai besar seperti sungai Barito, sungai Kahayan, sungai Kapuas dan sungai Katingan yang disebut suku Dayak Ot Danum.

Beberapa Ahli Sejarah memiliki versi yang berbeda mengenai asal usul suku Dayak Ot Danum ini, ada yang mengatakan bahwa suku Dayak Ot Danum ini berasal dari daratan mongolia, yang bermigrasi ke pulau Borneo. Tetapi versi lain menyebutkan bahwa suku Dayak Ot Danum ini berasal dari Formosa dan sudah sejak ada di pulau Kalimantan sejak 4000 tahun yang lalu, karena di Formosa Taiwan terdapat budaya yang mirip dengan suku Dayak Ot Danum ini.

Dalam kesehariannya suku Dayak Ot Danum ini sebagian besar masih dekat dengan kehidupan alam di hutan, dan melakukan perburuan binatang liar, serta bertani berladang juga mereka lakukan dan memelihara ternak seperti ayam dan babi. Kegiatan lain seperti ikut dalam penambangan emas di sungai-sungai yang mengandung emas, sehingga banyak dari mereka yang menjadi kaya di pedalaman dari hasil menambang emas. Selain itu tidak sedikit yang telah bekerja di luar wilayah mereka, seperti di Palangkaraya, Kuala Kapuas, Muara Teweh dan lain-lain sebagai pekerja di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta.

Rujukan

sunting
  1. ^ "Dohoi Ot Danum in Indonesia". Joshua Project. Diakses tanggal 2014-09-27. 
  2. ^ Chalmers, Ian (2006). "The Dynamics of Conversion: The Islamisation of the Dayak Peoples of Central Kalimantan". Dalam Vickers, A.; Hanlon, M. Proceedings of the 16th Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia (ASAA): Asia Reconstructed, Jun 26–29 2006 (dalam bahasa Inggris). Wollongong, NSW: Australian National University. hdl:20.500.11937/35283 . 
  3. ^ "Ot Danum". Ethnologue. Diakses tanggal 2014-09-27. 
  4. ^ Borneo Research Council (Williamsburg, Va.) (1986). Borneo Research Bulletin, Volumes 18-20. Borneo Research Council. 
  5. ^ John F. McCarthy (2001). Decentralisation and Forest Management in Kapuas District, Central Kalimantan. CIFOR. ISBN 979-8764-80-3. 
  6. ^ Rosana Waterson (2009). Paths and Rivers: Sa'dan Toraja Society in Transformation. BRILL. ISBN 90-04-25385-8. 
  7. ^ Frank M. LeBar & George N. Appell (1972). Ethnic Groups of Insular Southeast Asia: Indonesia, Andaman Islands, and Madagascar. Human Relations Area Files Press. ISBN 978-0-87536-403-2.