Rumpun bahasa Batak

subkelompok dari cabang Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang
Revisi sejak 16 Juli 2024 16.30 oleh Nyilvoskt (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Rumpun bahasa Batak adalah sekelompok bahasa berkerabat yang dituturkan di bagian utara Sumatra, Indonesia. Rumpun ini merupakan bagian dari sub-kelompok Sumatera Barat Laut–Kepulauan Penghalang bersama bahasa Mentawai dan bahasa Nias di dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia.

Rumpun bahasa Batak
Dituturkan diIndonesia
WilayahSumatra; Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Aceh dan signifikan di Malaysia.
Etnis
Penutur
lebih dari 3.318.360 jiwa penutur jati[1] (2010)
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Bentuk awal
Kode bahasa
ISO 639-2btk
ISO 639-3
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
bata
Glottologtoba1265[2]
IETFbtk
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Definitely Endangered
Rumpun bahasa Batak diklasifikasikan sebagai bahasa terancam punah (DE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [3][4]
Lokasi penuturan
Peta persebaran rumpun bahasa Batak di Sumatra bagian utara.
Peta
Peta
Peta interaktif yang menunjukkan persebaran varietas bahasa Batak.

Varietas Utara:  Alas-Kluet  Karo  Pakpak

Varietas Selatan:  Simalungun  Toba  Angkola  Mandailing
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Pembagian

 
Persebaran bahasa-bahasa Batak di Sumatra bagian utara.
  Karo
  Pakpak
  Toba

K. Alexander Adelaar (1981) mengelompokkan bahasa-bahasa Batak sebagai berikut:[5]

Petrus Voorhoeve (1955) sebelumnya menggolongkan Simalungun sebagai cabang ketiga bahasa Batak yang memiliki ciri dari kelompok utara maupun selatan.[6] Akan tetapi, Adelaar berpendapat bahwa ciri-ciri utara yang ada di Simalungun merupakan pinjaman. Secara fonologi, Simalungun lebih dekat dengan bahasa-bahasa Batak Selatan; kedekatan ini juga didukung dengan beberapa bukti leksikal.[7] Kajian leksikostatistik menunjukkan bahwa kosakata dasar bahasa Karo 76% kognat dengan Alas, 81% dengan Pakpak, dan 80% dengan Simalungun. Penutur bahasa Karo dan Toba tidak dapat saling memahami.[8]

Klasifikasi Adelaar di atas telah diadopsi oleh Glottolog (per edisi 4.3).[c]

Rekonstruksi

Proto-Batak
Reka ulang dariRumpun bahasa Batak
Leluhur
reka ulang
L • B • PW
 
Bantuan penggunaan templat ini


Adelaar (1981) telah merekonstruksi fonologi bahasa Proto-Batak, leluhur dari seluruh bahasa-bahasa Batak, berdasarkan data dari kelompok utara maupun selatan.[9]

Konsonan Proto-Batak[10]
Labial Alveolar Palatal Velar Glotal
Hambat taksuara *p *t *c *k
bersuara *b *d *j
Desis *s *h
Sengau *m *n
Semivokal *w *y
Lateral *l
Getar *r
Vokal Proto-Batak[10]
Depan Tengah Belakang
Tertutup *i *u
Sedang
Terbuka *a

Selain vokal di atas, terdapat pula tiga diftong di posisi akhir, yaitu *-uy, *-ey, dan *-ow.[10]

Beberapa bunyi Proto-Batak mengalami perubahan pada bahasa-bahasa turunannya, sebagaimana diringkaskan di bawah ini:

  • Proto-Batak *k menjadi h di posisi awal dan tengah pada bahasa-bahasa Batak Selatan.[11]
Proto-Batak *kalak > Toba, Simalungun halak; Karo kalak 'orang'
Proto-Batak *dukut > Toba, Simalungun duhut; Karo dukut 'rumput'
  • Proto-Batak *h hilang di Toba, Angkola and Mandailing.[11]
Proto-Batak *pərəh > Toba poro, Simalungun poroh, Karo pereh /pərəh/ 'perah'
  • Konsonan hambat *b, *d, dan *g di posisi akhir hanya dipertahankan di bahasa Simalungun. Di bahasa Toba, Angkola dan Mandailing, konsonan ini berubah menjadi taksuara (/p/, /t/, /k/) sementara di bahasa-bahasa Batak Utara, konsonan ini berubah menjadi bunyi sengau yang homorganik (yakni diucapkan pada tempat artikulasi yang sama): *b > /m/, *d > /n/, *g > /ŋ/.[12]
Proto-Batak *abab > Simalungun abab, Toba abap, Karo abam 'abu'
Proto-Batak *dələg > Simalungun dolog, Toba dolok, Karo deleng /dələŋ/ 'gunung'.
  • Vokal *ə bergeser ke /o/ di bahasa-bahasa Selatan. Bunyi ini dipertahankan di Utara, walaupun bergeser ke /o/ di kosakata monosilabis dan sebelum -h dalam bahasa Dairi.[13]
Proto-Batak *ənəm > Karo enem (/ənəm/), Toba onom 'enam'
Proto-Batak *tanəh > Karo taneh (/tanəh/), Dairi tanoh, Toba tano 'tanah'
  • Diftong Proto-Batak hanya bertahan di Simalungun, dan bergeser menjadi monoftong pada bahasa-bahasa Batak yang lain.[14]
Proto-Batak *apuy > Simalungun apuy; api 'api' dalam ragam lainnya.
Proto-Batak *matey > Simalungun matei; mate 'mati' dalam ragam lainnya.
Proto-Batak *pulow > Simalungun pulou; pulo 'pulau' dalam ragam lainnya.

Perbandingan

Indonesia Singkil Pakpak Alas Kluwat Karo
apa kade kade kae keno kai
ada lot lot lot lot lit
sudah nggo nggo enggou nggo enggo
tidak oda oda made nalot la

Rujukan

Keterangan

  1. ^ Adelaar (1981) memasukkan bahasa Alas dalam rumpun ini, tetapi tidak mengkajinya karena kurangnya data pada bahasa tersebut.
  2. ^ Adelaar (1981) memasukkan bahasa Alas dalam rumpun ini, tetapi tidak mengkajinya karena kurangnya data pada bahasa tersebut.
  3. ^ Glottolog menggunakan istilah "Batakic" untuk rumpun Batak secara keseluruhan dan "Tobaic" untuk Toba-Angkola-Mandailing.

Catatan kaki

  1. ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 28 Januari 2022. 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Rumpun bahasa Batak". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ Adelaar 1981, hlm. 17–18.
  6. ^ Voorhoeve, Petrus (1955). Critical survey of studies on the languages of Sumatra. Den Haag: Nijhoff. hlm. 9. 
  7. ^ Adelaar 1981, hlm. 14–15.
  8. ^ Woollams, Geoff (2005). "Karo Batak". Dalam K. Alexander Adelaar; Nikolaus Himmelmann. The Austronesian Languages of Asia and Madagascar. London dan New York: Routledge. hlm. 535. ISBN 9780700712861. 
  9. ^ Adelaar 1981.
  10. ^ a b c Adelaar 1981, hlm. 18.
  11. ^ a b Adelaar 1981, hlm. 14.
  12. ^ Adelaar 1981, hlm. 13–14.
  13. ^ Adelaar 1981, hlm. 11–12.
  14. ^ Adelaar 1981, hlm. 12.

Daftar pustaka

  • Adelaar, K. Alexander (1981). "Reconstruction of Proto-Batak Phonology" (PDF). Dalam Robert A. Blust. Historical Linguistics in Indonesia: Part I. NUSA: Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia. 10. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. hlm. 1–20.