Kesenian Pencak Macan
Pencak Macan merupakan kesenian yang berkembang di Kota Gresik, sebuah seni peragaan Pencak silat yang diberi tambahan seni Macanan. Kesenian ini memiliki kemiripan dengan Seni Kewan-kewanan di Jawa Tengah dan seni Bantengan yang terdapat penari berkostum Macan atau Harimau.
Dalam budaya tutur, Kesenian Macanan dibawa oleh Pendekar asal Ponorogo yang merupakan bekas pasukan Diponegoro tahun 1831 ke Sidayu untuk keperluan menyampaikan kepada Masyarakat, meskipun Perang Jawa telah Usai tetapi tidak boleh lemah dihadapan Belanda maka diajarkanlah pencak yang diiringi Macanan. Kemudian Pendekar asal Bungah ke Kroman dan Lumpur untuk mengajarkan pencak silat. Hingga pada oleh Masyarakat Kroman dan Lumpur Macanan dikaitkan dengan Cerita Babad Sindujoyo, Sehingga Macanan dikenal dengan Pencak Macan memiliki filosofi terkait perjalanan Sunan Sindujoyo murid Sunan Prapen.[1]
Pencak Macan di Gresik populer di Desa Kroman, Lumpur dan bagian Pantura, yakni di Ujungpangkah, Sidayu dan Bungah yang lebih dikenal dengan Macanan. Terdapat perbedaan penyajian dalam pertunjukan kesenian ini, bila di bagian Pantura disajikan sangat sederhana yakni unjuk kebolehan pendekar diatas panggung untuk menghadapi musuh berkostum Macan dengan cara Trance diiringi sepasang kendang pencakan. Sedangkan di Kroman dan Lumpur disajikan lebih meriah dengan banyak penari tanpa ada Trance diiringi gamelan logam.
Bila Macanan di Pantura murni bersifat untuk memeriahkan kegiatan Pencak Silat, beda lagi di Kroman dan Lumpur. di Kroman dan Lumpur justru kegiatan Pecak Macan pada Pencak Silat justru disembunyikan, karena hanya ditampilkan untuk mengiringi Pernikahan dengan menyampaikan makna dari kesenian Pencak Macan bahwa dalam kehidupan rumah tangga akan banyak menghadapi masalah.[1]
Selain itu kesenian Macanan dan Pencak Macan berfungsi untuk memeriahkan sebuah kegiatan dan penyambutan tamu kehormatan.
- ^ Rizal, Fakri Badril (3 Oktober 2017). "KESENIAN MACANAN DI DESA KISIK KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK". AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah UNESA. 5: 738.