Xue Rengui

Revisi sejak 19 Oktober 2009 07.15 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)

Xue Ren'gui (Hanzi sederhana: 薛仁贵; Hanzi tradisional: 薛仁貴; Pinyin: Xuē Rén'guì; Wade–Giles: Hsüeh Jengui, 614-683), nama kecilnya Xue Li (薛禮) tapi memakai nama dewasa Rengui, adalah salah satu jenderal Cina paling terkenal pada masa Dinasti Tang awal, karena namanya banyak disebut dalam kesusastraan populer. Selama karirnya, dia ambil bagian dalam berbagai keberhasilan ekspedisi perang melawan sisa-sisa Tujue Barat dan melawan Goguryeo, dengan hanya satu cacat dalam catatan karirnya yaitu ekspedisi perang yang gagal melawan Tufan pada tahun 670, di mana seorang jenderal lain dalam pasukannya menolak mendengarkan anjuran Xue lalu menyerbu lebih dulu sehingga mengakibatkan kerugian besar terhadap seluruh pasukan.

Masa pemerintahan Kaisar Taizong

Xue Rengui lahir pada tahun 614, di Desa Xiu, Longmen, Jiangzhou County (setingkat kelurahan atau kecamatan) yang sekarang menjadi daerah Hejin di propinsi Shanxi. Saat itu adalah masa pemerintahan Kaisar Yang dari Sui, tapi masa mudanya tidak tercatat sejarah, selain fakta bahwa istrinya bermarga Liu (柳). Konon dia miskin dan bekerja sebagai petani. Pada masa itu kaisar kedua Dinasti Tang yaitu Kaisar Taizong bersiap memulai ekspedisi perang melawan Goguryeo pada tahun 644, Xue tengah merencanakan untuk mengubur kembali para leluhurnya, ketika itu Nyonya Liu berkata kepadanya:

Engkau memiliki kemampuan lebih tinggi dari orang kebanyakan, dan engkau harus tahu kapan menggunakannya. Kini, Putra Langit siap menyerang Liaodong dan ia mengumpulkan petarung-petarung tangguh. Saat seperti ini tidak sering terjadi. Bukankah engkau ingin meraih keberhasilan untuk menunjukkan dirimu sendiri? Begitu engkau menerima segala macam kehormatan besar, masih belum terlambat untuk mengubur kembali para leluhurmu.

Dengan demikian, Xue pergi untuk menemui jenderal Zhang Shigui (張士貴) dan bergabung dengan angkatan perangnya secara sukarela. Ketika dia maju ke garis depan, jenderal Liu Jun'ang (劉君卬) tengah dikepung pasukan Goguryeo. Xue maju menolong Liu, dan dia berhasil membunuh komandan Goguryeo lalu menggantung kepala komandan Goguryeo tersebut di sadelnya; sesudah peristiwa ini, namanya mulai dikenal. Ketika Kaisar Taizong sudah siap menyerang kota Goguryeo yang bernama Ansi (安市, sekarang dikenal sebagai Anshan, Liaoning) pada tahun 645 dan dihadang pasukan pembantu dalam jumlah besar yang dikirimkan oleh Dae Mangniji (wali raja) Goguryeo, Yeon Gaesomun, yang dipimpin para jenderal Go Yeonsu (高延壽) dan Go Hyejin (高惠真), Emperor Taizong memerintahkan para perwiranya untuk menghalau pasukan Goguryeo. Xue, percaya bahwa dirinya sangat kuat dan ingin menunjukkan ketangguhannya, memakai baju pelindung berwarna putih dan mempersenjatai dirinya dengan sebuah tombak cagak dan dua busur. Ketika dia menyerang ke garis depan pertempuran, banyak prajurit Goguryeo yang tewas di tangannya. Emperor Taizong melihat dia dari kejauhan dan menanyakan kepada para pengiringnya, "Siapa pria yang memakai baju perang putih itu?" dan diberitahu bahwa itu adalah Xue. Kaisar Taizong memanggil Xue untuk menghadap lalu menghadiahinya emas dan sutra serta memberinya pangkat jenderal. Tak lama, di tahun itu juga, Kaisar Taizong menarik mundur pasukannya, dia berkata pada Xue:

Semua panglimaku sudah dimakan usia, dan aku sedang mencari jenderal-jenderal baru untuk dipercayakan masalah militer. Aku tidak bisa menemukan orang yang melebihi engkau. Dibandingkan menaklukkan Liaodong, aku lebih senang karena mendapatkan engkau.

Kaisar Taizong mengangkat Xue menjadi salah satu jenderal kepala pasukan pengawal raja.

Masa pemerintahan Kaisar Gaozong

Sesudah Kaisar Taizong wafat pada tahun 649, putranya Li Zhi naik tahta (sebagai Kaisar Gaozong), dan untuk beberapa tahun awal masa pemerintahan Kaisar Gaozong, Xue Rengui nampaknya tetap menjabat sebagai jenderal kepala pasukan pengawal raja. Pada tahun 645, ketika Kaisar Gaozong tengah berlibur di Istana Wannian (萬年宮, sekarang di sekitar Baoji, Shaanxi), timbul badai besar. Pada malam tanggal 22 Juni,[1] hujan turun amat deras, dan air bah menerjang dari Gerbang Xuanwu Istana Wannian. Semua pengawal raja lari menyelamatkan diri, tapi Xue tidak, dan malah memanjat gerbang lalu berteriak keras ke dalam istana untuk memperingatkan kaisar. Kaisar Gaozong dengan segera turun dari tempat tidurnya dan memanjat setinggi mungkin, lalu dalam waktu singkat, air sudah membanjiri kamar tidurnya, dan banjir tersebut menewaskan sekitar 3000 orang penduduk Linyou County (setingkat kelurahan atau kecamatan), wilayah di mana istana tersebut berdiri, dan juga banyak pengawal raja. Sesudahnya, Kaisar Gaozong berkomentar kepada Xue, "Hanya karena panggilanmu aku terhindar dari bahaya tenggelam, dan dari hal ini aku tahu bahwa engkau adalah seorang bawahan yang setia." Kaisar menghadiahi Xue seekor kuda.

Pada tahun 657, ketika jenderal Su Dingfang menyerang Shaboluo Khan dari Tujue Barat yang bernama Ashina Helu (阿史那賀魯), Xue memberikan saran bahwa jika istri dan anak dari seorang salah satu kepala suku pembentuk Tujue Barat, Suku Nishu (泥孰), yang tidak mendukung Ashina Helu tapi terpaksa membantunya setelah Ashina Helu menyandera anak dan istrinya, kelak ditangkap oleh pasukan Tang, sebaiknya mereka segera dibebaskan agar kepala suku Nishu mau menyerah kepada Tang. Ketika Kaisar Gaozong menyetujui saran ini, kepala suku Nishu betul-betul bergabung dengan pasukan Tang. Su selanjutnya mampu menaklukkan dan menangkap Ashina Helu.

Sesudah itu, di tahun yang sama, Xue ditugaskan menjadi jenderal pendamping bagi jenderal Cheng Mingzhen (程名振) dalam sebuah penyerangan terhadap Goguryeo, dan mereka menaklukkan kota Chifeng (赤烽, sekarang Fushun, Liaoning) serta mengalahkan jenderal Goguryeo bernama Du Bangnu (豆方婁). Tahun 659, Xue lebih jauh lagi menaklukkan jenderal Wen Shamen (溫沙門). Dia juga menghadapi pasukan Qidan, menangkap pimpinan suku mereka Abugu (阿卜固) kemudian membawanya kembali ke ibukota timur Luoyang. Untuk pencapaian ini, dia dianugerahi gelar Baron Hedong.

Tahun 661, sesudah pimpinan suku taklukan Tang Huige, Yaoluoge Porun (藥羅葛婆閏) wafat dan diteruskan oleh keponakannya Yaoluoge Bisudu (藥羅葛比粟毒), Yaoluoge Bisudu memisahkan diri dari Tang dan bersekutu dengan dua suku lain, Tongluo (同羅) dan Pugu (僕固) guna menyerang perbatasan utara Tang. Kaisar Gaozong memerintahkan jenderal Zheng Rentai (鄭仁泰) untuk mengepalai ekspedisi perang melawan suku Huige, dan mengangkat Xue serta Liu Shenli (劉審理) sebagai pendamping Zheng. Ketika mereka berhadapan dengan pasukan gabungan Huige - yang sampai ketika itu nampaknya merupakan gabungan sembilan suku besar dari Tiele -- pasukan gabungan ini menantang pasukan Tang dalam sebuah pertempuran kecil, dengan Tiele mengirimkan 10 petarung terkuat mereka. Xue sendiri yang melawan mereka dan membunuh tiga orang di antaranya dengan tiga anak panah, membuat pasukan Tiele gentar hingga akhirnya mereka menyerah - tapi sesudah penyerahan diri tersebut, dia memerintahkan agar semuanya dibunuh ditambah beberapa ribu orang lagi. Dari peristiwa ini, sebuah lagu militer ditulis untuk memuji ketangguhan Xue, termasuk di antaranya kata-kata: "Sang jenderal mampu menaklukkan Tian Shan dengan tiga anak panah, dan para petarung menyanyikan lagu panjang mereka selagi memasuki perbatasan Han." Tapi, sesudah pasukan tersebut kembali ke wilayah Tang, Xue ditangkap atas tuduhan telah membunuh tawanan yang sudah menyerah serta mengambil sendiri hasil pampasan perang hingga ditahan untuk beberapa waktu, tapi akhirnya dibebaskan setelah Kaisar Gaozong memutuskan bahwa prestasinya jauh lebih banyak dibanding kejahatannya.

Tahun 666, Yeon Gaesomun wafat, terjadi perseteruan antara anak tertua Yeon, Yeon Namsaeng, yang mewarisi kedudukan Yeon Gaesomun sebagai Dae Mangniji, dan dua adiknya Yeon Namgeon dan Yeon Namsan, diakibatkan rasa saling curiga satu sama lain. Akhirnya, Yeon Namgeon ketika kakaknya meninggalkan ibukota Pyongyang, mengklaim gelar Dae Mangniji untuk dirinya sendiri. Untuk meminta bantuan dari Tang, Yeon Namsaeng mengutus putranya yang dirubah namanya menjadi Cheon Heonseong/Quan Xiancheng (泉獻誠), karena Yeon (淵) adalah huruf yang sama dengan Yuan, nama kakek Kaisar Gaozong yaitu Kaisar Gaozu, sehingga tidak bisa dipakai karena dilarang (aturan penamaan tabu). Ketika Kaisar Gaozong mengutus jenderal Pang Tongshan (龐同善) dan Gao Kan (高侃) untuk membantu Yeon Namsaeng, Yeon Namgeon berusaha mencegat mereka, dan Xue, yang mengikuti mereka, maju ke depan untuk membantu, sehingga mereka mampu mengalahkan pasukan Goguryeo bersama-sama. Sesudah menaklukkan kota Namso (南蘇, sekitar Tieling, Liaoning), Mokjeo (木底, sekitar Fushun), dan Changam (蒼巖, sekitar Benxi, Liaoning), mereka akhirnya bisa bergabung dengan Yeon Namsaeng. Pada musim semi tahun 668, mereka masuk lebih jauh ke timur dan menaklukkan kota besar di timur laut Goguryeo yaitu Buyeo (扶餘, sekarang daerah Siping, Jilin), dan Xue digambarkan telah menjelajahi laut (kemungkinan Laut Jepang) dan menaklukkan 40 kota di wilayah timur laut Goguryeo, sebelum berjalan ke arah barat daya untuk bergabung dengan pimpinan tertinggi seluruh ekspedisi perang ini, Li Ji, di Pyongyang. Sesudah Pyongyang jatuh di akhir tahun 668, dengan demikian mengakhiri riwayat Goguryeo, Kaisar Gaozong memerintahkan agar kawasan Goguryeo dijadikan wilayah Tang dan menempatkan seorang jenderal pelindung (dikenal sebagai Jenderal Pelindung Pendamai Kawasan Timur) di Pyongyang, di mana Xue diangkat sebagai jenderal pelindung Pyongyang. Kaisar Gaozong menganugerahinya gelar Duke dari Pingyang. Konon, Xue mampu memerintah dengan baik dan, untuk beberapa waktu, bisa menarik simpati rakyat Goguryeo.

Tahun 670, Tufan melancarkan serangan akbar di wilayah Xiyu (yang sebelumnya merupakan wilayah Tujue Barat), menguasai 18 prefektur. Kaisar Gaozong memerintahkan Xue untuk memimpin serangan balik besar-besaran, dengan Ashina Daozhen (阿史那道真) dan Guo Daifeng (郭待封) sebagai jenderal pendampingnya. Namun, karena sebelumnya memiliki kedudukan yang sama dengan Xue, Guo menganggap menjadi pendamping Xue adalah sebuah hal yang merendahkan dan seringkali tidak mematuhi perintah Xue. Strategi awal Xue adalah membawa sejumlah pasukan maju lebih dahulu, sementara Guo menunggu di belakang di Danau Qinghai bersama perbekalan pasukan - dan begitu Xue telah melewati jalan dengan aman, barulah dia memberi tanda pada Guo untuk maju. Namun, Guo tidak mematuhi perintah tersebut dan tidak menunggu tanda dari Xue, dia langsung maju begitu Xue berangkat, dan dia dihadang lalu dikalahkan sebuah pasukan Tufan berjumlah 200.000 orang. Setelah pasukan Guo hancur, Xue sendiri diserang oleh perdana menteri Tufan, Lun Qinling (論欽陵), dan dikalahkan. Nyaris seluruh pasukan tersapu habis, dan Xue terpaksa meminta gencatan senjata dengan persyaratan berat sebelah. Kaisar Gaozong mengirimkan pejabat Le Yanwei ke garis depan untuk menahan Xue, Guo, dan Ashina, tapi membebaskan mereka sesudah dibawa kembali ke ibukota Chang'an. Walau begitu, mereka dibebastugaskan dari posisi masing-masing.

Sesudah itu, ketika rakyat Goguryeo memulai perlawanan terhadap Tang, Xue diserahkan tugas untuk mengamankan wilayah tersebut, tapi kemudian, kemungkinan pada tahun 675, Xue diturunkan dari jabatannya untuk alasan-alasan yang tidak dinyatakan dengan jelas dalam catatan-catatan sejarah dan diasingkan ke Prefektur Xiang (象州, sekarang sekitar Laibin, Guangxi), hanya diperbolehkan untuk kembali dari pengasingan kalau Kaisar memberikan amnesti. Tahun 681, Kaisar Gaozong, mengenang jasa-jasa Xue, memanggil dia dan kembali mengangkat Xue menjadi jenderal. Pada tahun 682, ketika sisa-sisa Tujue Timur, dipimpin kepala suku Ashina Gudulu dan Ashide Yuanzhen (阿史德元珍), memerdekakan diri mereka dari Tang, Xue ditugaskan untuk menyerang Ashide Yuanzhen. Kehadirannya membuat gentar para prajurit Tujue Timur, yang menyangka dia sudah lama mati, dan Xue memperoleh kemenangan besar melawan Ashide Yuanzhen.

Xue wafat karena penyakit pada tahun 683. Putra-putranya Xue Na dan Xue Chuyu (薛楚玉), serta beberapa keturunan sesudahnya juga mengabdi pada negara sebagai jenderal.

Dalam fiksi


Kisah hidup Xue Rengui didramatisasikan dalam sejumlah karya fiksi. Yang paling terkenal adalah lakon Xue Rengui Pulang Dengan Kejayaan (薛仁貴衣錦歸鄉), oleh penulis lakon dari Dinasti Yuan bernama Zhang Guobin (張國賓) dan sebuah novel tanpa nama pengarang dari Dinasti Qing, Xue Rengui Menyerang Ke Timur (薛仁貴征東).

Masa jabatan Xue Rengui sebagai Jenderal Wilayah Protektorat Andong setelah jatuhnya Goguryeo telah didramatisasikan dalam sebuah serial televisi populer Korea berjudul Dae JoYoung, dan menggambarkan Xue Rengui sebagai seorang jenderal Tang yang terus menerus diganggu oleh pemberontakan Liga Dongmyeongchun; sisa-sisa dari gerakan perlawanan bawah tanah Goguryeo melawan Tang. Serial televisi ini juga mengisahkan Xue Rengui pergi dari Chang'an dengan hanya ditemani sahabat sekaligus pengawalnya Hongpei menuju Yingzhou yang di kuasai Khitan untuk menemui muridnya Li Jinzhong, Khan suku Khitan, untuk memperingatkan dia mengenai keinginan jenderal Li Wen yang ingin menghancurkan kaum Khitan pada tahun 695; namun, ini jelas merupakan sebuah tindakan simbolik dari pembuat acara ini karena Jenderal Xue Rengui wafat pada tahun 683, untuk menunjukkan sifat baik dan bersahabat Jenderal Xue Rengui dan rasa tidak sukanya terhadap urusan politik.

Sebuah serial drama televisi berjudul Xue Ren Gui Chuan Qi (薛仁贵传奇) atau The Legendary Warrior, mengisahkan perjuangan Xue Rengui bangkit dari kemiskinan dan perjalananannya menjadi salah tokoh militer terkenal dari Dinasti Tang.

Kebudayaan populer

Dia juga muncul sebagai pahlawan dalam kisah rakyat Cina di mana dia adalah ayah dari jenderal fiktif Xue Dingshan dan mertua dari putri Turki, Fan Lihua. Kisah Xue Dingshan dan istrinya Fan Lihua seringkali dijadikan lakon dalam opera Cina. Ada sebuah film drama berjudul Xue Dingshan San Qi Fan Lihua tentang kedua tokoh ini.

Karena ekspedisi perangnya ke Korea melawan Goguryo dan Silla, Xue disebut sebagai "Jenderal Penakluk Timur" oleh orang-orang Tang. Ini hal yang ironis, karena anak fiktif Xue disebut sebagai "Jenderal Penakluk Barat" oleh orang Tang karena kampanye fiktifnya melawan orang Turki, tapi, ekspedisi perang melawan Turki seharusnya juga merupakan jasa sang ayah. Dalam dongeng tersebut, Xue Rengui dikenal memiliki nafsu makan yang besar sehingga dia dianggap kerasukan "dewa lapar". Legenda Xue Dingshan dan Fan Lihua bertempat antara Kekaisaran Tang dan kerajaan Turki fiktif bernama Liang Barat, ironisnya ada sebuah kerajaan Liang Barat yang sebenarnya pada masa Enambelas Kerajaan yang dianggap sebagai leluhur dari orang-orang Tang.

Xue Rengui di Indonesia

Di Indonesia, Xue Rengui lebih populer dengan pelafalan Hokkian, yaitu Si Jin Kui (EYD).

Tahun 1952, dengan memakai teks terjemahan Oey Kim Tiang, Otto Swastika menggambarkan kisah kepahlawanan Xue Rengui (Hokkian: Sie Djin Koei, Sie Jin Kwie atau Si Jin Kui) untuk mingguan Star Weekly. Penerbit Keng Po menerbitkan kumpulan kisah ini dalam dua seri yaitu Shi Djin Koei Tjeng Tang dan Sie Djien Koei Tjeng See. Cerita dari komik ini sangat panjang mulai dari Shi Djin Koei dilahirkan sampai dengan wafatnya, masih disambung lagi dengan cerita keturunannya. Semua nama tokoh memakai pelafalan Hokkian. Misalnya, Yeon Gaesomun berubah menjadi Khai Soubun dan Xue Dingshan menjadi Sie Teng San.

Kisah Xue Rengui sering dikisahkan dalam balutan budaya Jawa dengan nama Joko Sudiro.

Fiksi Sie Jin Kwie dalam bahasa Indonesia (Melayu Rendah) dimulai dengan Wa Kang Tjap Peh Lo Hoan Ong terbitan Kho Tjeng Bie pada tahun 1912. Disusul judul-judul fiksi tentang Kaisar Tang Taizong. Beberapa judul terbit beberapa kali, sejak 1912, sampai sekarang. Misalnya, Lo Tong Tjeng Souw Pak, tulisan Kwee Khay Kee (Monsieur Kekasih) tahun 1953. Juga Sie Djin Koei Tjeng Tang (Soat Tong Houw Toan) dan Sie Djin Koei Tjeng See, lalu Hong Kiauw - Lie Tan, oleh penulis yang sama. Cerita fiksi ini dilanjutkan dengan Sih Kong yang terbit dalam bentuk komik.

Selain itu di tahun 1993 muncul kembali Sie Jin Kwie Berperang Ke Korea tulisan Markus Aceng Setiawan yang dilanjutkannya dengan menerbitkan Sie Jin Kwie Berperang Ke Barat di tahun 1998.

Referensi

Pranala luar