Akasius dari Konstantinopel

pemuka agama
Revisi sejak 5 Agustus 2024 10.11 oleh Stephanus Victor (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox saint |honorific_prefix = Santo |name=Akasius |birth_date= |death_date=Tahun 489 |feast_day=Tanggal 30, bulan Hatur, menurut penanggalan Kubti |venerated_in=Gereja-Gereja Ortodoks Oriental<br />Gereja Ortodoks Kubti |image= |imagesize=200px |caption= |birth_place= |death_place= |titles=Batrik Konstantinopel |beatified_date= |beatified_place= |beatified_by= |can...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Akasius (bahasa Yunani: Ἀκάκιος, Akakios) menjabat sebagai Batrik Oikumene Konstantinopel dari tahun 472 sampai 489. Ia praktis menjadi prelatus pertama di Timur, dan terkenal lantaran keikutsertaannya yang sarat dengan ambisi di dalam kontroversi Kalsedon.[1] Iktiar kontroversialnya untuk merekatkan perpecahan teologis justru menjadi biang keladi Skisma Akasius, dan membuatnya dibidatkan oleh Gereja-Gereja yang mengamini keputusan Konsili Kalsedon. Ia dihormati sebagai orang kudus di lingkungan Kristen Ortodoks Oriental.


Akasius
Batrik Konstantinopel
MeninggalTahun 489
Dihormati diGereja-Gereja Ortodoks Oriental
Gereja Ortodoks Kubti
PestaTanggal 30, bulan Hatur, menurut penanggalan Kubti

Akasius dari Konstantinopel
Batrik Oikumene Konstantinopel
Awal masa jabatan
Tahun 472
Masa jabatan berakhir
Tahun 489
Informasi pribadi
DenominasiKristen Timur

Atas nasihat Akasius, Kaisar Zeno mengundangkan Henotikon tahun 482 yang membidatkan Nestorius maupun Etikes, mengamini Dua Belas Pasal Sirilus dari Aleksandria, dan mengabaikan Takrif Kalsedon.[2] Meskipun dimaksudkan sebagai solusi bagi konflik seputar ortodoksi konsili Kalsedon, Henotikon tersebut gagal. Paus Feliks III menganggap ketidakacuhan Akasius terhadap Konsili Kalsedon maupun amanat pendahulunya, Paus Leo I, sebagai rongrongan terhadap kewibawaan takhta keuskupannya. Akasius dibidatkan dan dimakzulkan oleh Paus Feliks III, tetapi ketentuan tersebut dilawan Akasius secara terbuka sehingga timbul skisma di antara Takhta Keuskupan Roma dan Takhta Keuskupan Konstantinopel yang berlarut-larut sampai Akasius tutup usia. Skisma ini berlanjut sepanjang masa pemerintahan Kaisar Anastasius I yang penuh pergolakan, dan baru diakhiri oleh Kaisar Yustinus I pada tahun 519, yakni pada masa jabatan Paus Hormisdas.[1]

Gereja Ortodoks Kubti memperingati berpulangnya Santo Akasius Batrik Konstantinopel ke haribaan ilahi setiap tanggal 30 Hatur.[3]

Masa muda dan masa jabatan selaku uskup

Akasius pertama kali tampil di panggung sejarah sebagai seorang orfanotrofos, yaitu pejabat urusan yatim-piatu di Gereja Konstantinopel. Keberhasilannya dalam menunaikan tanggung jawab jabatan inilah yang mengharumkan namanya.[4] Suda menyifatkannya sebagai orang yang berwibawa, dermawan, jatmika, mahardika, keningrat-ningratan, dan ranggi.[5]

Kecendekiaannya menarik perhatian Kaisar Leo I, dan dengan kecakapan seorang ahli majelis istana kawakan,[6] Akasius berhasil menjadi tokoh yang cukup berpengaruh, sehingga akhirnya terpilih menjadi Batrik Konstantinopel sepeninggal Batrik Genadius pada tahun 471. Akasius tampil cemerlang pada lima-enam tahun pertama masa jabatannya, tetapi selanjutnya sibuk berkutat dengan berbagai kontroversi yang berpuncak pada skisma Gereja Timur dan Gereja Barat selama 35 tahun.[7]

Mulanya Akasius berikhtiar untuk memulihkan kesatuan Gereja yang retak akibat silang pendapat terkait ajaran Etikes, dan untuk mendongkrak kewibawaan takhta keuskupannya dengan cara menegaskan kemandiriannya dari Roma serta melebarkan sayap pengaruhnya ke Aleksandria dan Antiokhia. Ditilik dari tindakan-tindakannya, Akasius lebih terlihat sebagai seorang negarawan ketimbang seorang teolog.[6]

Kontroversi Kalsedon

Oposisi bersama melawan Basilikus dan Timotius Elerus

Akasius menuai dukungan berapi-api dari masyarakat luas dan dipuji-puji Paus Simplisius karena berani menentang Kaisar Basiliskus si menyerobot takhta. Bersama Daniel Stilites, si rahib penunggu tiang, Akasius memimpin perlawanan terhadap Kaisar Basiliskus.[7] Timotius Elerus, Batrik Aleksandria penentang Konsili Kalsedon yang dilindungi Kaisar Basiliskus sejak tahun 476,[7] sudah membujuk kaisar untuk menerbitkan sepucuk surat edaran atau maklumat kaisar (egkiklios) yang membidatkan ajaran Konsili Kalsedon. Mula-mula Akasius sempat bimbang dan berniat mencantumkan namanya di dalam daftar uskup Asia yang sudah lebih dulu menandatangani surat edaran tersebut, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya itu dan giat melibatkan diri di dalam perdebatan sesudah menerima sepucuk surat dari Paus Simplisius. Sri Paus sudah mendengar kabar tentang sikap ragu-ragu Akasius dari para rahib yang selalu waspada. Perubahan keberpihakan yang mendadak ini mendongkrak nama baiknya di tengah masyarakat dan membuatnya disenangi kubu pendukung Konsili Kalsedon, khususnya berbagai kelompok rahib di Timur, lantaran terang-terangan berpegang teguh kepada ajaran yang sehat.[5] Ia bahkan menerima sepucuk surat dukungan dari Paus Simplisius.[7]

Sebab utama di balik terdongkraknya nama baik Akasius di tengah masyarakat adalah kepiawaiannya dalam memimpin pergerakan yang dipelopori Daniel Stilites. The uproar was undoubtedly spontaneous among the monastic promoters dan masyarakat umum yang benar-benar muak dengan pandangan-pandangan Etikus tentang inkarnasi.

Rujukan

Atribus:

Kepustakaan

Jabatan keagamaan
Didahului oleh:
Genadius I
Batrik Konstantinopel
472–489
Diteruskan oleh:
Fravita

Templat:Patriarchs of Constantinople