Kedaton Kutai Kartanegara

bangunan kuil di Indonesia
Revisi sejak 17 Agustus 2024 18.12 oleh Sedjati88 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kedaton Kutai Kartanegara adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Kedaton Kutai Kartanegara

Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Arsitektur Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istana Kerajaan Kutai Kartanegara.[1] Ruangan istana tampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas.[1] Di sebelah kiri Singgasana terdapat Gamelan Jawa.[1] Di dalam Kedaton juga terdapat banyak ukiran yang berciri khas adat Kutai, Dayak dan Jawa untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak dan kesultanan di Jawa.[1]

Istana Sultan Kutai Kartanegara

sunting

Kesultanan Kutai Kartanegara memiliki istana bernama Kedaton atau Keraton Kutai Kartanegara. Istilah “kedaton” berasal dari kata “kedatan”, demikian pula istilah “kraton”. berasal dari kata "kerajaan". Kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama, yaitu istana atau tempat tinggal seorang raja. Dalam sejarahnya, pusat pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara telah mengenal sejumlah perpindahan, termasuk salah satunya masuk Tahun 1732 pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan, kemudian tahun 1782 pindah lagi Tengarong. Perpindahan kerajaan ke Tenggarong terjadi pada masa pemerintahan Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang memerintah dari tahun 1845-1899. Bangunan keraton yang sekarang adalah yang dibangun oleh Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920-1960), pada saat itu kekayaan kesultanan bertambah berkat adanya royalti pertambangan di Belanda. Pada tahun 1936, Raja Aji Raja Muhammad Parikesit Bangun istana baru yang megah dan berbenteng dengan beton. proyek renovasi Istana baru itu dibuat oleh perusahaan Belanda bernama Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) Batavia memiliki karya yang disutradarai oleh seorang arsitek bernama Estourgie. Aji Sultan Muhammad Parikesit adalah penguasa terakhir Kesultanan Kutai Kartanegara sebelum wilayah Kesultanan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di 1960. Kemudian, pada tanggal 18 Februari 1976, Pemerintah Daerah Kalimantan Timur telah menyerahkan kompleks gedung Kedaton Kutai Kartanegara kepada Kementerian Pendidikan dan kebudayaan akan dikelola dalam sebuah museum negara yang disebut museum Mulawarman. 22 September 2001, Putra Mahkota H. Pangeran Praboe Anum Surya Adiningrat dinobatkan sebagai Raja Kutai Kartanegara dengan gelar Raja HAM Salehuddin II.Pemerintah Kutai Kartanegara membangun keraton baru yang kemudian disebut "kedaton". Kutai Kartanegara, selesai pada tahun 2002, terletak tepat di samping masjid Jami' Aji Amir Hasanuddin dan memiliki motif arsitektur yang mengacu pada bentuk keraton Kesultanan Kutai Kartanegara pada masa pemerintahan Aji Sultan Muhammad Alimuddin.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Situs Kabupaten Kutai Kartanegara (diakses pada tanggal 25 Desember 2009)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-18. Diakses tanggal 2009-12-24. 
  2. ^ "Kedaton Kutai Kartanegara, Berziarah & Belajar Sejarah Tentang Kesultanan Kutai - Borneo ID" (dalam bahasa Inggris). 2022-10-19. Diakses tanggal 2023-02-12.