Wijono Surjokusumo

Revisi sejak 19 Agustus 2024 04.15 oleh Glorious Engine (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'jmpl|Wijono Surjokusumo '''Wijono Surjokusumo''' atau '''Wiyono Suryokusumo''' adalah seorang penggerak sosialisme Asia asal Indonesia yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi Sosialis Asia (KSA). Wiyono aktif dalam pergerakan kemerdekaan sejak tahun 1930an. Wiyono menjadi pengurus DPP Pendidikan Nasional Indonesia pada tahun 1930an, di bawah pimpinan Sjahrir. Menurut ...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Wijono Surjokusumo atau Wiyono Suryokusumo adalah seorang penggerak sosialisme Asia asal Indonesia yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi Sosialis Asia (KSA). Wiyono aktif dalam pergerakan kemerdekaan sejak tahun 1930an. Wiyono menjadi pengurus DPP Pendidikan Nasional Indonesia pada tahun 1930an, di bawah pimpinan Sjahrir. Menurut Pradipto Niwandhono, Wiyono juga pernah menjadi guru di Perguruan Taman Siswa, dan mengaktifkan lingkaran Pendidikan Nasional Indonesia di kalangan guru Taman Siswa. Wiyono adalah seorang figur pergerakan yang pada mulanya memang berlatar belakang sebagai seorang pendidik.

Wijono Surjokusumo

Setelah kemerdekaan, Wiyono bergabung dengan tentara dan kemudian menjadi staf Biro Politik di Kementerian Pertahanan. Ia juga ditarik oleh Sjahrir di Partai Sosialis Indonesia, dan Wiyono dikenal sebagai bagian dari Kelompok Yogyakarta yang kuat dengan pemikiran dan gerakan agraria. Bersama Moh. Tauchid, Sardjono, dll, ia mendirikan Barisan Tani Indonesia, dan konon ini membuatnya dekat dengan kelompok Amir Sjarifuddin dibanding Sjahrir. Namun, pada tahun 1950an, ia masuk sebagai Anggota DPP Partai Sosialis Indonesia pimpinan Sjahrir, dan kemudian, atas arahan Sjahrir dan Sjachroedzah, ia menjadi delegasi Indonesia di Konferensi Sosialis Asia (ASC).

Wiyono tinggal di Yangoon sejak tahun 1953 bersama istrinya, Suyatin. Ia kemudian banyak hadir ke pertemuan-pertemuan dengan tokoh sosialis Eropa, dan menjalin hubungan baik dengan aktivis sosialis India, terutama Ram Manohar Lohia dan Jayaprakash Narayan. Wiyono kembali ke Jakarta pada tahun 1959, bertepatan saat Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden.[1]

Referensi

sunting