Patung Sura dan Baya

Revisi sejak 20 Agustus 2024 04.42 oleh CommonsDelinker (bicara | kontrib) (Menghapus Patung_Sura_dan_Baya.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Krd; alasan: c:Commons:Deletion requests/File:Patung Sura dan Baya.jpg.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Patung Sura dan Baya (Hanacaraka: ꦥꦠꦁꦬꦦꦫꦭꦤ꧀ꦬꦪ) adalah ikon paling terkenal dan juga pemandu Kota Surabaya. Patung tersebut terdiri dari dua jenis binatang, hiu dan buaya. Patung ini terdapat di tiga tempat di Kota Surabaya dan juga satu di Korea Selatan.[1]

Patung Sura dan Baya
ꦥꦠꦸꦁꦱꦸꦫꦭꦤ꧀ꦧꦪ
JenisPatung ikonik
LokasiKota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Dibuat
  • Sutomo Kusnadi (arsitek)
  • Sigit Margono (pemahat)
Dioperasikan olehDinas Pariwisata Kota Surabaya
StatusDibuka (setiap hari)

Arti Filsafat

sunting
sunting

Patung Sura dan Buaya menyimpan cerita rakyat atau legenda tentang ikan sura dan buaya. Menurut legenda, dahulu kala terjadi perkelahian besar antara ikan sura dan buaya di suatu tempat. Pertarungan pertama karena ada ikan sura yang meninggalkan kawasan menuju sungai. Mengetahui hal itu, buaya yang merupakan penguasa daratan merasa tidak diterima dan meminta ikan sura kembali ke laut. Dari situlah terjadi pertarungan besar dengan berhasilnya pengembalian ikan sura ke laut. Oleh karena itu, tidak heran jika bentuk patung tersebut memperlihatkan dua binatang yang sedang berkelahi. Namun tempat terjadinya pertempuran itu diberi nama “Surabaya”.[2]

sunting

Patung Sura dan Baya melambangkan "mereka yang berani menghadapi bahaya". Secara bahasa, “sura” berarti keberanian, sedangkan “baya” berarti bahaya. Dahulu ketika Kerajaan Majapahit berdiri, terjadi penyerangan oleh orang Tar-Tar atau Mongol yang menyerbu tanah Jawa. Orangnya datang dari utara pulau ini, mereka mendarat di Jawa Timur. Pemimpin tentara Jawa yang mampu mengusir Tar-Tar atau Mongol pada masa itu bernama Radén Wijaya atau cikal bakal Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya kemudian memanggilnya dengan sebutan “sanggramacura” atau “seorang pemberani yang takut karena keberaniannya dalam menghadapi bahaya” atau dengan kata lain Çirabhaya yang berarti “berani menghadapi bahaya”. Raden Wijaya dilambangkan sebagai pejuang pemberani, sedangkan tentara Mongol melambangkan bahaya yang datang ke Pulau Jawa.[3][4]

Penempatan Patung

sunting

Di Surabaya

sunting
 
Lambang Kota Surabaya.

Patung ini terletak di tiga tempat di kota Surabaya. Pertama, di depan Kebun Binatang Surabaya. Patung di sini adalah patung terindah. Patung ini dibangun pada tahun 1988 oleh arsitek Sutomo Kusnadi dan pematung Sigit Margono.[5]

Kedua di Taman Skate and BMX Surabaya (Genteng). Patung ini dia tingginya 15 meter dan bisa menyemburkan air dari mulut ikan sura Kali Mas dari pinggiranya.[6][7].

Yang terakhir berada di Taman Surabaya (Kenjeran). Patung terbesar memiliki tinggi 25,6 meter, sedangkan patung duduk berukuran 5 meter dan diameter 15 meter. Patung ini merupakan patung Sura dan Baya terbaru, per tahun 2019.[7][8]

Di Luar Negeri

sunting

Patung Sura dan Baya tidak hanya bisa ditemukan di Surabaya saja, namun juga di luar negeri yakni Korea Selatan. Patung ini diresmikan oleh mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang kini menjabat Menteri Sosial pada tanggal 1 Juli 2014. Patung ini berdiri di sebuah taman kota yang terletak di Busan Indonesian Center. Patung di Busan seolah menjadi simbol komitmen Pemkot Surabaya dan Pemkot Busan. Patung tersebut dibuat oleh seorang seniman bernama Agung Tato, terbuat dari bahan perunggu dengan tinggi 2,6 meter dan diameter 0,75 meter. Kolaborasi kedua pemerintah dimulai pada tahun 1994 dalam bidang budaya, pendidikan, ekonomi, dan mode.[9]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Ternyata Ini Kisah di Balik Patung Sura dan Baya di Kota Surabaya". Liputan 6. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  2. ^ "Ternyata Ini Kisah di Balik Patung Sura dan Baya di Kota Surabaya". Liputan 6. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  3. ^ Sungkowati, Yulitin (2022). "Alih Wahana Cerita Rakyat "Asal-Usul Surabaya" dalam Industri Kreatif". Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan. 17: 95–109. ISSN 2714-8653. 
  4. ^ "Sejarah Kota Surabaya". Pemerintah Kota Surabaya. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  5. ^ "Mengenal Asal Mula Patung Hiu dan Buaya Surabaya". Inews Jatim. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  6. ^ "Kota Surabaya Punya Mbah'e Patung Suroboyo". Kabar Surabaya. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  7. ^ a b "Mengunjungi 3 Patung Sura dan Baya yang Ikonik, Ini Dia Lokasinya". Jawa Pos. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  8. ^ "Bagi yang Belum Tahu, Ini 3 Lokasi Patung Sura dan Baya yang Ikonik". Detik Jatim. Diakses tanggal 10 Oktober 2023. 
  9. ^ "Risma Resmikan Patung Suro dan Boyo di Busan". Tempo. Diakses tanggal 10 Oktober 2023.