Kristus Raja Dili

Revisi sejak 2 September 2024 10.41 oleh Dwinug (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kristus Raja Dili (bahasa Portugis: Estátua do Cristo Rei de Díli, bahasa Tetun: Estátua Cristo Rei Dili) adalah patung kolosal Yesus Kristus setinggi 27 meter yang terletak di atas bola dunia di Tanjung Fatucama di Dili, Timor Leste. Tempat ini merupakan salah satu atraksi wisata utama di Timor Leste.

Kristus Raja Dili
  • Estátua do Cristo Rei de Díli  (Portugis)
  • Estátua Cristo Rei Dili  (Tetum)
Patung yang dilihat dari puncak Tanjung Fatucama
Koordinat8°31′14″S 125°36′30″E / 8.520527°S 125.608322°E / -8.520527; 125.608322
LokasiTanjung Fatucama, Dili, Timor Leste
PerancangMochamad Syailillah ("Bolil")
TipePatung
MaterialTembaga
Tinggi27 meter (89 ft)
Didedikasikan kepadaKristus Raja

Patung ini dirancang dan diawasi pembangunannya oleh Mochamad Syailillah, yang lebih dikenal dengan nama "Bolil". Patung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1996 sebagai hadiah dari Pemerintah Indonesia untuk rakyat Timor Timur, provinsi yang saat itu masih bagian dari Indonesia.

Sejarah

sunting

José Abílio Osório Soares, yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur Timor Timur, mengajukan ide pembangunan patung Cristo Rei kepada Presiden Soeharto. Patung ini direncanakan sebagai hadiah untuk memperingati 20 tahun integrasi Timor Timur ke dalam Indonesia, yang akan dirayakan pada 17 Juli 1996.[1]

Soeharto kemudian memberikan tugas kepada Garuda Indonesia, maskapai penerbangan nasional, untuk mengelola proyek ini. Garuda diberi mandat untuk mencari dana untuk proyek tersebut dan berhasil mengumpulkan sekitar 1,1 miliar rupiah (setara dengan US$ 123.000). Namun, jumlah ini tidak cukup untuk menyelesaikan pembangunan patung. Oleh karena itu, kontribusi tambahan dari pegawai negeri sipil dan pengusaha Timor Leste diperlukan. Total biaya proyek akhirnya melebihi 5 miliar rupiah (sekitar US$ 559.000).[1]

Garuda kemudian bekerja sama dengan Mochamad Syailillah, yang lebih dikenal dengan nama “Bolil”, untuk merancang dan membangun patung tersebut. Bolil, seorang pengrajin dari Bandung yang belum pernah menangani proyek patung besar sebelumnya, melakukan perjalanan ke Timor Timur untuk mengevaluasi Tanjung Fatucama, lokasi yang diusulkan oleh Gubernur. Lokasi tersebut memiliki kondisi yang ideal untuk mendirikan patung besar dan tinggi.[1]

Mempertimbangkan kondisi medan dan kecepatan angin lokal yang sangat tinggi, Bolil merancang patung tersebut dan membuat prototipe awal. Desain yang diusulkan menampilkan sosok yang dibalut jubah. Namun, penciptaan wajah patung terbukti menantang; setelah berbagai usaha, termasuk konsultasi dengan kantor pusat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia di Jakarta, seniman tersebut memilih fitur wajah yang terinspirasi dari gaya Yunani dan Romawi, dengan fokus pada kesederhanaan.[1]

Proses pembuatan tubuh patung memakan waktu hampir satu tahun dan melibatkan 30 pekerja di Sukaraja, Bandung, hingga desainnya selesai. Tubuh patung terdiri dari 27 bagian tembaga yang dipisahkan, yang kemudian dimuat ke dalam tiga trailer kontainer dan dikirim ke Dili menggunakan kapal sewaan. Pemasangan patung, yang dilakukan oleh tim dari Bandung dan termasuk pemasangan bola dunia serta salib setinggi 10 meter (33 kaki), memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Di lokasi pemasangan, sebuah kerangka bambu dipasang untuk membantu mengangkat bagian-bagian tembaga, masing-masing dengan berat antara 100 hingga 200 kg (220 hingga 440 lb), ke puncak setinggi 100 meter (330 kaki).[1]

Sebelum Timor Timur tidak lagi menjadi provinsi di Indonesia, patung ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai patung tertinggi di Indonesia.[2][3] Sejak Timor Leste merdeka kembali pada tahun 2002, patung ini tidak dihancurkan, melainkan dipelihara dan ditampilkan kembali sebagai daya tarik wisata.[4]:83,84

Warga Timor Leste berpendapat bahwa patung tersebut sekarang 'milik' Timor Leste, terlepas dari siapa pembuatnya dan apa tujuannya. [5]:160 Patung ini telah menjadi simbol kebanggaan bagi penduduk setempat,[6]:160 dan, sebagai “... simbol ikonik negara dan Ibu Kota Dili...”,[7] kini berfungsi sebagai tempat yang sering dikunjungi dan salah satu atraksi wisata utama di Timor Leste. Bahkan Xanana Gusmão telah berganti posisi; ketika ia menjabat sebagai Perdana Menteri Timor Leste antara tahun 2007 dan 2015, pemerintahnya mendukung renovasi patung tersebut.[8]:107

Objek Wisata Rohani

sunting

Kawasan patung Kristus Raja selain menjadi tempat berdoa bagi penganut Katolik berdoa atau berziarah, tempat itu kini menjadi objek wisata rohani di Timor Leste. Setiap Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur, kawasan ini menjadi serbuan warga Dili untuk melepas penat. Bukan saja warga lokal namun warga asing juga datang untuk menikmati pemandangan alam, sekaligus sebagai sumber inspirasi rohani. Area ini sangat bagus dan sejuk. Pengunjung dapat menikmati hamparan angin laut dari arah utara. Tempat ini strategis karena berdekatan dengan objek wisata pantai Pasir Putih. Setiap Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur, tempat ini menjadi pilihan warga setempat.

Sebelum mencapai puncak Kristus Raja pengunjung akan melewati 14 stasi, yakni tempat berdoa bagi umat Katolik, yang melambangkan tempat perhentian Yesus Kristus dalam kisah sengsaranya di Bukit Golgota.

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Yunus, Ahmad (24 March 2008). "Di Balik Cristo Rei Timor Leste" [Behind Cristo Rei Timor Leste]. Aceh Feature. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 December 2010. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  2. ^ "Patung Kristus Raja, Wisata Rohani Timor Leste" [Statue of Christ the King, Spiritual Tourism of East Timor] (dalam bahasa Indonesian). Liputan6. 31 March 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 February 2012. Diakses tanggal 16 November 2017. 
  3. ^ Yunus, Ahmad (24 March 2008). "Di Balik Cristo Rei Timor Leste" [Behind Cristo Rei Timor Leste]. Aceh Feature. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 December 2010. Diakses tanggal 8 March 2022. 
  4. ^ Arthur, Catherine E. (2019). Political Symbols and National Identity in Timor-Leste. Rethinking Peace and Conflict Studies series. Cham, Switzerland: Palgrave Macmillan. hlm. 81–89. ISBN 9783319987811. 
  5. ^ Henick, Jonathan (August 2014). Nation Building in Timor-Leste: National Identity Contests and Crises (Tesis PhD thesis). Honolulu: University of Hawaiʻi at Mānoa. OCLC 930543867. https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/100434/1/Henick_Jonathan_r.pdf. 
  6. ^ Henick, Jonathan (August 2014). Nation Building in Timor-Leste: National Identity Contests and Crises (Tesis PhD thesis). Honolulu: University of Hawaiʻi at Mānoa. OCLC 930543867. https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/100434/1/Henick_Jonathan_r.pdf. 
  7. ^ Chemonics International Inc (27 August 2019). Indonesia Market Assessment of Potential for Faith-Based Tourism in Timor-Leste: A Study of Indonesian Niche Source Market Potential (PDF) (Laporan). United States Agency for International Development (USAID). hlm. 4. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  8. ^ Henick, Jonathan (August 2014). Nation Building in Timor-Leste: National Identity Contests and Crises (Tesis PhD thesis). Honolulu: University of Hawaiʻi at Mānoa. OCLC 930543867. https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/100434/1/Henick_Jonathan_r.pdf.