Ki Ages Dwiharso

Revisi sejak 8 September 2024 12.43 oleh Badak Jawa (bicara | kontrib) (Parameter instrument sebaiknya ditulis alat musik yang ia gunakan)

Agustinus Esthi Sugeng Dwiharso, yang lebih dikenal sebagai Ki Ages, adalah seorang seniman, budayawan sekaligus pendidik yang lahir pada 7 Mei 1970 di Dusun Ngenthak, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, di perbukitan Menoreh, Yogyakarta. Nama "Esthi Sugeng Dwiharso" memiliki makna unik, yaitu "mencari keselamatan" dan "anak kedua." Keluarganya tengah membangun rumah ketika ia lahir, yang mengilhami arti dari nama belakangnya, "Dwiharso," yang berarti "dua kehendak."

Agustinus Esthi Sugeng Dwiharso
Ki Ages
Ki Ages Dwiharso menerma rekor Muri 2019
Informasi latar belakang
Lahir7 Mei 1970
Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia
Instrumenviolin

Ki Ages lahir dari pasangan Stephanus Suradjiyanto, seorang guru Sekolah Dasar, dan Maria Goretti Supariyah, seorang mantan guru Taman Kanak-Kanak yang kemudian memilih menjadi ibu rumah tangga. Meski tinggal di lingkungan yang mayoritas beragama Islam, keluarga Ki Ages menganut agama Katolik. [1] [2]

Masa Kecil dan Pendidikan

Masa kecil Ki Ages dihabiskan dengan bermain, karena belum ada sekolah Taman Kanak-Kanak di desanya. Pada usia 7 tahun, ia mulai bersekolah di SD Pangudi Luhur, sebuah sekolah misi yang juga terhubung dengan Gereja Santa Lusia Kalirejo. Di sekolah ini, Ki Ages mulai menunjukkan minatnya dalam musik, terutama pada seni gamelan.

Ketika Ki Ages duduk di kelas 5 SD, ibunya mengalami gangguan kesehatan yang diduga sebagai "baby blues" setelah melahirkan adiknya. Hal ini menyebabkan beban berat pada keluarganya, dan akhirnya Ki Ages serta saudara-saudaranya harus tinggal di panti asuhan. Di panti asuhan, ia belajar berbagai alat musik seperti kulintang dan gitar.

Perjalanan Karir dan Pendidikan Lanjutan

Setelah lulus dari SD pada tahun 1983, Ki Ages melanjutkan pendidikannya di SMPK Muntilan, di mana iabergabung dengan kelompok paduan suara yang terkenal. Meskipun ia sempat merasa tidak nyaman dengannama panggilannya "Esthi" yang terdengar seperti nama perempuan, ia tetap mengembangkan bakat musiknya di sana.

Setelah lulus dari SMP, ia berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta, tetapi akhirnya terpaksa masuk ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) karena kekhawatiran ayahnya terhadap lingkungan yang kurang kondusif di Yogyakarta saat itu. Meskipun awalnya enggan, Ki Ages menemukan ketertarikan pada pendidikan musik melalui pelajaran gamelan dan teater yang diterimanya di SPG.

Setelah lulus, Ki Ages sempat mengajar di beberapa sekolah, termasuk di Jambi dan Cilacap, tetapi selalu kembali ke kampung halamannya dengan perasaan gelisah. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta, di mana ia bisa menekuni dunia musik dengan lebih serius. Di Jakarta, ia bergabung dengan berbagai grup musik keroncong, bahkan menjadi pemain biola setelah berlatih secara otodidak. [3]

Kehidupan di Dunia Musik

Karir musik Ki Ages mulai menanjak ketika ia bergabung dengan Keroncong Tugu, salah satu grup keroncong tertua di Indonesia. Bersama grup ini, ia tampil di berbagai panggung, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk di Belanda. Ia juga pernah menjadi music director di Teater Populer yang dipimpin oleh Slamet Rahardjo Djarot.

Pada tahun 2005, Ki Ages melanjutkan pendidikannya di bawah bimbingan Profesor Pono Banoe, seorang tokoh musik yang terkenal. Ia meraih gelar Bachelor of Music Education (B.Mus.Ed), setara dengan Sarjana Pendidikan Musik (S.Pd. Mus). Sejak saat itu, ia aktif mengajar musik di berbagai institusi dan mendirikan komunitas Taman Suropati Chamber (TSC) yang didedikasikan untuk anak-anak jalanan agar mereka bisa belajar musik. [4]

Kehidupan Pribadi

Ki Ages menikah dengan Shinta Yasminka Subekti, seorang mantan None Jakarta Barat yang mendukung sepenuhnya karir dan kehidupan pribadinya. Mereka memiliki lima anak, dua di antaranya meninggal saat bayi. Meskipun salah satu anak mereka mengalami Cerebral Palsy, keluarga mereka tetap harmonis dan semua anaknya memiliki minat terhadap musik.

Aktivitas dan Kontribusi di Taman Suropati Chamber (TSC)

Pada 7 Mei 2007, Ki Ages mendirikan Taman Suropati Chamber (TSC), sebuah komunitas musik yang berfokus pada pelestarian budaya Indonesia, khususnya dalam seni musik. Komunitas ini unik karena beroperasi di Taman Suropati, menghilangkan stigma bahwa musik orkestra hanya untuk kalangan atas, dan mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak, pedagang, pegawai, pelajar, bahkan anak jalanan, untuk bergabung dan bermusik bersama. Atas inovasi ini, TSC mendapatkan pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Komunitas Musik Taman Pertama di Indonesia, bahkan di dunia. [5] [6]

Pengembangan Keroncong dengan Batavia Mood

Pada 7 Agustus 2009, Ki Ages juga mendirikan Batavia Mood, sebuah kelompok musik keroncong yang bertujuan melestarikan dan mengembangkan lagu-lagu daerah serta nasional, termasuk keroncong. Batavia Mood, yang merupakan bagian dari TSC, berlatih di Taman Suropati dan beranggotakan instruktur-instruktur muda dengan komitmen tinggi untuk menjaga warisan musik keroncong dari tergerus oleh globalisasi. [7] [8]

Pengakuan dan Partisipasi Internasional

Sebagai seorang seniman yang bercita-cita membawa lagu-lagu daerah dan nasional ke kancah internasional, Ki Ages mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam program "International Visitor Leadership" di Amerika Serikat pada Mei 2010. Program ini membahas manajemen dan pengembangan organisasi seni nirlaba. Selain itu, Ki Ages telah berkontribusi dalam berbagai workshop dan seminar, termasuk di Belanda, di mana ia menjadi pembicara dalam seminar tentang musik keroncong. [9] [10]

Pendidikan dan Pengajaran

Ki Ages juga dikenal sebagai pengajar musik di beberapa sekolah ternama di Jakarta, termasuk SMA Pangudi Luhur I, SMA Tarakanita I, dan SMP Santa Ursula. Dengan latar belakang pendidikan musik yang diperolehnya dari kuliah teori musik di bawah bimbingan Pono Banoe, Ki Ages terus mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan musik, baik melalui pengajaran formal maupun melalui komunitas yang didirikannya. [11] [12] [13] [14]

Daftar Konser

  1. Konser Perdana Taman Suropati Chamber tahun 2008 di Thamrin City
  2. Konser “Mengenang Bang Maing” tahun 2009 di Graha Bhakti Budaya;
  3. Konser dalam memeriahkan Pesta Kesenian Anak (Peska) tahun 2010 di Graha Bhakti Budaya
  4. Konser “Musik Bahasa Dunia” tahun 2011 di Gedung Kesenian Jakarta
  5. Konser Musikal “Padang Bulan” tahun 2012 di Gedung Kesenian Jakarta
  6. Konser dalam merayakan hari anak Indonesia tahun 2013 di Smesco Jakarta
  7. Konser “Gita Senja Metropolitan” tahun 2014 di Gedung Kesenian Jakarta
  8. Konser “Semakin Dekat Dengan Alam” tahun 2015 di Gedung Kesenian Jakarta
  9. Konser “Wisata Nada Khatulistiwa” tahun 2016 di Gedung Kesenian Jakarta
  10. Mengisi acara Parade Senja pada tahun 2008 di Istana Negara Jakarta
  11. Mengisi acara pada Perayaan Hari Anak tahun 2010 di istana negara Jakarta.

Referensi

[1] <https://ilonadea.blogspot.com/2014/10/taman-suropati-chambers.html> "Blogspot". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

[2] <https://rm.id/baca-berita/government-action/8549/mas-ages-sosok-di-balik-sukses-rekor-muri-konser-indonesia-raya> "rm.id". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

[3] <https://www.mldspot.com/public/trending/komunitas-taman-suropati-chamber-bermusik-tanpa-batas> "MLDSPOT". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

[4] <https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/28/batavia-mood-perkenalkan-musik-kroncong-ke-milenial-melalui-aransemen-lebih-modern?page=all/> "WARTALKOTAlive.com". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

[5] <https://m.beritajakarta.id/read/70047/belajar-alat-musik-biola-di-taman-suropati/> "beritajakarta.id". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

[6] <https://www.kompas.tv/nasional/34778/mengenal-komunitas-musik-taman-suropati-chambers/> "kompas.tv". Situs Web. 2024. Diakses tanggal 8 September 2024. 

  1. ^ Dea, Ilona (2014-10-29). "TAMAN SUROPATI CHAMBERS #JAKARTAREPOSEPROJECT". TAMAN SUROPATI CHAMBERS #JAKARTAREPOSEPROJECT ~ Ilona Dea. Diakses tanggal 2024-09-08. 
  2. ^ SUNDA, UJANG (6 Mei 2019). "Mas Ages, Sosok di Balik Sukses Rekor MURI Konser Indonesia Raya". RM.id. Diakses tanggal 8 September 2024. 
  3. ^ "Komunitas Taman Suropati Chamber: Bermusik Tanpa Batas". Komunitas Taman Suropati Chamber: Bermusik Tanpa Batas (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-08. 
  4. ^ "Batavia Mood Dekatkan Musik Keroncong ke Milenial Melalui Aransemen Lebih Modern". Wartakotalive.com. Diakses tanggal 2024-09-08. 
  5. ^ "Belajar Alat Musik Biola di Taman Suropati". beritajakarta.id. Diakses tanggal 2024-09-08. 
  6. ^ "Mengenal Komunitas Musik Taman Suropati Chambers". KOMPAS.tv. Diakses tanggal 2024-09-08.