Luka narsisistik

Revisi sejak 13 September 2024 15.13 oleh ANNAFscience (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Kondisi psikologis menggunakan HotCat)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Luka narsisistik, atau dalam Bahasa Inggrisnya adalah narcissistic wound, atau narcissistic injury, adalah trauma emosional yang dialami oleh seseorang pada masa lalu yang merusak mekanisme pertahanan dan menghancurkan ego dan harga dirinya. Dalam beberapa kasus, hal ini membuat korbannya menjadi sama sekali tidak bisa lagi merasakan hal baik tentang dirinya. Orang yang memiliki luka narsisistik bukan berarti pasti merupakan penyandang gangguan kepribadian narsisistik.

Sigmund Freud menyatakan bahwa kehilangan cinta atau kehilangan yang berhubungan dengan kegagalan sering meninggalkan luka dalam penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri.

Luka narsisistik seringkali tidak bisa disadari oleh penderitanya dalam sepintas lalu. Luka narsisistik besar kemungkinan adalah hasil kritik berlebihan, kehilangan, atau rasa ditinggalkan. Mereka yang didiagnosa dengan ganguan kepribadian narsisitik akan terlihat terlalu defensif dan agresif saat menghadapi kritik. Jika rata-rata manusia memperlihatkan bahwa dirinya bisa memiliki kelemahan, mereka yang memiliki luka narsisistik akan bersikap sebaliknya, memperlihatkan sisi narsistiknya, meskipun di dalam dirinya merasa luka. Reaksi dari luka narsisistik adalah sebuah topeng dari perasaan sebenarnya yang dirasakan oleh orang yang mengalami masalah ini.

Dari sudut pandang orang lain, luka narsisistik terlihat dari upaya penderitanya melakukan gaslighting sebuah isu kepada orang lain. Seseorang bisa menjadi manipulatif dan agresif karena mereka menolak menerima apapun yang dikatakan mengenai dirinya atau yang tidak ingin ia dengarkan. Penting untuk mereka yang berhadapan dengan penderita luka narsisistik untuk memberitahu bahwa ini adalah sebuah gangguan, ketimbang menganggapnya sebagai sebuah serangan terhadap orang lain.

Anak-anak yang diberikan perlakuan seolah kegagalan mereka akan berujung hilangnya cinta dan kasih sayang, akan lebih cenderung menjadi terobsesi terhadap kesempurnaan dan mengembangkan gangguan kepribadian narsisistik saat dewasa. Karena itu penting untuk memperlihatkan mereka pentingnya menyayangi diri sendiri dan cinta tanpa syarat saat membesarkan anak, agar bisa membantu mereka memahami bahwa perasaan mereka nyata adanya, apapun situasinya maupun buruk atau baiknya kelakuan mereka.