Bola nafo

Revisi sejak 14 September 2024 05.54 oleh Asni J. Laowo (bicara | kontrib) (Memperbaiki kesalahan pengetikan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bola nafo adalah wadah untuk bahan makan sirih orang Nias yang terbentuk dari anyaman kulit daun. Bola nafo terdiri dari dua suku kata yaitu bola dan afo. Bola adalah tempat, sedangkan afo adalah lima ramuan yang sering disebut sebagai tradisi makan sirih bagi orang Nias, yaitu ari tawuö (daun sirih), betua (kapur), gambe (daun gambir), bago (tembakau), dan fino (buah pinang).[1] Biasanya, bola nafo dikalungkan pada leher patung Ina Mbanua. Ina Mbanua adalah dewi yang dimuliakan masyarakat suku Nias sebagai lambang kesuburan. Makan sirih sudah menjadi tradisi yang dilakukan setiap hari oleh semua kalangan umur. Makan sirih mempunyai makna yaitu, sebagai bentuk penyatuan pikiran yang berbeda, menghindari perpecahan dan membangun harapan. Karena itu, makan sirih merupakan tahap awal dalam kegiatan pertemuan adat, keluarga, dan acara besar masyarakat Nias.[2]

Bola Nafo dibuat oleh perempuan di setiap kampung di Nias yang digunakan untuk kebutuhan sendiri atau dijual sebagai barang kerajinan di pasar-pasar tradisional dan toko souvenir untuk para wisatawan. Bola nafo biasanya juga dihiasi dengan simbol dan motif dari Nias yang memiliki makna tersendiri. Contohnya seperti motif Ni'otarawa yang digunakan oleh bangsawan, sementara motif Ni'ohulayo digunakan oleh masyarakat umum.[3] Kini Bola nafo beralih fungsi sebagai penyimpanan emas, dompet, dan tempat menyimpan uang.[2] Bola nafo juga telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2011 dengan nomor regostrasi 2011001695.[4]

Cara membuat

sunting

Pada pembuatan Bola nafo, dimulai dengan mencari dan membersihkan daun pandan dari durinya yang berada di bagian punggung dan pinggir. Daun yang telah dibersihkan dipotong ujung ke ujung lalu ditumbuk. Setelah itu daun pandan dibelah berdasarkan ukuran yang diinginkan lalu direbus. Selanjutnya daun direndam di air mengalir lalu dijemur di bawah panas matahari hingga kering. Setelah kering, daun pandan kering diberi warna lalu dijemur kembali agar warnanya meresap dan kering. Langkah berikutnya yaitu melembutkan (lasinga) daun pandan tersebut agar mudah ketika dianyam. Ketika daun sudah lembut, daun sudah dapat dianyam oleh pengrajin untuk dijadikan Bola nafo.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Borokoa (4 February 2010). "Bolanafo dan Perempuan Nias". Nias Online. Diakses tanggal 1 Januari 2020. 
  2. ^ a b Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018). Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 (Buku 2). Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud. hlm. 302–303. 
  3. ^ "Istiadat Nias". Museum Pusaka Nias. Diakses tanggal 2021-10-10. 
  4. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-10-10. 
  5. ^ "GALERI BOLA NAFO KABUPATEN NIAS BARAT". Website Resmi Kabupaten Nias Barat. Diakses tanggal 2021-10-10.