Gempa bumi Jawa Barat 2024

Pada tanggal 18 September 2024, gempa bumi kuat mengguncang wilayah Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Menurut BMKG dan USGS gempa berkekuatan 5,0 Mw dengan kedalaman 10 km (6,2 mi). Meski kekuatannya sedang, gempa ini sangat merusak, lebih dari 3.000 bangunan dilaporkan rusak atau hancur, dimana wilayah Kertasari, Pangalengan dan Pasirwangi, Garut adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya.[1] Dua orang dikonfirmasikan tewas, dengan 159 orang luka-luka, dan 22 diantaranya dirawat di rumah sakit.[2] Peristiwa ini merupakan gempa bumi terburuk yang pernah melanda Jawa Barat sejak Gempa bumi Cianjur 2022.

Gempa bumi Jawa Barat 2024
Gempa bumi Jawa Barat 2024 di Jawa
Jakarta
Jakarta
Bandung
Bandung
Gempa bumi Jawa Barat 2024
Gempa bumi Jawa Barat 2024 di Provinsi Jawa Barat
Jakarta
Jakarta
Bandung
Bandung
Gempa bumi Jawa Barat 2024
Waktu UTC2024-09-18 02:41:06
ISC
USGS-ANSSComCat
Tanggal setempat18 September 2024
Waktu setempat09:41:06 WIB
Kekuatan5.0 Mw
Kedalaman10 km (6 mi) (USGS)
10 km (6 mi) (BMKG)
Episentrum7°14′13″S 107°34′12″E / 7.237°S 107.570°E / -7.237; 107.570
SesarSesar Garsela
JenisStrike-slip
Wilayah bencanaKabupaten Bandung
Kabupaten Garut
Jawa Barat
Intensitas maks.VII (Sangat kuat)
Korban2 tewas, 159 luka-luka, 22 luka serius

Gempa bumi

Gempa bumi utama terjadi pada hari Rabu, tanggal 18 September 2024, pukul 09:41:08 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi berada di darat pada koordinat 7,19°LS – 107,67°BT, berjarak sekitar 24 km Tenggara Kabupaten Bandung, dengan magnitudo (Mw 5,0) pada kedalaman hiposenter 10 km. Menurut data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 7,24°LS dan 107,52° BT dengan magnitudo 5,3 mb dan kedalaman 10 km. Gempa susulan dirasakan dengan pusat gempa pada koordinat 7,21°LS – 107,7°BT pada kedalaman 8 Km dengan magnitudo M3.2 berjarak 21 Km BaratLaut Kabupaten Garut, dan dilanjutkan 8 kali gempa bumi susulan dengan magnitudo bervariasi antara M 2.0-2.9.[3]

Menurut Daryono, pusat kepala gempa bumi dan tsunami BMKG, peristiwa ini diakibatkan oleh Sesar Garsela. gempa pada 18 September dapat dikenali sebagai segmen baru dari Zona Sesar Garsela. Sesar Garsela memiliki panjang 42 km dari selatan Garut hingga selatan Bandung. Segmen Rakutai sendiri sepanjang 19 km dan segmen Kencana sepanjang 17 km.

Gempa yang terjadi Kabupaten Bandung itu berkekuatan M 5,0 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan gempa berada di kedalaman 10 km (6,2 mi), dengan pusat gempa berada di darat.

Gempa tersebut terjadi di beberapa wilayah. Mulai dari kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut, dan dirasakan selama 3 hingga 5 detik.[4]

Dampak dan korban

Dua orang dilaporkan tewas di Kabupaten Bandung. Diantaranya, seorang balita berusia 2 tahun tewas akibat tertimpa tembok.[5] Lalu seorang siswi sd dilaporkan tewas akibat terjatuh saat panik. Sebanyak 158 orang mengalami luka-luka, 22 diantaranya mengalami luka serius.

Menurut dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, di Kabupaten Bandung jumlah rumah rusak dalam kategori berat mencapai 532 unit dan dalam kategori ringan mencapai 475 unit dan jika ditotalkan mencapai 1.007 unit. Selain itu, ada 1.264 rumah terdampak akibat gempa. Selain itu, sejumlah fasilitas publik juga ikut mengalami kerusakan, di antaranya 8 fasilitas kesehatan, 31 sarana pendidikan, 55 rumah ibadah atau masjid dan 2 perkantoran.[6] Sebanyak 21,696 orang terkena dampaknya, dan 710 orang mengungsi.[7] Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mereka menemukan bahwa secara keseluruhan di wilayah terdampak gempa bumi terdapat sekitar 15 orang mengalami luka berat, di mana tujuh orang harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD, ratusan orang mengalami luka ringan.

Di Kabupaten Garut, satu orang terluka, dan sebanyak 204 unit rumah terdampak, serta 7 sarana pendidikan dan 5 rumah ibadah atau masjid rusak.

Respon

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengerahkan sekitar 40 tenaga medis guna menangani para korban yang terdampak gempa bumi di Kabupaten Bandung, yang terdiri sekitar 40 tenaga medis seperti dokter umum, dokter spesialis, serta perawat. Dalam keterangan yang sama, Ketua IDI Cabang Kabupaten Bandung Dr A. Aziz Asopari menyebutkan, hingga saat ini, di RSUD Bedas Kertasari, terdapat 26 korban yang ditangani, yakni 13 laki-laki dan 13 perempuan, dengan 24 korban luka ringan dan rawat jalan, serta dua orang mengalami luka berat yang kemudian dirujuk ke RSUD Majalaya. Selain itu, para dokter yang bertugas melaporkan bahwa dibutuhkan logistik makanan dan obat-obatan, mengingat sebagian besar obat yang berada di dalam instalasi farmasi Puskesmas tidak dapat diambil karena khawatir bangunan akan runtuh.[8]

Dia menambahkan, jenis penyakit yang ditangani saat ini, antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), alergi, hipertensi, myalgia, dan kecemasan. Tim lapangan IDI juga menemukan bahwa di Desa Cihawuk terdapat dua anak yang membutuhkan konseling karena mengalami gangguan trauma pascabencana.

Lihat pula

Referensi