Tenjolayar, Cigasong, Majalengka
Tenjolayar adalah desa di kecamatan Cigasong, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia. Jumlah penduduk hingga tahun 2004 yaitu 4.110 jiwa yang mendiami luas wilayah 261.003 hektare.
Tenjolayar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Majalengka | ||||
Kecamatan | Cigasong | ||||
Kode Kemendagri | 32.10.20.2003 | ||||
Luas | 261.003 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 4.110 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Sejarah
suntingBerdasarkan cerita rakyat (legenda) Desa Tenjolayar mempunyai rangkaian sejarah dengan beberapa desa lain di sekitarnya, seperti Desa Manjeti dan Cigasong. Daerah ini diperkirakan zaman dahulu merupakan bagian dari kawasan yang dekat dengan Laut Jawa.
Menurut keterangan Aki Emon (sesepuh), zaman dahulu ada dua orang Kiyai bersaudara asal Cirebon bernama Embah Karsijah dan Embah Kawung Poek. Kedua orang ini tidak rukun dalam kehidupannya, apalagi Kawung Poek mempunyai sifat tamak akan kekuasaan. Berdasarkan kejadian tersebut, Embah Karsijah minta tolong kepada Embah Karim saudara mereka. Sehingga persengketaan dapat diselesaikan oleh Kiyai Karim dengan keputusan, bahwa daerah kekuasaan dibagi menjadi dua, yaitu:
- Daerah sebelah timur (sekarang Desa Tenjolayar) dikuasai oleh Embah Karsijah.
- Sebagian besar wilayah Cigasong dikuasai oleh Embah Kawung Poek.
Berdirinya Desa Tenjolayar sekira tahun 1905 atas ajuan tokoh masyarakat kepada Kanjeng Dalem (bupati Majalengka saat itu). Agar tempat ini menjadi sebuah desa, Kanjeng Dalem meminta agar terlebih dahulu didirikan Sekolah ngadapang (Sunda, tengkurap di atas lantai/tanah). Di lokasi sekolah ngadapang tersebut sekarang berdiri Sekolah Dasar Negeri Tenjolayar 1.
Asal kata Tenjolayar sendiri terdiri dari dua suku kata yakni Tenjoyang berarti melihat dan Layar yang berarti layar perahu. Menurut keterangan masyarakat kata Tenjolayar berarti melihat layar, arti ini dapat dibuktikan dengan adanya suatu tempat di Tenjolayar yang bernama Pesanggrahan. Konon temapat tersebut adalah tempat istirahat Ratu Majalengka. dari tempat ini kita dapat melihat ke arah pantai Cirebon.
Sejak itu terpilih nama-nama Kepala Desa Tenjolayar:
- Idun (1906-1912),
- Satim (1913-1917),
- A. Wiraatmaja (1918-1923),
- Raksadisastra (1924-1932),
- Sacadiwangsa (1933-1935),
- Wiramuskani (1936-1946),
- E. Suntama (1946-1948),
- Mulya Marhasan (1948-1949),
- Rukina, setengah tahun
- Mulya Marhasan (1949-1952),
- Padmawikarta (1952-1961),
- Usman Warto (1962-1975),
- Suhadi (1976-1977),
- Usman Warto (1978-1988),
- Suhada (1990-1991(PJS) dan 1991-1999),
- M. Sahiri (1999-2000 (PJS)), serta,
- Jaja Suparja (2000-2010)
- Hj. Siti Nurhasanah (2010 - sekarang)
Kondisi Sosial Ekonomi
suntingBukti kemajuan Desa Tenjolayar terjadi dalam berbagai aspek, seperti tingkat pendidikan penduduk, yang didukung oleh semakin kreatifnya masyarakat bahkan di antaranya banyak pula yang menjadi pejabat. Di desa ini dapat ditemukan beberapa perusahaan yang dapat menyediakan lahan pekerjaan bagi warganya. Misalnya, ada beberapa perusahaan Jamur Merang, pembuatan Kusen Beton yang pemasarannya telah mencapai luar Kabupaten Majalengka, dan perusahaan Jamu Tradisional St. Hasanah yang pemasarannya hingga ke Subang, Purwakarta, Bekasi, Bandung, dan Garut, bahkan ke Sumatra, juga pernah jamu ini menjadi oleh-oleh yang dibawa oleh seseorang saudaran Dan Yon yang pernah menjabat di Bataliyon 321 Brigif Infantri TNI AD ke Amsterdam Belanda beberapa waktu yang lalu.