Kerajaan Kandis
Kerajaan Kandis merupakan sebuah kerajaan yang berada di Sumatera yang diklaim berbasis di wilayah tengah-barat pulau Sumatera, yang kini merupakan bagian dari timur wilayah Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Kerajaan Kandis Karajaan Kandis | |
---|---|
ca ditahun 1 SM atau ada yang berpendapat pada abad ke-11 SM | |
Perkiraan lokasi Kerajaan Kandis berada di Sumatera Tengah (kini terpecah menjadi bagian timur Sumatera Barat, Riau, dan Jambi) | |
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Malayik Sumatera Utara Kuno dan bahasa-bahasa Malayik di Sumatera bagian tengah di sebelah timur. |
Agama | |
Pemerintahan | Monarki |
Sejarah | |
• Didirikan | ca ditahun 1 SM atau ada yang berpendapat pada abad ke-11 SM |
Sekarang bagian dari | |
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak abad ke-1 Sebelum Masehi atau abad ke-11 Sebelum Masehi, diklaim sebagai kerajaan tertua ke 3 di Nusantara sesudah Situs gunung Padang yg berusia 25.000 SM dan situs tinggi hari 5.000 SM. Pada abad ke-14 Masehi wilayah tempat Kerajaan Kandis berada masih tetap dikenal sebagai Kandis sampai sekarang.
Sejarah
suntingKerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak abad ke-1 SM, diyakini sebagai kerajaan Minangkabau tertua di Sumatera, serta Nusantara pada umumnya. Pada abad ke-14 M, di Nagarakretagama bekas wilayah Kerajaan Kandis masih disebut dengan Kandis, disebut sebagai salah satu wilayah Majapahit dalam sebuah karya sastra, Kakawin Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365 oleh oleh Empu Prapañca, seorang bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit.[1][2]
Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-1 Sebelum Masehi, artinya mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatra Tengah.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Katumanggungan. [kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna[yang mana?].[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih. [kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Ekonomi Kerajaan
suntingKehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas[kenetralan diragukan][butuh rujukan], sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Malaka oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]Dari Kandis ke Malaka membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu. [kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]Pada puncak kejayaannya terjadi perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin terlihat daerah yang muncul kepermukaan.[butuh rujukan]Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi. [kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatera Barat).[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).[kenetralan diragukan][butuh rujukan]
Referensi
suntingSumber
sunting- ^ "Saujana Trowulan". Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Diakses tanggal 27 November 2020.
- ^ "Permukiman Kuna Di Kawasan Way Sekampung (Lampung) Pada Masa Śriwijaya" [Ancient Settlements in Way Sekampung during the Srivijaya era]. AMERTA, Research and Archaeology Development Journal, Balai Arkeologi Bandung. 31 (2). 2013.
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- Kerajaan Kandis Diarsipkan 2010-04-25 di Wayback Machine. di Melayuonline.com
- Kerajaan Kandis Kerajaan Tertua di Sumatra
- http://www.riaudailyphoto.com/2011/07/kerajaan-kandis-sebagai-awal-peradaban.html/ Diarsipkan 2012-10-23 di Wayback Machine. KERAJAAN KANDIS SEBAGAI AWAL PERADABAN DINUSANTARA]
- Mitologi Lubuk Jambi Diarsipkan 2011-03-01 di Wayback Machine.