Mekanika batuan

Revisi sejak 10 Oktober 2024 05.34 oleh YovankaMarie (bicara | kontrib) (Fitur saranan gambar: 1 gambar ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Mekanika batuan adalah salah satu cabang ilmu mekanika yang mempelajari mengenai perilaku dari batuan yang menerima gaya atau tekanan tertentu. Ruang lingkup keilmuan mekanika batuan bersifat teoretis maupun praktis.[1] Mekanika batuan menjadikan batuan utuh dan massa batuan sebagai objek penyelidikannya.[2] Dalam mekanika batuan, karakteristik batuan yang informasinya diperlukan meliputi modulus deformasi, modulus pasca runtuh, elastisitas, kuat tekan, geser dan tarik, sudut geser dalam, daya dukung, dan kohesi.[3] Mekanika batuan merupakan salah satu bidang keilmuan yang berkaitan dengan pekerjaan pada teknik pertambangan.[4] Kondisi mekanika batuan merupakan salah satu parameter yang diperlukan dalam pemilihan dan penentuan metode pertambangan bawah tanah.[5]

Batuan yang terjal

Prinsip

sunting

Tekanan litostatik

sunting

Tekanan litostatik merupakan tekanan yang sangat besar yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan tekanan hidrostatik. Batuan yang mengalami tekanan litostatik adalah batuan yang berada di dalam Bumi. Arah dari tekanan litostatik adalah ke segala arah. Tekanan litostatik semakin besar menekan batuan yang berada pada posisi yang semakin dalam di dalam Bumi.[6]

Tegasan

sunting

Tegasan merupakan gaya yang bekerja pada suatu luas permukaan dari suatu benda. Terkait dengan batuan, tegasan ialah suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai tanggapan dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Besarnya tegasan merupakan perbandingan antara nilai gaya yang bekerja pada luas suatu permukaan dibagi dengan luas permukaan benda tersebut Tegasan dibedakan menjadi tegasan utama dan tegasan pembeda. Tegasan utama merupakan tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen tegasan prinsipal. Sedangkan tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan pada nilai maksimal dan tegasan pada nilai minimal. Rekahan atau retakan akan terjadi pada bebatuan ketika nilai tegasan melebihi kekuatan yang tersimpan di dalam batuan.[7]

Gaya tegasan

sunting

Gaya tegasan merupakan gaya yang muncul akibat tegasan. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perubahan panjang, perubahan bentuk, dan dilatasi batuan. Gaya tegasan juga dapat timbul akibat ketiga hal tersebut terjadi secara bersamaan. Adanya perubahan tekanan litostatik membuat benda yang homogen mengalami perubahan volume, tetapi tidak mengalami perubahan bentuk. Salah satu contohnya adalah batuan gabro yang mengembang ketika gaya hidrostatiknya berkurang. Perubahan bentuk umumnya terjadi ketik gaya terpusat pada suatu benda sehingga tiga jenis fasa terlampaui. Fasa-fasa ini yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah. Fasa plastisitas tidak dicapai oleh bahan yang rapuh karena umumnya pecah terlebih dahulu. Sementara bahan yang memiliki plastisitas akan mempunyai rentang waktu antara fasa elastisitas dan fasa pecah. Di dalam mekanika batuan, hubungan ketiga fasa tersebut ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan. Gaya yang diperlukan untuk pecah pada suhu dan tekanan permukaaan tertentu dihitung sebagai kekuatan batuan. Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda meskipun jenis batuannya sama. Penyebabnya adalah kondisi pembentukan yang berbeda-beda pula.[8]

Kebutuhan informasi

sunting

Dalam mekanika batuan, informasi yang paling utama ialah mengenai kekuatan material pada batuan. Informasi ini lebih utama dibandingkan dengan informasi mengenai kekerasan batuan. Pentingnya informasi mengenai kekuatan material pada batuan merupakan akibat dari adanya opini dari para ahli geologis. Kekuatan batuan diartikan sebagai ketahanan batuan terhadap lekukan dan goresan yang penilaiannya tidak hanya mencakup penilaian secara kuantitatif. Kekuatan batuan dalam kategori lunak dibedakan menjadi batuan lunak dan batuan sangat lunak. Batuan sangat lunak merupakan batuan yang dapat remuk dan dapat dikupas menggunakan pisau. Sedangkan batuan lunak merupakan material yang dapat dipotong dan dikupas menggunakan pisau.[9] Kemudian kekerasan batuan yang bersifat keras dibedakan menjadi batuan keras sedang, batuan keras dan batuan sangat keras. Batuan keras sedang memiliki material yang tidak dapat dipotong atau dikupas dengan pisau, tetapi dengan satu pukulan kuat menggunakan palu geologi, materialnya dapat pecah. Batuan keras merupakan material yang pecah ketika dipukul dengan palu geologi. Sedangkan batuan sangat keras merupakan material yang hanya dapat pecah setelah dipukul berkali-kali menggunakan palu geologi.[10]

Penerapan teoretis

sunting

Kelayakan ekonomi pertambangan

sunting

Mekanika batuan menjadi salah satu parameter masukan yang menjadi referensi bagi perubahan atas penilaian kelayakan operasi dari suatu pertambangan secara ekonomi. Parameter mekanika batuan yang utama dalam hal ini meliputi sistem dan pola urutan dari penyanggah batuan.[11]

Pemahaman struktur geologi

sunting

Suatu struktur geologi dapat dipahami dengan mudah dengan mengenali prinsip-prinsip dasar dari mekanika batuan. Prinsip ini diantaranya meliputi konsep gaya, tekanan, dan tarikan. Prinsip dasar mekanika batuan ini dapat mempermudah pemahaman terhadap asal-usul dan mekanisme terbentuknya suatu struktur geologi.[12]

Penerapan praktis

sunting

Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi

sunting

Uji seleksi mengenai lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dilakukan ketika pengujian pengeboran sumur eksplorasi telah selesai dilakukan. Setelahnya ditetapkan beberapa tempat yang menjadi kandidat tempat pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pemilihan tempat ini ditinjau dari tingkat kestabilan secara geologi teknik, keterjangkauan, efisiensi serta peluang pengembangan sumur eksplorasi yang memadai. Pada tahap survei galian, diadakan beberapa jenis survei yang salah satunya yaitu survei keberadaan dan kualitas mekanika batuan.[13]

Pembuatan terowongan

sunting

Pada pembuatan terowongan, pengujian mekanika batuan menjadi salah satu tahap kegiatan di dalam pengujian akhir bagi terowongan yang dapat memperkuat kelayakan pembuatannya.[14] Pengujian mekanika batuan diawali dengan pengambilan contoh batuan melalui pengeboran.[15] Pengujian mekanika batuan pada terowongan secara langsung dapat mempercepat proses evaluasi kebutuhan perkuatan batuan yang bersifat sementara maupun tetap. Tujuan lainnya ialah memperoleh paramater pembebanan yang berguna sebagai informasi dalam merancang dinding terowongan dengan bahan konstruksi berupa material batuan. Pengujian mekanika batuan juga dapat dilakukan guna memperoleh metode panggalian yang tepat.[3]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Hardianti, Maryanto, dan Yuliadi (2018). "Uji Kelinieran Keruntuhan Batuan antara Kuat Tarik, Kuat Tekan Uniaksial dan Kuat Traksial Batu Gamping: Studi Kasus di Kecamatan Gronggom Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah". Prosiding Teknik Pertambangan. 4 (1): 195. ISSN 2460-6499. 
  2. ^ Melati, S., dan Riswan (2019). "Prediksi Modulus Elastisitas Batuan Utuh dan Modulus Deformasi Massa Batuan dari Kurva Perilaku Konstitutif" (PDF). Jurnal Jejaring Matematika dan Sains. 1 (2): 78. doi:10.36873/jjms.v1i2.214. ISSN 2686-1658. 
  3. ^ a b Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 1996, hlm. 48.
  4. ^ Saleh. L. M., dan Wahyu, A. (2019). K3 Pertambangan: Kajian Keselataman dan Kesehatan Kerja Sektor Pertambangan. Sleman: Deepublish. hlm. 7. ISBN 978-623-02-0096-0. 
  5. ^ Mahler, A., dan Sabirin, N. (2008). Dari Grasberg sampai Amamapare. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 147. ISBN 978-979-22-3876-1. 
  6. ^ Noor 2012, hlm. 232.
  7. ^ Noor 2012, hlm. 232-233.
  8. ^ Noor 2012, hlm. 233.
  9. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 1996, hlm. 69.
  10. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 1996, hlm. 71.
  11. ^ Toba, Rudi (2020). Tambang Bawah Tanah Block Caving, Hauling dan Sistem Penanganan Bijih Mineral (Oreflow System). Sleman: Deepublish. hlm. 35. ISBN 978-623-02-1937-5. 
  12. ^ Noor, Djauhari (2014). Pengantar Geologi. Sleman: Deepublish. hlm. 421. ISBN 978-602-280-256-3. 
  13. ^ Hadimuljono, M. B., Kurniawan, P., dan Rahardjo, W. (2019). Christian, Putri, ed. Geothermal Economics Handbook in Indonesia: Peluang dan Tantangan. Yogyakarta: ANDI. hlm. 101–102. ISBN 978-979-29-8339-5. 
  14. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 1996, hlm. 33.
  15. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan 1996, hlm. 39.

Daftar pustaka

sunting
  • Noor, Djauhari (2012). Pengantar Geologi (edisi ke-2). Bogor: Pakuan University Press. 

Bacaan lanjutan

sunting
  • Rai, M. A., Kramadibrata, S., & Wattimena, R. K. (2014). Mekanika Batuan. Bandung: Penerbit ITB.
  • Jaeger, Cook, and Zimmerman (2008). Fundamentals of Rock Mechanics. 'Blackwell Publishing. ISBN 978-0-632-057-597. 
  • Brady, B.H.G., Brown, E.T. (1999), Rock Mechanics For Underground Mining, Kluwer Academic Publishers.
  • Edelbro, C. (2004). Evaluation of rock mass strength criteria, Thesis, Lulea University of Technology, Division of Rock Mechanics