Zooarkeologi
Zooarkeologi atau arkeozoologi menggabungkan disiplin ilmiah zoologi dan arkeologi, berfokus pada analisis sisa-sisa hewan pada situs-situs arkeologis. Canag ini, yang dikelola oleh spesialis yang dikenal sebagai zooarkeolog atau analis fauna, menelaah sisa-sisa seperti tulang, cangkang, rambut, kitin, sisik, kulit dan protein seperti DNA untuk membuka wawasan pada interaksi manusia-hewan dan kondisi lingkungan di masa lampau.[1] Meski tulang dan cangkang relatif lebih sering terawetkan dalam konteks arkeologis, biasanya sisa-sisa hewan jarang terawetkan.[2] Degradasi dan fragmentasi sisa-sisa hewan menjadi tantangan dalam menganalisis dan menginterpretasikan data dengan akurat.[2]
Zoologi |
---|
Cabang |
Antropologi · Antropologi biologis · Antrozoologi · Araknologi · Artropodologi · Cetologi · Bryozoologi · Entomologi · Etologi · Helmintologi · Herpetologi · Iktiologi · Karkinologi · Konkologi · Knidariologi · Malakologi · Mamalogi · Melitologi · Mirmekologi · Nematologi · Neuroetologi · Ornitologi · Parasitologi · Paleozoologi · Planktologi · Primatologi · Zoosemiotik · Zooarkeologi |
Zoologis terkemuka |
Karl Ernst von Baer · Georges Cuvier · Charles Darwin Jean-Henri Fabre · William Kirby Carolus Linnaeus · Konrad Lorenz · Thomas Say Jakob von Uexküll · Alfred Russel Wallace · lainnya... |
Sejarah |
Pra-Darwin · Pasca-Darwin · Linimasa zoologi |
Referensi
sunting- ^ "Zooarchaeology | Reading Ancient Animal Remains". zooarch.illinoisstatemuseum.org. Diakses tanggal 2023-10-22.
- ^ a b Yohe II, Robert M. (2006). Archaeology: The Science of the Human Past. Pearson. hlm. 248–264.