Pengepungan Palembang (1811)

Penyerangan Palembang adalah pertempuran yang terjadi karena Sultan Mahmud Badaruddin II menolak untuk menyerahkan Pulau Bangka kepada Inggris.

Pengepungan Palembang (1811)
Tanggal1811
LokasiPalembang, Sumatra Selatan
Hasil

Kemenangan Inggris

Pihak terlibat
Kesultanan Palembang Britania Raya
Tokoh dan pemimpin
Sultan Mahmud Badaruddin II Thomas Stamford Raffles
Robert Rolo Gillespie

Latar belakang

Pulau Bangka merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang yang kaya akan bahan tambang berupa timah. Karena itu, bangsa Eropa khususnya Belanda dan Inggris sangat berambisi menguasai Palembang.

Sebelum Inggris menduduki Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles melakukan pendekatan kepada para penguasa di Indonesia guna mempercepat jatuhnya Belanda.

Salah satu penguasa yang dianggap berpengaruh adalah Sultan Mahmud Badaruddin II dari Kesultanan Palembang. Pada 3 Mei 1811, Raffles bahkan mengirim surat ke Kesultanan Palembang yang disertai dengan pengiriman persenjataan untuk keperluan mengusir Belanda. Pada awal abad ke-19, Belanda telah memiliki loji (kantor dagang) di Sungai Aur, Palembang.

Sultan Mahmud Badaruddin II merespons bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam persaingan antara Inggris dan Belanda, maupun bekerja sama dengan Belanda. Pada akhirnya, Palembang menjalin kerja sama dengan Inggris, yang dirasa lebih menguntungkan. Namun, pada 14 September 1811, terjadi tragedi bumi hangus dan pembantaian di loji Sungai Aur milik Belanda. Baca juga: Rekening Diblokir, Sandra Dewi Menangis di Depan Hakim Saat Mengaku Utang ke Keluarga Akibat peristiwa itu, Belanda menuding Raffles biang keladinya. Sebaliknya, Raffles malah lepas tangan dan menuduh Sultan Mahmud Badaruddin II. Raffles yang telah terpojok mengharapkan Sultan Mahmud Badaruddin II mau berunding dengan kompensasi menyerahkan Pulau Bangka ke Inggris.

Sultan Mahmud Badaruddin II tentu dengan tegas menolak permintaan Raffles.

Penolakan Sultan Mahmud Badaruddin II membuat Raffles mengirim armada Inggris di bawah pimpinan Robert R. Gillespie.

Jalannya pertempuran

Ekspedisi Gillespie tiba di muara Sungai Musi pada 15 April. Gillespie ditugaskan untuk menggulingkan Sultan Mahmud Badaruddin II dan menggantinya dengan keluarga terdekat yang dapat diajak bekerja sama dengan Inggris. Pilihan Raffles saat itu ada dua, yakni adik dan putra Sultan Mahmud Badaruddin II. Pilihan akhirnya jatuh pada adik Sultan Mahmud Badaruddin II yang bernama Ahmad Najamuddin, yang dianggap bisa mempermudah penyerahan Bangka dan Palembang. Inggris bahkan telah menyiapkan perjanjian untuk memuluskan rencananya itu.

Pada 24 April 1812, benteng terkuat di Pulau Borang jatuh ke tangan Gillespie. Inggris kemudian mengangkat Ahmad Najamuddin menjadi sultan Palembang dan menyepakati perjanjian yang telah disiapkan sebelumnya pada 14 Mei 1812.

Akibat

Inggris kemudian mengangkat Ahmad Najamuddin menjadi sultan Palembang dan menyepakati perjanjian yang telah disiapkan sebelumnya pada 14 Mei 1812. Akibat peristiwa itu, Sultan Mahmud Badaruddin II beserta pengikutnya terpaksa meninggalkan Kesultanan Palembang dan hijrah ke pedalaman, yakni di Muara Rawas.

Akibat peristiwa itu, Sultan Mahmud Badaruddin II beserta pengikutnya terpaksa meninggalkan Kesultanan Palembang dan hijrah ke pedalaman, yakni di Muara Rawas.

Kendati demikian, hal itu tidak menjadi akhir perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II. Kesultanan Palembang jatuh ke tangan Inggris tidak dalam waktu yang lama.

Selanjutnya

Setelah Inggris mengembalikan Indonesia kepada Belanda, Palembang juga dikembalikan ke Sultan Mahmud Badaruddin II.

Referensi