Kekurangan vitamin A

Revisi sejak 16 Oktober 2024 19.28 oleh Scarzmouche (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kekurangan vitamin A atau defisiensi vitamin A, juga disebut sebagai hipovitaminosis A, adalah kondisi kadar vitamin A dalam darah dan jaringan berada di bawah batas normal.[1] Kekurangan vitamin A ditandai dengan konsentrasi vitamin A dalam darah kurang dari 20 µg/dL, sementara gejala biasanya muncul ketika kadarnya berada di bawah 10 µg/dL.[2] Kondisi ini umum terjadi di seluruh dunia, terutama pada anak-anak berusia di bawah lima tahun di negara-negara berkembang.[2][3]

}Kelaziman kekurangan vitamin A, 1995.

Vitamin A adalah salah satu jenis mikronutrien larut lemak yang memiliki peran pada fungsi tubuh, di antaranya penglihatan, pertumbuhan dan diferensiasi sel, integritas jaringan epitel, imunitas, serta reproduksi.[4] Zat ini tidak dapat disintesis oleh tubuh dan harus diperoleh melalui diet. Rata-rata konsumsi harian yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya defisiensi adalah 500-700 mcg vitamin A setiap hari.[5]

Gejala

sunting

Rabun senja menjadi tanda-tanda awal kekurangan vitamin A, karena vitamin tersebut memainkan peran yang besar pada fototransduksi visual; namun juga mejadi gejala-gejala awal yang hilang saat vitamin A dikonsumsi kembali. Xeroftalmia, keratomalacia dan kebutaan total dapat terjadi setelahnya bila kekurangannya lebih memprihatinkan.

Epidemiologi

sunting

Kekurangan vitamin A menjadi penyebab utama global dari kebutaan masa kecil yang dapat dicegah, dan penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium 4 untuk mengurangi angka kematian anak. Sekitar 250 hingga 500 ribu anak yang kekurangan gizi pada negara berkembang mengalami kebutaan setiap tahun karena kekurangan vitamin A, dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Sekitar setengahnya meninggal setahun setelah menjadi buta.[6] Sesi Spesial pada Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 menentukan tujuan, yaitu mengeliminasi kekurangan vitamin A pada 2010.[7]

Secara global, kelompok anak-anak di bawah usia lima tahun adalah kelompok yang paling rentan mengalami kekurangan vitamin A, dengan jenis kelamin laki-laki yang lebih rentan dibandingkan perempuan.[3] Beban penyakit defisiensi vitamin A masih tinggi di wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia yang rendah, terutama di Afrika sub-Sahara. Kekurangan vitamin A diperkirakan memengaruhi sekitar 1/3 anak-anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia dan membunuh nyawa sekitar 670.000 anak di bawah lima tahun per tahunnya.[8][9]

Komplikasi

sunting

Kasus rabun senja karena kekurangan vitamin A juga tinggi pada wanita hamil pada banyak negara berkembang. Kekurangan vitamin A juga berkontribusi pada kematian maternal dan banyak hasil buruk lainnya pada kehamilan dan proses menyusui.[10][11][12][13]

Kekurangan vitamin A juga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada negara dengan anak yang belum diimunisasi, penyakit menular seperti campak memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Alfred Sommer, bahkan kekurangan ringan subklinikal dapat menjadi masalah, karena dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk mengembangkan infeksi pernapasan dan diare, memperlambat laju pertumbuhan, memperlambat perkebangan tulang, dan mengurangi kemungkinan selamat dari penyakit serius.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ "Vitamin A". Micronutrient Information Center, Linus Pauling Institute, Oregon State University, Corvallis. January 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2021. Diakses tanggal 1 November 2019. 
  2. ^ a b Patil, Shraddha; Zamwar, Udit M.; Mudey, Abhay; Patil, Shraddha; Zamwar, Udit M.; Mudey, Abhay (2023-11-18). "Etiology, Epidemiology, Pathophysiology, Signs and Symptoms, Evaluation, and Treatment of Vitamin A (Retinol) Deficiency". Cureus (dalam bahasa Inggris). 15 (11). doi:10.7759/cureus.49011. ISSN 2168-8184. 
  3. ^ a b Zhao, Tian; Liu, Shiwei; Zhang, Ruijie; Zhao, Zhenping; Yu, Hu; Pu, Liyuan; Wang, Li; Han, Liyuan (2022-01). "Global Burden of Vitamin A Deficiency in 204 Countries and Territories from 1990–2019". Nutrients (dalam bahasa Inggris). 14 (5): 950. doi:10.3390/nu14050950. ISSN 2072-6643. 
  4. ^ Carazo, Alejandro; Macáková, Kateřina; Matoušová, Kateřina; Krčmová, Lenka Kujovská; Protti, Michele; Mladěnka, Přemysl (2021-05-18). "Vitamin A Update: Forms, Sources, Kinetics, Detection, Function, Deficiency, Therapeutic Use and Toxicity". Nutrients (dalam bahasa Inggris). 13 (5): 1703. doi:10.3390/nu13051703. ISSN 2072-6643. 
  5. ^ World Health Organization. Nutrition Landscape information system (NLIS): Nutrition and nutrition–related health and development data. Global Nutrition Monitoring Framework. Available: https://www.who.int/data/nutrition/nlis/gnmf [Accessed 1 May 2023]. 2023.
  6. ^ "Micronutrient Deficiencies: Vitamin A". World Health Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2013. Diakses tanggal 12 September 2019. 
  7. ^ "In Preventing Vitamin A Deficiency, a Little Friendly Bacteria Might Go a Long Way". Rutgers Today (dalam bahasa Inggris). 2011-12-19. Diakses tanggal 2019-10-27. 
  8. ^ World Health Organization, Global prevalence of vitamin A deficiency in populations at risk 1995–2005, WHO global database on vitamin A deficiency.
  9. ^ Black RE et al., Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences, The Lancet, 2008, 371(9608), p. 253.
  10. ^ "WHO Vitamin A deficiency | Micronutrient deficiencies". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-16. Diakses tanggal 2008-03-03. 
  11. ^ Latham, Michael E. (1997). Human Nutrition in the Developing World (Fao Food and Nutrition Paper). Food & Agriculture Organization of the United. ISBN 92-5-103818-X. 
  12. ^ a b Sommer, Alfred (1995). Vitamin a Deficiency and Its Consequences: A Field Guide to Detection and Control. Geneva: World Health Organization. ISBN 92-4-154478-3. 
  13. ^ "A world fit for children" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-10-12. Diakses tanggal 2008-03-03.