Gereja Katolik Yunani Ukraina

gereja di Ukraina
Revisi sejak 29 Oktober 2024 08.01 oleh Anangyb001 (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Gereja Katolik Yunani Ukraina (bahasa Ukraina: Українська греко-католицька церква, Ukrajins'ka hreko-katolic'ka cerkva; bahasa Latin: Ecclesia Graeco-Catholica Ucrainae) adalah salah satu Gereja Katolik Timur pengamal ritus Bizantin dalam persekutuan paripurna dengan Takhta Suci. Gereja ini adalah gereja partikular sui iuris terbesar nomor dua dalam Gereja Katolik, setingkat di bawah Gereja Latin.

Gereja Katolik Yunani Ukraina
Lambang Kebesaran Sviatoslav Shevchuk
PenggolonganGereja Katolik Timur
Bentuk
pemerintahan
Keuskupan
Sri PausFransiskus
Uskup Agung UtamaSviatoslav Shevchuk
WilayahSejumlah besar di Ukraina
Sejumlah kecil di Kanada, Amerika Serikat, Australia, Prancis, Inggris Raya, Jerman, Brazil, Polandia, dan Argentina.
BahasaBahasa Ukraina
Bahasa Slavonik Gereja
LiturgiRitus Bizantin
PendiriPangeran Agung Volodimir
Didirikan988
Kiev, Rutenia
Terpisah dariKebatrikan Oikumene Konstantinopel
Penyatuan dariPersatuan Brest pada tahun 1596 di kota Brest, Negara Persemakmuran Polandia Lituania
PecahanGereja Ortodoks Ukraina Kanada
Gereja Katolik Yunani Ortodoks Ukraina
Umat4.471.688 jiwa
Nama lainGereja Katolik Ukraina
Gereja Uniat
Situs web resmiugcc.ua Sunting ini di Wikidata

Primat Gereja Katolik Yunani Ukraina, dalam persekutuan penuh dengan Sri Paus, memiliki jabatan resmi sebagai Uskup Agung Mayor Kiev-Halych dan Seluruh Rus, meskipun para hierark Gereja ini menyatakan primat mereka sebagai seorang "patriark" dan telah meminta pengakuan dan pengangkatannya oleh Sri Paus. Gereja ini turut menyebar bersama para perantau Ukraina, dan kini memiliki 40 hierarki pada lebih dari selusin negara di empat benua, termasuk 3 Metropolitan masing-masing di Polandia, Amerika Serikat, dan Kanada. Kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina sejak Maret 2011 adalah Uskup Agung Mayor Sviatoslav Shevchuk.

Di Ukraina sendiri, Gereja Katolik Yunani Ukraina tergolong kaum minoritas, menempati tempat kedua di bawah Gereja Ortodoks Timur yang dianut Mayoritas rakyat negara itu. Gereja Katolik Yunani Ukraina merupakan organisasi keagamaan terbesar kedua di Ukraina dilihat dari jumlah komunitasnya. Dari segi jumlah umat, Gereja Katolik Yunani Ukraina menempati urutan ketiga setelah Gereja Ortodoks Ukraina Patriarkat Moskow, dan Gereja Ortodoks Ukraina Patriarkat Kiev. Saat ini, Gereja Katolik Yunani Ukraina mendominasi tiga oblast barat Ukraina, tetapi merupakan minoritas di daerah lain.

Sejarah

sunting

Prapersatuan Brest

sunting

Gereja Katolik-Yunani Ukraina lahir pada Persatuan Brest tahun 1595/1596, tetapi akarnya dapat ditelusuri sampai pada permulaan masuknya Bangsa Rus menjadi Kristen pada abad pertengahan. Wilayah yang sekarang disebut Ukraina pertama kali bersentuhan dengan Agama Kristen melalui para misionaris dari Bizantium Konstantinopel. Misi Santo Kiril dan Metodius memiliki arti penting karena mereka menciptakan abjad Kirilik yang memudahkan meluasnya peribadatan dalam Bahasa Gereja Slavonika Kuno. Pengaruh Bizantium Yunani berlanjut karena penerimaan Ritus Bizanitum secara resmi oleh Pangeran Vladimir I dari Kiev pada tahun 988. Pada saat terjadi Skisma Akbar, Gereja Ruthenia (Rusin) menjadi Ortodoks.

Setelah Kiev diinvasi Bangsa Mongol pada abad ke-13, Metropolitan Kiev pindah ke Vladimir pada 1299. Sekitar 1326, Metropolitan Kiev menetap di Moskow, dan sekitar 1328 mengganti gelarnya dari Metropolitan Kiev menjadi Metropolitan Moskow. Secara resmi, pemisahan Tradisi Gereja Ruthenia dari Tradisi Gereja Kadipaten Agung Lithuania dirumuskan dalam keputusan Konsili Seratus Bab ('Stoglav'), yang merupakan konsili pertama dalam Gereja Rusia pada 1448. Hal ini disusul pembagian resmi Gereja Bangsa Rus menjadi Metropolia Rusia (Moskow) dan Metropolia Ruthenia (Kiev) pada 1453.

Persatuan Brest

sunting

Dalam periode yang bertahan cukup lama, kawasan yang sekarang merupakan Ukraina Barat dan Tengah dikuasai oleh Persemakmuran Polandia-Lithuania. Raja Polandia Sigismund III Vasa sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan Kontra-Reformasi dan ingin memperkuat keberadaan Katolik di Ukraina. Sementara itu para klerus di daerah-daerah Ruthenia dikendalikan oleh Konstantinopel yang berlokasi cukup jauh, dan sebagian besar rakyat lebih menunjukkan kesetiaan pada Ortodoksi daripada Raja Katolik mereka. Maka timbullah penindasan terhadap kaum Ortodoks, dan di bawah tekanan penguasa Polandia para klerus Gereja Ruthenia menerima Persatuan Brest pada 1595, memutuskan hubungan dengan Patriark Konstantinopel dan bersatu dengan Gereja Katolik disponsori pemimpin persemakmuran, Sigismund III Vasa, dengan maksud menghentikan penindasan. Tidak semua anggota Gereja Yunani di negeri itu menerima Persatuan Brest, maka Gereja yang menolak Persatuan Brest adalah Gereja Ortodoks Ukraina. Maka dimulailah terpisahnya Gereja Katolik Ukraina (yang menerima Persatuan Brest) dan Gereja Ortodoks Ukraina (yang menolak) di tanah Ukraina dan Belarusia. Akibat kerusuhan, Metropolitan Gereja Katolik Yunani Kiev meninggalkan Kiev pada abad ke-17 dan pindah ke Navahrudak (sekarang termasuk Belarusia) dan Vilna di Lithuania.

Pascapersatuan Brest

sunting
 
Univ Lavra didirikan pada 1400 oleh Theodore, putra Liubartas, pemimpin Galicia, dan masih merupakan biara tersuci dalam Gereja Katolik Yunani Ukraina.
 
Gereja kayu kecil beserta menaranya di desa Sielec, Drohobych Raion dari abad ke-17, dalam gaya arsitektur setempat.

Tahap final terbentuknya Gereja Katolik Ukraina sebagai entitas Gereja tersendiri dipengaruhi oleh perkembangan bahasa Ruthenia-Tengah menjadi bahasa Rusin, bahasa Ukraina, dan bahasa Belarusia mulai sekitar 1600 sampai 1800. Dengan besarnya penindasan terhadap Gereja Ortodoks selama dua abad di bawah kekuasaan Polandia, pengaruh kaum Katolik Yunani atas rakyat Ukraina menjadi sangat besar sampai-sampai di beberapa oblast sulit didapati umat Ortodoks.

Setelah pembagian Polandia, sebagian besar wilayah yang dulunya ditempati umat Katolik Yunani terbagi oleh Rusia dan Austria. Di bagian yang masuk wilayah Rusia (Volhynia dan Podolia termasuk di dalamnya), rakyat di kawasan paling timur dari Podolia dengan segera dan sukarela kembali menjadi umat Ortodoks. Mula-mula pemerintah Rusia bersikap sangat toleran terhadap Gereja Katolik Yunani dan mengizinkannya beroperasi (Rusia menjuluki mereka kaum Basilian). Namun tak lama kemudian para rohaniwan terpecah menjadi kubu pro Katolik dan kubu Pro Rusia. Kubu pro Katolik cenderung beralih menjadi Ritus Katolik Latin, sementara tuntutan-tuntutan dari kubu pro Rusia di bawah pimpinan Uskup Joseph Semashko ditolak mentah-mentah oleh sinode Katolik Yunani yang saat itu di bawah kendali para rohaniwan pro Polandia. Pemerintah Rusia sendiri menolak ikut campur. Keadaan ini mendadak berubah setelah Rusia berhasil membasmi pemberontakan rakyat Polandia 1831 yang bertujuan membebaskan wilayah Polandia dari cengkeraman kekuasaan Rusia. Karena Gereja Katolik Yunani secara aktif mendukung pemberontakan itu, maka nasib dari Gereja ini sudah di ujung tanduk. Anggota-anggota sinode yang pro Latin disingkirkan dan Gereja ini diceraikan dari paroki-parokinya di Volhynia yang menjadi Ortodoks, termasuk Pochaiv Lavra yang diserahkan kepada pihak Ortodoks pada 1833. Pada 1839, Sinode Polotsk (sekarang Belarusia), di bawah pimpinan Uskup Semashko, membubarkan Gereja Katolik Yunani dalam Kekaisaran Rusia, dan seluruh hak miliknya diserahkan kepada Gereja negara Ortodoks. Menurut Catholic Encyclopedia 1913, di wilayah yang masa itu dikenal sebagai 'Rusia Kecil' (sekarang Ukraina), Tekanan pemerintah Rusia "menyapu bersih" umat Katolik Yunani, dan "sekitar 7.000.000 umat Uniat di sana digiring, dengan paksaan maupun muslihat, untuk menjadi bagian dari Gereja Ortodoks Rusia".[1]

Pembubaran Gereja Katolik Yunani di Rusia rampung pada 1875 dengan pembubaran Eparki Kholm.[2]

Abad ke-19: Periode Ukraina Barat

sunting

Dengan dilenyapkannya umat Katolik Ruthenia di teritorial Kekaisaran Rusia selama tahun 1800-an, Paus Roma menganugerahkan wewenang semi-patriarkat dari Keuskupan Agung Utama Kiev-Halych kepada Metropolitan Lviv (Lemberg) yang berada dalam wilayah kekaisaran Austria-Hungaria pada tahun 1803. Keuskupan-keuskupan sufragannya mencakup Ivano-Frankivsk (di kemudian hari disebut Stanislav) dan Przemyśl (Peremyshl). Pada akhir abad itu, umat beriman dari Gereja ini mulai beremigrasi ke Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil.

Dalam kawasan yang dikuasai Austria dan polandia, yang mencakup Galicia (sekarang Lviv, Ivano-Frankivsk dan bagian-bagian dari oblast Ternopil), umat Ruthenia (Ukraina) Katolik Timur berada di bawah dominasi umat Katolik-Latin Polandia. Sesaat kemudian Austria menganugerahi kesetaraan dalam hukum bagi Gereja Katolik Timur dan menyingkirkan pengaruh Polandia. Austria juga meminta para seminaris Katolik Timur (Ukraina) untuk mencecap pendidikan formal yang lebih tinggi (sebelumnya, para imam hanya menerima pendidikan informal yaitu dari ayah mereka saja), dan mendirikan institusi-institusi di Wina dan di Lviv sebagai tempat-tempat pendidikan para calon imam.

Hasilnya, dalam wilayah Galicia yang dikuasai Austria selama abad berikutnya Gereja Katolik Ukraina berhenti menjadi boneka dari kepentingan-kepentingan asing dan menjadi kekuatan budaya utama dalam masyarakat Ukraina. Tren-tren budaya asli Ukraina yang mandiri (misalnya Rusynophilia, Russophilia dan kemudian Ukrainophilia) tumbuh dari dalam jenjang-jenjang Gereja Katolik Ukraina. Bagi banyak orang, Austria dianggap telah menyelamatkan umat Ukraina dan Gereja mereka dari bangsa Polandia.

Abad ke-20: Penindasan dan Internasionalisasi

sunting

Umat Katolik-Yunani Uraina berada di bawah pemerintahan bangsa Polandia, Hungaria, Romania dan Cekoslowakia seusai Perang Dunia I. Sebelumnya, di bawah pemerintahan Austria, Gereja Katolik-Yunani Ukraina berhasil membina karakter kebangsaan Ukraina yang kuat sehingga dalam perang Polandia (antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II), umat Katolik-Yunani di Galicia dianggap oleh kaum nasionalis Polandia dan negara-negara Katolik sebagai kaum yang kurang patriotis dalam kacamata patriotisme non-Ukraina dibandingkan dengan kaum Ortodoks di Volhynia. Dengan menjalankan Polandiasasi di seluruh teritorial Timurnya, Polandia berusaha melemahkan Gereja Katolik-Yunani Ukraina dengan segala macam cara. Pada tahun 1924, setelah mengunjungi umat Katolik Ukraina di Amerika Utara dan Eropa Barat, Kepala Gereja Katolik-Yunani Ukraina ditolak untuk kembali ke Lviv sampai beberapa waktu lamanya. Para imam Katolik Roma Polandia dipimpin uskup-uskup mereka mulai menjalankan karya misi di antara umat Katolik Timur (Katolik Yunani Ukraina), dan pembatasan-pembatasan administratif ditetapkan bagi Gereja Katolik-Yunani Ukraina.[3]

Akibat Perang Dunia II, umat Katolik Ukraina berada di bawah kekuasaan Uni Soviet dan rezim-rezim Blok Soviet. Saat itu rezim komunis, dengan hanya mengundang beberapa klerus, menyelenggarakan suatu sinode di Lviv (Lvov) yang isinya menyatakan bahwa Persatuan Brest dibatalkan. Segera setelah itu, seluruh gedung-geedung gereja dialihkan kepada Gereja Ortodoks Rusia Patriarkat Moskow. Sebagian besar klerus Katolik Ukraina bergerak di bawah tanah. Gereja katakomba ini sangat didukung oleh umat diaspora yang terbentuk oleh emigrasi besar-besaran ke belahan Bumi bagian Barat, yang dimulai sejak tahun 1870-an dan berpuncak setelah pecahnya Perang Dunia II. Penindasan yang timbul mendorong pembentukan kembali paroki-paroki ke arah Timur di seluruh Ukraina, dan penyebaran lebih lanjut dari Gereja ini ke Rusia (khususnya Siberia dan Kazakhstan).

Terhadap para klerus yang bersedia bergabung dengan Gereja Ortodoks Rusia, pemerintah komunis Soviet tidak melakukan penindasan. Di kota Lviv saja, hanya satu gereja Ortodoks yang ditutup. Bahkan keuskupan-keuskupan kawasan Barat yakni Lvov-Ternopol dan Ivano-Frankovsk menjadi keuskupan-keuskupan terbesar Uni Republik Sosialis Soviet. Di dua keuskupan tersebut didirikan biara-biara Ortodoks Rusia. Hukum Kanonik juga dilonggarkan bagi para klerus Katolik Ukraina yang bersedia bergabung dengan Ortodoks Rusia, yakni mengizinkan mereka untuk mencukur janggut (suatu praktik yang tidak lazim dalam Gereja Ortodoks) serta menyelenggarakan liturgi dalam bahasa Ukraina bukannya Bahasa Slavia.

Meskipun demikian pada tahun 1989, pada puncak reformasi liberalisasi Gorbachev, Gereja Katolik-Yunani Ukraina keluar dari katakomba-katakomba dan mendapati kenyataan bahwa hampir seluruh paroki pra-1946-nya menjadi bagian Gereja Ortodoks. Gereja Katolik Ukraina, yang didukung secara aktif oleh organisasi-organisasi nasionalis, mengambil sikap tanpa kompromi dalam pengembalian properti dan paroki-parokinya yang hilang. Pemerintah Soviet yang sudah lemah tidak mampu mengendalikan situasi dan kebanyakan paroki di Galicia kembali beralih menjadi milik umat Katolik-Yunani saat terjadi perselisihan besar-besaran antar kedua Gereja atas gedung-gedung gereja yang sempat dialihkan ke tangan Gereja Ortodoks Rusia selama rezim komunis Soviet. Perselisihan ini kerap diiringi bentrok antar umat.[4] Perselisihan atas gedung-gedung gereja ini mengakibatkan retaknya hubungan antara Patriark Moskow dan Sri Paus.

Kini Gereja ini memiliki 3 sampai 5 juta umat di teritorial Ukraina. Di seluruh dunia, jemaahnya kini berjumlah sekitar 6 sampai 10 juta jiwa, membentuk Gereja Katolik terbesar kedua sesudah mayoritas Gereja Latin. Gereja Katolik sendiri terdiri atas 23 Gereja Partikular, dengan Gereja Latin sebagai Gereja Partikular terbesar, diikuti oleh Gereja Katolik-Yunani Ukraina di tempat kedua.

Pada tahun 2000-an, mulai dirancang pemindahan tahta keuskupan utama dalam Gereja Katolik Ukraina kembali ke lokasi historisnya di ibu kota Ukraina Kiev. Pensucian Katedral Patriarkat Kebangkitan Kristus dilakukan pada tanggal 27 Maret 2011.

Administrasi

sunting

Gereja Katolik Yunani Ukraina memindahkan pusat administrasinya dari Ukraina Barat Lviv ke katedral yang baru di Kiev pada 21 Agustus 2005. Gelar Kepala Gereja juga berubah dari Uskup Agung Mayor Lviv menjadi Uskup Agung Mayor Kyiv dan Halych.

Kuria Gereja Katolik Yunani Ukraina adalah perpanjangan tangan Yang Berbahagia Sviatoslav Shevchuk, Kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina, Uskup Agung Mayor Kyiv dan Halych, yang mengatur dan mendorong kegiatan umum Gereja ini di tengah-tengah masyarakat Ukraina dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kebijakan, budaya, dan lain-lain. Kuria menggerakkan struktur Gereja, menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan Gereja-Gereja serta lembaga-lembaga kemasyarakatan utama di bidang keagamaan dan sosial guna mengimplementasikan Ajaran Sosial Gereja Katolik dalam kehidupan sehari-hari.

Eparki-eparki dan yurisdiksi-yurisdiksi teritorial lainnya dari Gereja Katolik Yunani Ukraina yang ada saat ini adalah:

 
Sebuah gereja Katolik Yunani Ukraina di Vinnytsia

* Bertanggung jawab langsung pada Tahta Suci

Pada 2008, Gereja Katolik Yunani Ukraina diperkirakan beranggotakan 4.284.082 umat, 43 uskup, 4.175 paroki, 2.657 imam praja, 379 imam biarawan, 842 biarawan, 1.547 biarawati, 113 diakon, dan 692 pelajar seminari.[6]

Pranala luar

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Ruthenians". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  2. ^ St. Nicholas Ukrainian Catholic Parish in Winnipeg, Historical Timeline of the Basilian Order of St. Josaphat
  3. ^ Magosci, P. (1989). Morality and Reality: the Life and Times of Andrei Sheptytsky. Edmonton, Alberta: Canadian Institute of Ukrainian Studies, University of Alberta. 
  4. ^ Nathaniel Davis, A Long Walk to Church: A Contemporary History of Russian Orthodoxy, p. 75, Westview Press, 2003, ISBN 0-8133-4067-5
  5. ^ a b c d e f g Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama UW111108
  6. ^ Ronald Roberson. "The Eastern Catholic Churches 2008" (PDF). Catholic Near East Welfare Association. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal April 26, 2010.  Informasi bersumber dari Annuario Pontificio edisi 2008.