Sjofjan Rassat

dokter Indonesia

dr. Sjofjan Rassat (atau ditulis dengan berbagai kombinasi variasi ejaan: Sjofian, Sofjan, Sofian, Rassad, Rasat, Rasad) adalah seorang dokter spesialis ibu dan anak yang aktif pada masa Hindia Belanda.[1][2] Ia bertugas selama sepuluh tahun di Kayu Tanam dan selama lima tahun di Kota Padang.

Kehidupan awal

Sjofjan Rassat lahir di Payakumbuh pada 23 Oktober 1892. Ia memperoleh gelar Indisch Arts dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada 27 Mei 1918.[3] Mulanya, ia ditempatkan sebagai dokter sipil di Bangkinang selama enam tahun.[4] Selanjutnya, ia memimpin RS Kayutanam selama sepuluh tahun (1924-1934) dan rumah sakit di Padang selama lima tahun (1934-1939).[5][6]

Kiprah

Kayutanam

Selama tugasnya di Kayutanam, ia aktif mengampanyekan kesehatan lingkungan dan memperkenalkan penggunaan kakus kepada masyarakat. Lewat Gezondheids Brigade, ia mendidik kader-kader kesehatan yang turun ke desa-desa sekitar Kayutanam untuk mengajar cara hidup bersih dan sehat, khususnya kepada anak-anak sekolah.[7][8]

Ia juga membantu INS Kayutanam memperoleh tanah seluas 20 ha untuk praktik siswa. Tanah ini dimanfaatkan untuk kebun serta pemeliharaan ternak lembu dan kerbau dengan pemerahan susu.[9][10][11] Selain itu, ia secara sukarela mengadakan kursus kesehatan bagi guru sekolah dan agama, salah seorang muridnya yakni Rahmah El Yunusiyah.

Majalah Pewarta mencatat, kepergiannya dilepas lewat acara perpisahan dan dihadiahi oleh meja tamu seharga f 75 dari S.M. Latif. Kepala Negeri Kayutanam menyebut Sjofjan Rassat berjasa dalam meningkatkan keyakinan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit, terutama bersalin.[5]

Pada 1933, Sjofjan Rassat meminta fatwa kepada beberapa ulama Minangkabau di Padang Panjang dan Padang (yakni Abdul Karim Amrullah, Daud Rasyidi, Ibrahim Musa, dan Abdullah Ahmad) terkait kontroversi tusukan limpa (miltpunctie). Hasilnya, para ulama menyatakan miltpunctie tidak dilarang karena mencegah penyakit berpindah ke orang lain.[12]

Padang

Sejak 1934 sampai 1939, ia mengepalai rumah sakit ingatan dan bersalin di Tarandam, Padang (cikal bakal Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang).[13] Seperti di Kayutanam, ia giat memperkenalkan penggunaan kakus di tengah masyarakat. Ia juga mengampanyekan persalinan di rumah sakit.[14]

Di luar kesibukannya, ia menjadi pengurus Het Nederlands-Indische Rode Kruis (NIRK, Palang Merah) Padang dan Stichting Centraal Vereneging Tuberculosa Besttriding (SCVT) Sumatera Barat. Ia juga tercatat sebagai anggota komite sekolah tinggi milik Muhammadiyah di Kandang, Padang, tapi belakangan juga mengundurkan diri karena kesibukan.[15]

Namanya muncul sebagai kandidat Dewan Kota (Gemeenteraad) Padang dalam pemilihan tahun 1934. Namun, sebelum pemungutan suara, ia mengundurkan diri karena "terlalu banyak pekerjaan" sehingga "tidak dapat memberi tenaga sepenuhnya untuk menjalankan kewajiban sebagai anggota Gemeenteraad".[16]

Pindah ke Jakarta

Usai tugas di Padang, Sjofjan Rassat pindah ke Tanjung Priok sebagai dokter pembasmian malaria sampai tahun 1942. Pada masa awal pendudukan Jepang, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Balai Pembasmi Malaria untuk Jawa di bawah Kantor Pusat Urusan Kesehatan (Naimubu Eiseikjokoe).[17][18] Sekitar tahun 1948, ia membuka praktik di Jembatan Lima.[19]

Kehidupan pribadi

Sjofjan Rassat menikah dengan Aisyah dan dikaruniai enam anak. Sang istri, yang memiliki riwayat diabetes melitus, meninggal dunia pada 4 Mei 1966.[20]

Sjofjan Rassat memiliki cucu yang bernama sama dan kelak juga menjadi dokter.

Akhir kehidupan

Ia meninggal dunia di Bandung pada 4 Mei 1966 dalam usia 74 tahun.

Karya tulis

  • Hidup Sehat (bersama M. Sjafei dan Gazali Dunia)[21]
  • Ibu dan Anak: Pemeliharaan Wanita Hamil dan Baji (1960)
  • Pertolongan Pertama pada Ketjelakaan (1964)

Referensi

  1. ^ Orang Indonesia jang terkemoeka di Djawa. Gunseikanbu. 1944. 
  2. ^ Pewarta. 3 Oktober 1934.
  3. ^ Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). Landsdrukkerij. 1931. 
  4. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie (dalam bahasa Belanda). 1922. 
  5. ^ a b Pewarta. 28 April 1934.
  6. ^ Pemandangan. 17 Februari 1934
  7. ^ Pewarta. 1 Agustus 1934.
  8. ^ Tempo. 25 Agustus 1973.
  9. ^ Kamajaya (1966). Pendidikan nasional Pantjasila: perdjuangan pendidikan nasional Indonesia dan hasil-hasilnja, dengan amanat P.J.M. Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi Dr. Ir. Sukarno, oleh Kamadjaja. Indonesia. 
  10. ^ "Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998". Bunga Rampai Sejarah Sumatera Barat: "Sumatera Barat dari Zaman Jepang Hingga Era Reformasi". Padang: BPSNT Padang Press. 2012. hlm. 1–68. ISBN 9786028742542. 
  11. ^ Translations, East-West Center Research Publications and; Translations, East-West Center Research (1967). Translation Series (dalam bahasa Inggris). 
  12. ^ Sinar Deli. 25 Mei 1933.
  13. ^ https://rsjhbsaanin.sumbarprov.go.id/images/2022/11/file/Buku_Profil_2022_Fix-dikompresi.pdf
  14. ^ Sitti Djanewar Bustami Aman (2001). Nostalgia Liau Andeh. Balai Pustaka. ISBN 978-979-666-657-7. 
  15. ^ Perantaraan Kita. 4 Juni 1938.
  16. ^ Pewarta. 29 Juni 1934.
  17. ^ Asia Raja. 5 Januari 1943.
  18. ^ Nederlandsch tijdschrift voor geneeskunde (dalam bahasa Belanda). H.A. Frijlink. 1946-07. 
  19. ^ Keng Po. 10 September 1948.
  20. ^ Oei, Tjien (2010-05-20). Memoirs of Indonesian Doctors and Professionals 2 (dalam bahasa Inggris). Xlibris Corporation. ISBN 978-1-4500-9897-7. 
  21. ^ Suara guru. Harapan Masa. 1968.