Ritme

aspek musik
Revisi sejak 8 November 2024 11.58 oleh OrangKalideres (bicara | kontrib) (Mengembalikan suntingan oleh 125.163.47.61 (bicara) ke revisi terakhir oleh 180.244.165.112)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ritme atau irama[1] (bahasa Inggris: rhythm) adalah ragam mendatar dan logat atau cengkok dari suatu suara yang teratur.

Irama terbentuk dari suara dan diam. Suara dan diam tersebut digabungkan untuk membentuk pola suara yang berulang untuk membuat irama. Irama memiliki tempo yang teratur, tetapi dapat memiliki bermacam-macam jenis. Beberapa ketukan dapat lebih kuat, lebih lama, lebih pendek, atau lebih pelan dari lainnya. Dalam sebuah musik, seorang penggubah dapat menggunakan banyak irama berbeda.

Etimologi

sunting

Kata "irama" berasal dari bahasa Sanskerta yaitu virama. secara leksikal, dalam bahasa Jawa Baru irama diartikan sebagai aturan.[2] Sedangkan kata "ritme" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu ῥυθμόςrhythmos, "suatu ukuran gerakan yang simetris".

Irama dalam Linguistik

sunting

Ilmu tentang irama, penekanan, dan laras/nada dalam berbicara disebut sebagai prosodi; bagian dari topik bahasan dalam linguistik.

Pola irama yang 2/4 memberikan kesan dinamis, dan membuat gerak menjadi lebih giat mengikuti ketukan, terlebih musik yang dipilih atau dirancang sangat kentara bitnya. Maka memiliki kecenderungan menggiatkan kaki dan tangan. Penari menjadi lebih terbenam dalam irama, sehingga aspek “presentasi” yang memiliki tenaga sangat terasa intensitas dan tekstur yang ditempakkan oleh tubuh. Di samping itu, jika musik berpola irama 4/4 membuat torso (badan) menjadi lebih tenang. Memiliki kecenderungan tubuh menghayati alur geraknya. Pola irama ini sangat nikmat untuk menghayati ungkapan-ungkapan yang bersifat gerak murni, bahkan jika melodinya sangat menonjolkan ungkapan lirisnya.

Referensi

sunting
  1. ^ (Indonesia) Arti kata irama dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ Slametmuljana, R.B. (1951). Bimbingan Seni Sastra. Jakarta: J.B. Wolters-Groningen. hlm. 12.