Ketupat sumpil
Halaman pengalihan
Mengalihkan ke:
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Ketupat sumpil adalah salah satu masakan khas Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah.[1] Ketupat sumpil sering kali dikenal sebagai makanan khas Kaliwungu, Kabupaten Kendal.[2] Meskipun demikian makanan ini juga dikenal sebagai makanan khas dari Kabupaten Temanggung[1][3] Oleh karena itu, makanan ini kemudian dikenal sebagai makanan khas Jawa tengah.[1]
Sejarah
suntingNama ketupat sumpil berasal dari nama sebuah hewan sejenis keong atau siput yang banyak ditemui di sungai.[4] Hewan tersebut dalam bahasa Jawa bernama sumpil.[4] Binatang sumpil berwarna hitam berbentuk kerucut dan agak panjang.[4] Ukuran binatang sumpil tergolong kecil.[4] Karena ukuran dan bentuk ketupat sumpil kecil serta bentuknya segitiga hampir mirip dengan sumpil makan makanan ini dinamai ketupat sumpil.[4] Garis-garis horisontal pada bungkus ketupat sumpil juga mirip dengan garis yang ada pada binatang sumpil.[4]
Ketupat sumpil sudah dikenal masyarakat sejak zaman Sunan Kalijaga.[2] Ketupat sumpil di daerah Kaliwungu sering disajikan pada tradisi "weh-wehan" yang diselenggarakan pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW.[2] Ketupat sumpil tidak hanya sekadar makanan, pada Kaliwungu makanan ini memiliki sejumlah makna.[2] Makna tersebut diantaranya adalah bentuk segitiga dari ketupat sumpil melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia.[2] Tradisi weh-wehan sendiri bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar masyarakat di Kaliwungu.[2] Berbeda dengan di Kaliwungu, ketupat sumpil di Purworejo, dan Kebumen lebih sering dihidangkan pada hari raya Idul Fitri.[1] Ketupat ini dianggap sebagai hidangan istimewa saat lebaran.[1] Makanan tersebut dianggap istimewa karena memang hanya saat lebaran saja makanan tersebut ada.[1] Masyarakat Kebumen menyebut makanan ini sebagai makanan siluman yang muncul sekali dalam setahun kemudian menghilang kembali.[5] Ketupat sumpil tersebut di kabupaten temanggung biasa digunakan pada adat "kacar-kucur" pada acara pernikahan.[3] Makanan tersebut akan disebar dan diperebutkan oleh pengunjung.[3] Warga Temanggung sering menganggap ketupat sumpil sebagai jimat dan dipercaya memiliki tuah.[3]
Gambaran
suntingKetupat sumpil memiliki keunikan tersendiri daripada ketupat pada umumnya.[2] Keunikan ketupat sumpil terletak pada bentuk dan pembungkusnya.[2] Tidak seperti ketupat biasanya yang berukuran besar, ketupat ini memiliki ukuran yang kecil.[6] Bahan pembungkus ketupat ini juga bukan berasal dari janur kuning melainkan dari daun bambu.[6] Keunikan lain dari makanan khas Jawa Tengah ini adalah bentuknya yang berdeda dengan ketupat pada umumnya yaitu berbentuk segitiga dengan garis horisontal.[6] Garis horisontal tersebut berasal dari tulang daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus.[6] Masyarakat Kaliwungu biasanya menyajikan ketupat sumpil bersama parutan kelapa atau serundengsedangkan di Purworejo dan Kebumen dihidangkan bersama sayur dan lauk layaknya nasi.[2] Hal tersebut berbeda dengan di Temanggung, ketupat kecil ini bukan sering digunakan sebagai jimat dan di kalungkan atau di letakkan di rumah sebagai jimat.[2] Meskipun demikian adapul yang memakannya bersama sayur dan lauk seperti yang dilakukan warga Purworejo dan Kebumen.[2]
Rujukan
sunting- ^ a b c d e f "Ajarkan Anak-Anak Saling membantu Sejak Dini". Koran Sindo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k "Sumpil Makanan Khas Kaliwungu". Kompas. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ a b c d "Elemen Pendukung Wisata". Pemerinta Kabupaten Temanggung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ a b c d e f "Sumpil Mulai Menghilang di Wweh-Wehan". Berita Kendal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna". Kabar Indonesia. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ a b c d "Tradisi Weh-Wehan Sambut Kelahiran Nabi" (PDF). Suara Merdeka. 15 Januari 2014. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 4 Mei 2014.