Sambandar
Thirugnana Sambandar, yang dikenal juga sebagai Campantar atau Ñāṉacampantar, lahir dalam keluarga Brahmana Shaiva di kota Sirkazhi, dekat Chidambaram, Tamil Nadu. Informasi tentang kehidupannya sebagian besar bersumber dari karya-karya seperti Tevaram volume III, Periya Puranam, dan Tiruttondartokai karya Sundarar. Selain itu, beberapa inskripsi di kuil-kuil Siwa Tamil juga memberikan catatan mengenai perannya sebagai penyair dan tokoh spiritual.
Dalam Periya Puranam, Sambandar digambarkan sebagai anak berbakat luar biasa. Disebutkan bahwa ia mulai menciptakan himne sejak usia dini dan bahkan telah menguasai Weda pada usia tiga tahun. Keistimewaannya sering kali dianggap sebagai anugerah ilahi, di mana Dewi Shakti, Umadevi, memberinya ASI yang diyakini memberinya kebijaksanaan. Sebagai penyair cilik yang menginspirasi, Sambandar menarik banyak pengikut, bepergian ke berbagai kuil Shiva di wilayah Tamil Nadu, dan menciptakan himne-himne indah bersama musisi pendampingnya, Tirunilakantayalppanar.
Sejarah Peristiwa
Salah satu peristiwa paling terkenal dalam hidupnya terjadi di Madurai, di mana ia terlibat dalam perdebatan filosofis melawan kelompok biksu Jain. Dengan dukungan Ratu Mangayarkkarasiyar, Sambandar mengalahkan para biksu Jain. Setelah kemenangan tersebut, Raja Pandya dan beberapa penganut Jain beralih ke Shaivisme, sementara biksu lainnya memilih kematian dengan cara tragis.
Sambandar meninggal pada usia muda, sekitar 16 tahun, pada hari pernikahannya. Diyakini bahwa pada saat itu, Dewa Shiva sendiri menjemputnya beserta keluarga menuju kediaman surgawi.
Karya Sambandar
Karya-karya Sambandar yang tersimpan dalam tiga volume pertama Tirumurai mencakup 383 puisi atau total 4.181 bait. Himne-himne ini sering kali dinyanyikan dengan iringan alat musik tradisional yal, dimainkan oleh rekan setianya, Tiru Nilakanta Yazhpanar. Hingga kini, karya-karya Sambandar tetap dihormati sebagai warisan sastra dan spiritual Tamil Shaiva.