Perang Tellumpoccoe
Perang Tellumpoccoe merupakan bagian dari konflik perebutan kuasa antara kerajaan-kerajaan Makassar (di bawah Kesultanan Gowa) dan Bugis (di bawah Kerajaan Bone) di wilayah Sulawesi Selatan, yang telah berlangsung sejak awal abad ke-16. Tellumpoccoe adalah sebuah aliansi militer antara tiga negara Bugis (Bone, Wajo, dan Soppeng) yang dibentuk dalam Perjanjian Timurung (1582), untuk menghadapi ekspansi Gowa-Tallo yang kekuasaannya semakin meluas.
| ||||||||||||||||||||||||||
pada tanggal 23 November 1611,Kerajaan Bone jatuh. Pasukan Gowa-Tallo membakar Kota Watampone dan sekitarnya. Arumpone La Tenripale bersedia memeluk Islam dan memerintah sebagai bawahan Sultan Alauddin dan Karaeng Matoaya. Dengan jatuhnya Bone, aliansi Tellumpoccoe kehilangan kemerdekaan mereka, sedangkan Gowa-Tallo menjadi penguasa tertinggi di Sulawesi Selatan, hingga akhirnya menjadi negara paling dominan di Indonesia Timur. |
Latar Belakang
Latar belakang utama perang ini adalah dominasi Kesultanan Gowa-Tallo, yang saat itu menjadi kekuatan terbesar di kawasan. Gowa-Tallo telah memeluk Islam sejak akhir abad ke-16 dan berusaha menyebarkan agama tersebut sambil memperluas kekuasaannya melalui penaklukan. Langkah ini memicu perlawanan dari Kerajaan Bone, yang merasa terancam oleh upaya dominasi Gowa. Selain itu, persaingan ekonomi juga menjadi faktor penting, mengingat Sulawesi Selatan adalah pusat perdagangan strategis, terutama dalam komoditas rempah-rempah. Gowa mengontrol pelabuhan-pelabuhan utama, yang menjadi sumber ketegangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Referensi
Ahmad Yani, "Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII", Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020.
Fatma, Jumadi, dan Bustan, "Pemerintahan Petta To Mabburu Limanna di Kerajaan Agang Nionjo Kabupaten Barru (1597-1603)", Pattingalloang, Vol. 9, No. 2, 2022.
H. Muhammad Bahar Akkase Teng, "Kajaolaliddong, The Intellectual of Bugis Bone: From The Historical Perspective", International Journal of Malay-Nusantara Studies, Vol. 1, No. 1, 2018.