Periya Puranam

Revisi sejak 24 November 2024 07.49 oleh Hanhanne (bicara | kontrib) (saya membuat artikel terkai Periya puranam, sebuah cerita dari Tamil)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Periya Puranam (Tamil: பெரிய‌ புராண‌ம்), yang berarti “Purana Agung” atau epos besar, dikenal juga sebagai Tiruttontar Puranam (“Purana Para Pengabdi Suci”)[1]. Karya ini merupakan puisi Tamil yang menceritakan kehidupan 63 Nayanar, penyair kanonik dari tradisi Shaivisme Tamil. Ditulis pada abad ke-12 oleh Sekkilar, Periya Puranam menjadi bagian dari teks suci Shaiva.[2]

Hime Tamil

Sekkilar menulis Periya Puranam untuk mengisahkan perjalanan hidup 63 Nayanar, para penyair pengabdi Siwa yang menciptakan puisi-puisi liturgi dalam Tirumurai[3].Karya ini kemudian dianggap sebagai bagian dari kanon suci, dan Sekkilar sendiri diabadikan sebagai tokoh penting dalam tradisi Shaiva. Di antara berbagai purana hagiografi dalam bahasa Tamil, Periya Puranam karya Sekkilar, yang disusun pada masa Raja Kulottunga Chola II (1133–1150 M), menonjol sebagai karya utama.[4]

Latar Belakang

sunting

Sekkilar adalah seorang penyair sekaligus penasihat utama di istana Raja Kulottunga Chola II, seorang penganut setia Nataraja, bentuk pemujaan Siwa yang populer di Chidambaram. Raja ini melanjutkan rekonstruksi pusat peribadatan Shaivisme Tamil yang diwariskan oleh para pendahulunya.[5]

Namun, Raja Kulottunga Chola II terpengaruh oleh epos Jain, Chivaka Chinthamani, yang memuat elemen-elemen romantis dan menceritakan tentang seorang pahlawan bernama Chivaka. Kisah ini menggabungkan kepahlawanan dengan percintaan, di mana Chivaka menikahi delapan wanita dan merebut sebuah kerajaan, sebelum akhirnya melepaskan segalanya untuk mencapai Nirwana melalui tapa yang panjang[6].

Melihat pengaruh Jainisme yang tidak sejalan dengan tradisi Shaiva, Sekkilar memutuskan untuk menulis Periya Puranam sebagai upaya untuk membawa raja kembali pada ajaran Shaiva.[7]

Isi Periya Puranam

sunting

Ketertarikan Raja Kulottunga Chola II pada Chivaka Chinthamani sangat mengganggu Sekkilar, yang menganggap sastra tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan[8]. Ia menyarankan raja untuk meninggalkan karya tersebut dan mendalami kehidupan para santo Shaiva seperti yang dipuja oleh Sundaramurti Nayanar dan Nambiyandar Nambi. Raja menyetujui dan meminta Sekkilar untuk menulis puisi besar yang menceritakan kehidupan para santo tersebut. Sekkilar mengumpulkan berbagai kisah dan menyelesaikan penulisannya di Balai Seribu Pilar di kuil Chidambaram.[9] Bait pertama puisi ini diberikan langsung oleh Siwa melalui suara ilahi yang berbunyi “உலகெலாம்” (ulakelam, artinya “Seluruh dunia”)[10].

Karya ini menjadi pencapaian utama pada masa pemerintahan Kulottunga Chola II. Meskipun dasarnya adalah hagiografi yang sudah ada sebelumnya, Periya Puranam menjadi simbol budaya tinggi pada era Chola karena keindahan gaya bahasanya. Karya ini langsung diterima sebagai “Veda kelima” dalam tradisi Tamil dan ditempatkan sebagai buku terakhir dalam kanon Shaiva[11]. Periya Puranam juga dianggap sebagai salah satu mahakarya sastra Tamil yang menggambarkan masa keemasan Dinasti Chola.[12]

Lihat Juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Sekkizhar (1822). Sekkilar's Periya-puranam. The Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. 
  2. ^ SEKKIZHAAR (1985). PERIYAPURANAM A Tamil classic on the great Saiva Saints of South India. 
  3. ^ Thangaraj, M. Thomas (2008-01-01). "Book Review: "The History of the Holy Servants of the Lord Siva: A Translation of the Periya Puranam of Cekkilar"". Journal of Hindu-Christian Studies. 21 (1). doi:10.7825/2164-6279.1421. ISSN 2164-6279. 
  4. ^ Sekkizhar (1822). Sekkilar's Periya-puranam. The Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. 
  5. ^ Kaimal, Padma (1992-05). "Art of the Imperial Cholas. By Vidya Dehejia. New York: Columbia University Press, 1990. xv, 148 pp. 36.00". The Journal of Asian Studies (dalam bahasa Inggris). 51 (2): 414–416. doi:10.2307/2058068. ISSN 1752-0401. 
  6. ^ Kulke, Hermann, ed. (2009). Nagapattinam to Suvarnadwipa (edisi ke-1. publ. in Singapore). Singapore: Inst. of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-230-937-2. 
  7. ^ Kaimal, Padma (1992-05). "Art of the Imperial Cholas. By Vidya Dehejia. New York: Columbia University Press, 1990. xv, 148 pp. 36.00". The Journal of Asian Studies (dalam bahasa Inggris). 51 (2): 414–416. doi:10.2307/2058068. ISSN 1752-0401. 
  8. ^ Kaimal, Padma (1992-05). "Art of the Imperial Cholas. By Vidya Dehejia. New York: Columbia University Press, 1990. xv, 148 pp. 36.00". The Journal of Asian Studies (dalam bahasa Inggris). 51 (2): 414–416. doi:10.2307/2058068. ISSN 1752-0401. 
  9. ^ Sadarangani, Neeti (2004). Bhakti poetry in medieval India: its inception, cultural encounter and impact. New Delhi: Sarup. ISBN 978-81-7625-436-6. 
  10. ^ Sekkizhar (1822). Sekkilar's Periya-puranam. The Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. 
  11. ^ Sekkizhar (1822). Sekkilar's Periya-puranam. The Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. 
  12. ^ Kulke, Hermann, ed. (2009). Nagapattinam to Suvarnadwipa (edisi ke-1. publ. in Singapore). Singapore: Inst. of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-230-937-2.