Bhagiratha
Dalam mitologi Hindu, Bhagiratha (Sanskerta: भाघीरथ ; Bhāgīratha) adalah nama seorang raja keturunan Ikswaku, putra Dilipa, yang memerintah Ayodhya sebelum masa pemerintahan dan kejayaan Dasarata, ayah Rama. Ia dikenal karena jasanya yang besar telah mengantarkan air Gangga ke muka bumi.[1]
भगीरथ | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Bhagiratha |
Ejaan Dewanagari | भगीरथ |
Ejaan IAST | Bhagīratha |
Kitab referensi | Ramayana, Purana, Mahabharata |
Asal | Ayodhya, Kerajaan Kosala |
Kediaman | Ayodhya |
Kasta | kesatria |
Profesi | raja |
Dinasti | Surya |
Ayah | Dilipa |
Latar belakang
suntingSebelum Bhagiratha naik tahta, raja pendahulunya selalu wafat dalam kesedihan. Hal itu dikarenakan roh para leluhur Bhagiratha tidak dapat beristirahat dengan tenang semenjak mereka tewas dengan mengenaskan karena terbakar oleh sorot mata Resi Kapila yang sedang marah. Saat meninggal, abu mereka tidak mendapatkan upacara kematian yang layak sehingga tidak dapat mencapai surga.
Saat Bhagiratha dilantik menjadi raja, Dilipa membeberkan masalah tersebut kepadanya. Dilipa mengatakan bahwa abu para leluhurnya harus disucikan dengan air Gangga.[2] Setelah Bhagiratha tahu, ia bersumpah akan membawa air Gangga turun ke bumi. Akhirnya ia memutuskan untuk menurunkan air Gangga dari surga dengan cara melakukan penebusan dosa. Ia menitipkan kerajaan kepada para menterinya.
Pertapaan
suntingUntuk memohon agar sungai Gangga turun ke bumi, Bhagiratha melakukan tapa dengan teguh. Ia menengadah ke langit dan makan hanya sebulan sekali. Dewa Brahma berkenan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Bhagiratha dan mempersilakannya mengajukan permohonan. Akhirnya Bhagiratha memohon agar sungai Gangga turun dari surga. Brahma mengabulkan permohonan tersebut namun arus Gangga yang turun ke bumi sangat deras sehingga ada yang harus menahannya. Brahma kemudian menyuruh Bhagiratha agar melanjutkan tapanya dengan memuja Siwa.
Turunnya Gangga
suntingBhagiratha memuja Siwa dan memintanya agar bersedia menahan arus Gangga yang turun ke bumi. Karena berkenan dengan pengorbanan Bhagiratha, Siwa mengabulkan permohonan tersebut. Brahma menyuruh Gangga agar turun ke bumi. Dengan hati yang congkak, Gangga hendak menghanyutkan Siwa serta menyapu bumi dengan arus derasnya. Siwa tahu akan maksud Gangga tersebut, lalu ia membuka ikat rambutnya sehingga rambutnya yang panjang kusut tersebut terjulur bagaikan jaring yang sangat lebar, dan menjebak Gangga yang turun ke bumi. Dengan rambutnya, Siwa menampung air Gangga.
Setelah menjebak Gangga dengan rambutnya, Siwa melakukan meditasi yang sangat dalam. Hal itu membuat Bhagiratha tidak berani mengganggunya. Untuk mengeluarkan Gangga tanpa menimbulkan kemurkaan Siwa, Bhagiratha memohon kepada Parwati, istri Siwa, supaya diberi jalan keluar. Parwati memanggil kedua putranya, yaitu Ganesa dan Kartikeya. Atas saran Ganesa, Bhagiratha meminta bantuan Resi Gotama sebab hanya dia yang dapat membuat Siwa terkesan. Ganesa, Bhagiratha dan Kartikeya menuju asrama Resi Gotama dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Dengan kekuatan pikirannya, Ganesa membuat sapi di asrama tersebut menjadi gila. Mengetahui hal tersebut, sang resi memukul sapi tersebut hingga mati.
Setelah Resi Gotama membunuh seekor sapi, suasana asrama menjadi gempar sebab sang resi melakukan sebuah dosa besar. Ganesa menyarankan agar sang resi menyucikan dirinya dengan air Gangga yang terdapat di dalam rambut Siwa. Sang resi mematuhi saran tersebut, lalu ia memuja Siwa dan memberinya persembahan sehingga Siwa terkesan. Atas permintaan Resi Gotama, Siwa mengizinkan Gangga keluar dari rambutnya dengan memberikan suatu celah kecil. Air tersebut menyucikan sang resi. Setelah air Gangga menyucikan Resi Gotama, Ganesa meminta maaf kepada sang resi karena ia telah membuat sang resi melakukan kesalahan. Resi Gotama tersentuh dengan kejujuran Ganesa. Ia juga memberkati Bhagiratha setelah tahu bahwa raja tersebut telah membuat Gangga turun ke bumi.
Pemerintahan
suntingSetelah berhasil membawa Gangga turun ke Bumi, dan melakukan upacara pemakaman yang layak bagi para leluhurnya, Bhagiratha kembali ke kerajaannya dan memerintah sebagai raja. Rakyatnya makmur sejahtera di bawah pemerintahannya.[3] Kitab Mahabharata menyatakan bahwa Bhagiratha sangat dermawan dalam menyumbangkan sapi, dan menghibahkan ratusan ribu sapi beserta anak-anaknya kepada Resi Kohala.[4]
Bhagiratha menikahkan putrinya, Hangsi, dengan Resi Kautsa, sebelum meninggal dunia.[5]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Edits, The Divine (2023-04-22). Padma Purana - A Concise Guide (dalam bahasa Inggris). by Mocktime Publication. hlm. 10.
- ^ Parmeshwaranand, Swami (2001). Encyclopaedic Dictionary of Puranas (dalam bahasa Inggris). Sarup & Sons. hlm. 161. ISBN 978-81-7625-226-3.
- ^ Vālmīki (1952). The Ramayana of Valmiki (dalam bahasa Inggris). Shanti Sadan. hlm. 89. ISBN 978-0-85424-048-7.
- ^ The Mahabharata (dalam bahasa Inggris). Bharata Press. 1893. hlm. 621.
- ^ Mani, Vettam (2015-01-01). Puranic Encyclopedia: A Comprehensive Work with Special Reference to the Epic and Puranic Literature (dalam bahasa Inggris). Motilal Banarsidass. hlm. 115. ISBN 978-81-208-0597-2.
Didahului oleh: Dilipa |
Raja Ayodhya | Diteruskan oleh: Sruta |