Danau Ptolemy

danau di Sudan
Revisi sejak 30 November 2024 10.21 oleh Rumirami (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Danau Ptolemy adalah sebuah bekas danau prasejarah di Sudan. Danau ini terbentuk selama era Holosen di wilayah Darfur, pada saat angin musim di atas Afrika jauh lebih kuat daripada sekarang. Danau Ptolemy diperkirakan eksis di bekas lokasi saat ini sekitar 9.100–2.400 yang lalu. Danau ini kemungkinan membentang hingga seluas 30.750 kilometer persegi (11.870 mil persegi), jauh lebih besar dari Danau Erie saat ini. Namun, perkiraan ukurannya bervariasi dan mungkin saja jauh lebih kecil. Garis pantainya di beberapa tempat, sejauh yang dapat dikenali, menampilkan lanskap riparian dan alang-alang. Danau ini adalah danau air tawar yang sumber airnya berasal dari air tanah dan limpasan dari pegunungan terdekat. Danau ini kemunginan merupakan sumber Sistem Akuifer Batu Pasir Nubian. Danau ini menampilkan ekosistem yang beragam dengan sejumlah spesies. Danau ini juga kemungkinan mendorong penyebaran spesies antara Sungai Nil dan Danau Chad.

Danau Ptolemy
Danau Purba Nubian Barat, Megadanau Darfur Utara
Peta Afrika utara dengan Danau Ptolemy ditandai sebagai Danau Purba Nubia Barat
LetakDarfur, Sudan
Jenis perairanBekas danau
Danau Holosen
9,100–2,400 BP
EtimologiPtolemy
Bagian dariSahara
Aliran masuk utama?
Asal sungai?
Aliran keluar utama?
Terletak di negaraSudan
Area permukaan8.133–11.230 km2 (3.140–4.336 sq mi)
Kedalaman maksimal15 m (49 ft)
Volume air372–547 km3 (89–131 cu mi)
Salinitas?
Ketinggian permukaan550–555 m (1.804–1.821 ft)
Suhu tertinggi?
Suhu terendah?
BekuTidak pernah
Kepulauan?
Peta
Peta

Selama era Holosen awal dan tengah, danau besar seperti Danau Chad dan Danau Ptolemy terbentuk di gurun Sahara.[1] Sistem sungai seperti Wadi Howar dulunya juga mengalir. Namun, tidak jelas apakah sungai tersebut mengalir melalui lanskap yang berupa gurun seperti sekarang atau tidak.[2] Pembentukan danau purba ini berkaitan dengan muson Afrika yang lebih kuat pada saat itu. Perbedaan kondisi muson ini disebabkan oleh kemiringan sumbu yang lebih tinggi dan perihelion Bumi, hal ini mengakibatkan wilayah Sahara mengalami iklim muson.[3] Saat ini Sahara timur adalah salah satu lokasi terkering di Bumi[4] karena jauh dari sumber air laut.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Pachur & Altmann 2006, hlm. 35.
  2. ^ a b Pachur 1997, hlm. 228.
  3. ^ Hoelzmann et al. 2001, hlm. 193.
  4. ^ Elsheikh, Abdelsalam & Mickus 2011, hlm. 82.

Bibliografi

sunting
  • Elsheikh, Ahmed; Abdelsalam, Mohamed G.; Mickus, Kevin (1 August 2011). "Geology and geophysics of the West Nubian Paleolake and the Northern Darfur Megalake (WNPL–NDML): Implication for groundwater resources in Darfur, northwestern Sudan". Journal of African Earth Sciences. 61 (1): 82–93. Bibcode:2011JAfES..61...82E. doi:10.1016/j.jafrearsci.2011.05.004. 
  • Ghoneim, E.; El-Baz, F. (20 November 2007). "DEM‐optical‐radar data integration for palaeohydrological mapping in the northern Darfur, Sudan: implication for groundwater exploration". International Journal of Remote Sensing. 28 (22): 5001–5018. Bibcode:2007IJRS...28.5001G. doi:10.1080/01431160701266818. ISSN 0143-1161. 
  • Gossel, W.; Ebraheem, A. M.; Wycisk, P. (1 December 2004). "A very large scale GIS-based groundwater flow model for the Nubian sandstone aquifer in Eastern Sahara (Egypt, northern Sudan and eastern Libya)". Hydrogeology Journal. 12 (6): 698–713. Bibcode:2004HydJ...12..698G. doi:10.1007/s10040-004-0379-4. ISSN 1431-2174. 
  • Hoelzmann, Philipp; Keding, Birgit; Berke, Hubert; Kröpelin, Stefan; Kruse, Hans-Joachim (15 May 2001). "Environmental change and archaeology: lake evolution and human occupation in the Eastern Sahara during the Holocene". Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology. 169 (3–4): 193–217. Bibcode:2001PPP...169..193H. doi:10.1016/S0031-0182(01)00211-5. 
  • Pachur, Hans-Joachim (April 1997). "Der Ptolemäus-See in Westnubien als Paläoklimaindikator". Petermanns Geographische Mitteilungen (dalam bahasa Jerman) (141): 227–250. 
  • Pachur, Hans-Joachim; Altmann, Norbert (2006). Die Ostsahara im Spätquartär (dalam bahasa Jerman). Springer Berlin Heidelberg. doi:10.1007/978-3-540-47625-2. ISBN 978-3-540-47625-2. 
  • Quade, J.; Dente, E.; Armon, M.; Dor, Y. Ben; Morin, E.; Adam, O.; Enzel, Y. (2018). "Megalakes in the Sahara? A Review". Quaternary Research. 90 (2): 9–11. Bibcode:2018QuRes..90..253Q. doi:10.1017/qua.2018.46 . ISSN 0033-5894.