Generasi Alpha
Generasi Alpha adalah kelompok demografi yang menyusul Generasi Z. Generasi Alfa di Indonesia adalah orang-orang yang lahir mulai tahun 2013 sampai sekarang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada Sensus Penduduk 2020 berjumlah 10,88℅ dari keseluruhan penduduk Indonesia.[1] Hal ini memungkinkan adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang usia generasi ini, salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi. Mengambil nama dari huruf pertama dalam abjad Yunani, Generasi Alfa adalah orang-orang yang lahir sepanjang abad ke-21. Kebanyakan anggota Generasi Alfa adalah anak dari Milenial dan cucu dari baby boomers.[2][3][4]
Generasi Alfa lahir pada saat tingkat kelahiran menurun di sebagian besar dunia, dan mengalami dampak pandemi COVID-19 saat masih anak-anak.[5] Bagi mereka yang mempunyai akses, hiburan anak-anak semakin didominasi oleh teknologi elektronik seperti: jejaring sosial, dan layanan streaming, sementara minat terhadap televisi tradisional juga menurun.
Perubahan penggunaan teknologi di ruang kelas dan aspek kehidupan lainnya memberikan dampak yang signifikan terhadap pengalaman pembelajaran dini generasi ini dibandingkan generasi sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan terkait waktu menatap layar, alergi, dan obesitas menjadi semakin umum pada akhir tahun 2010-an.
Banyak anggota Generasi Alfa yang tumbuh dengan menggunakan ponsel cerdas dan tablet sebagai bagian dari hiburan masa kecil mereka, dan banyak dari mereka yang menggunakan perangkat tersebut sebagai pengalih perhatian atau alat bantu pendidikan. Waktu pemakaian perangkat elektronik di kalangan bayi, balita, dan anak prasekolah telah meningkat secara signifikan selama tahun 2010-an. Sekitar 90% anak kecil menggunakan perangkat elektronik genggam pada usia satu tahun.[6]
Definisi
Bagian dari seri tentang |
Generasi besar di dunia Barat |
---|
Beberapa ahli menyarankan bahwa karena perubahan cepat dalam cara anak-anak dibesarkan, berkembang, dan bertumbuh, rentang waktu yang digunakan untuk mendefinisikan generasi terkini, seperti Gen Alfa dan generasi setelahnya, harus dipersingkat. Mereka percaya bahwa ini adalah hasil dari perkembangan teknologi yang pesat dan integrasinya yang cepat ke dalam masyarakat modern seperti media sosial yang hadir sepanjang hidup anggota Generasi Alfa, tidak seperti mayoritas Gen Z. Serta penggunaan AI yang mempengaruhi perkembangan psikologis generasi ini sangat berbeda dari generasi sebelumnya, dan akan memberi manfaat dari definisi generasi baru atau generasi setelah Generasi Alfa menjadi bagian yang lebih pendek dan lebih spesifik.
Lihat pula
Referensi
- ^ "Sensus Penduduk 2020". Badan Pusat Statistik Indonesia.
- ^ Perano, Ursula (August 8, 2019). "Meet Generation Alpha, the 9-year-olds shaping our future". Axios. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-08. Diakses tanggal September 6, 2019.
- ^ Lavelle, Daniel (January 4, 2019). "Move over, millennials and Gen Z – here comes Generation Alpha". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-08. Diakses tanggal July 8, 2019.
- ^ Shaw Brown, Genevieve (February 17, 2020). "After Gen Z, meet Gen Alpha. What to know about the generation born 2013 to today". Family. ABC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-17. Diakses tanggal February 17, 2020.
- ^ Gallagher, James (February 15, 2020). "Fertility rate: 'Jaw-dropping' global crash in children being born". BBC. Diakses tanggal 12 October 2023.
- ^ "Children and parents: Media Use and Attitudes Report" (PDF). Ofcom. 29 November 2017. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 June 2020.
Pranala luar
- The Downside of Diversity Diarsipkan 2023-07-21 di Wayback Machine. Michael Jonas. The New York Times. August 5, 2007.
- How childhood trauma affects health across a lifetime Diarsipkan 2023-07-29 di Wayback Machine. TED-Ed Talk by pediatrician Nadine Burke Harris. February 17, 2015.
- Is a University Degree a Waste of Money? Diarsipkan 2023-07-16 di Wayback Machine. CBC News: The National. March 1, 2017. (Video, 14:39)