Tubagus Muslihat

Pahlawan, tokoh militer Indonesia
Revisi sejak 6 Desember 2024 09.26 oleh 36.66.98.50 (bicara) (Aktivitas)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kapten Tubagus Muslihat (26 Oktober 1926 – 25 Desember 1945)[2] adalah seorang pahlawan yang berjuang dalam Revolusi Nasional Indonesia tahun 1945 di Bogor.[1][5] Dia ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalyon II Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Letnan Satu.[3]

Kapten
Tubagus Muslihat
Foto Kapten Muslihat di Museum Perjuangan Bogor[1]
Nama lahirTubagus Muslihat
Nama lainKapten Muslihat
Lahir(1926-10-26)26 Oktober 1926[2]
Pandeglang, Banten
Meninggal25 Desember 1945(1945-12-25) (umur 19)[3]
Bogor, Jawa Barat
DikebumikanTaman Makam Pahlawan Dreded Bogor, Jawa Barat[4]
PengabdianIndonesia
Dinas/cabangTentara Keamanan Rakyat (sekarang Tentara Nasional Indonesia)
Lama dinas1943-1945
PangkatKapten
KesatuanKompi IV, Batalyon II
Perang/pertempuranRevolusi Nasional Indonesia
PasanganKartinah
Hubungan
  • Tubagus Djuhanuddin (ayah)
  • Tubagus Merdeka (anak)

Biografi

sunting

Kehidupan awal

sunting

Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang saat api pemberontakan rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Banten tengah berlangsung hebat.[2] Tubagus adalah gelar kebangsawanan suku Banten yang disematkan secara turun-temurun kepada para keturunan Sultan Banten dari pihak lelaki.[6] Ayahnya, Tubagus Djuhanuddin adalah seorang kepala Sekolah Rakyat yang mendapat tugas ke Jakarta,[3] kemudian ke Bogor.[7]

Kehidupan pribadi

sunting

Pada tahun 1944, Muslihat menikah dengan Kartinah, gadis asal Bogor, Jawa Barat.[8] Saat gugur di medan perang pada tahun 1945, dia memberikan wasiat kepada istrinya yang sedang mengandung agar memberi nama Tubagus Merdeka kepada anaknya yang akan lahir.[1]

Muslihat dan istrinya tinggal di sebuah rumah sederhana di Jalan Panaragan Kidul nomor 25, Bogor, Jawa Barat.[8]

Aktivitas

sunting

Pada tahun 1942, Muslihat bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor.[3] Setelah tidak bekerja lagi di jawatan kehutanan, dia kemudian bekerja sebagai juru rawat di Rumah Sakit Kedung Halang, Bogor. Karena tidak betah, setelah tiga bulan Muslihat kemudian berhenti dan bekerja di jawatan kehutanan kembali.[7] Tubagus Muslihat was a remarkable military figure whose career began during the Japanese occupation. As a registered soldier of PETA, he served as a Shodancho (commander). After Japan's defeat in World War II, all PETA soldiers were discharged, and Tubagus Muslihat became part of the Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

In 1944, he married Kartinah, a girl from Bogor. However, before their first anniversary, the call to defend independence came as the Dutch and NICA forces returned, accompanying the Allied forces. As the Commander of Company IV Battalion II of the TKR, he took up arms to reclaim Bogor from the Allies.

Various battles ensued across West Java. During an assault on the Allied headquarters, now known as POLRESTA Bogor Kota, Captain Muslihat led his troops in a fierce gunfight. Amidst the chants of "merdeka" (freedom), Captain Muslihat bravely left his cover and attacked the Allies head-on. According to Ma’mun Permadi, a fellow independence veteran, Captain Muslihat advanced from the front, shooting several Allied soldiers.

Tragically, he was struck by a bullet in the abdomen but continued to fight despite his severe injury. A second bullet later hit his waist, causing him to fall and ultimately die on the battlefield. His blood-soaked uniform and the place where his statue now stands bear witness to his unwavering spirit in defending the nation's independence.

Captain Muslihat died on December 25, 1945, leaving behind his pregnant wife, Kartinah. He passed on with a poignant message to her: to give their possessions to those in need and to name their unborn child Tubagus Merdeka if it were a boy, as recounted by Ma’mun Permadi.

Captain Muslihat's legacy remains a testament to his dedication and sacrifice for his country's freedom.

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c Wiguna, Alfiar (2017-11-09). "Kisah Heroik Kapten Muslihat Melawan Penjajah". Website resmi pemerintah Kota Bogor. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-30. Diakses tanggal 2018-01-30. 
  2. ^ a b c Official, 1958, hlm. 60.
  3. ^ a b c d Fadillah, Ramadhian (2014-11-10). "Kisah Gugurnya Kapten Muslihat & Wasiat Sedekahi Fakir Miskin". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-30. Diakses tanggal 2018-01-30. 
  4. ^ Flo, Eddy (2016-02-17). "Makam Kapten Tb Muslihat Bukti Patriotisme Margonda". Merahputih. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-30. Diakses tanggal 2018-01-30. 
  5. ^ Wiguna, Alfiar (2014-12-26). "Mengenang perjuangan kapten Muslihat". Website resmi Kota Bogor. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-28. Diakses tanggal 2018-02-28. 
  6. ^ Kusnadi, Harvey Darian (2016-05-09). "Mengenal Tokoh di Balik Patung Dekat Stasiun Bogor". CNN Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-01. Diakses tanggal 2018-02-01. 
  7. ^ a b Prasetiyo, Wisnu (2015-10-26). "Mengenang Kapten Muslihat, Pejuang dari Bogor yang Gugur di Usia Muda". DetikCom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-01. Diakses tanggal 2018-02-01. 
  8. ^ a b Prasetiyo, Wisnu (2015-10-26). "Menengok Rumah Sederhana Kapten Muslihat yang Berumur 3 Generasi". DetikCom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-01. Diakses tanggal 2018-02-01. 

Daftar pustaka

sunting
  • Official (1958). "Madjalah Sedjarah Militer Angkatan Darat". No. No. 1 (edisi ke-1). Bandung: Biro Sedjarah AD, Pusat Sedjarah Militer. OCLC 48646264.