Harry Roesli

pemusik Indonesia
Revisi sejak 6 Desember 2024 14.22 oleh Bintang Palagan (bicara | kontrib) (Penghargaan dan nominasi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli, (10 September 1951 – 11 Desember 2004) lebih dikenal sebagai Harry Roesli adalah tokoh dikenal melahirkan budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif dan konsisten memancarkan kritik sosial. Karya- karyanya konsisten memunculkan kritik sosial secara lugas dalam watak musik teater lenong. Harry berpenampilan khas, berkumis, bercambang, berjanggut lebat, berambut gondrong dan berpakaian serba hitam.

Harry Roesli
LahirDjauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli
(1951-09-10)10 September 1951
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Meninggal11 Desember 2004(2004-12-11) (umur 53)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Nama lainHarry Roesli
Pekerjaan
Tahun aktif1971—2004
Suami/istriKania Perdani Handiman (?—2004)
Anak2 (anak kembar)
Orang tuaRoeshan Roesli (ayah)
Kerabat
Karier musik
Genre
Instrumen
Artis terkait
IMDB: nm1258330 Musicbrainz: 27b6c1b0-6ce0-44ac-a619-0edfec735148 Discogs: 2256514 Modifica els identificadors a Wikidata

Riwayat Hidup

sunting

Karier

sunting

Pada awal 1970-an, namanya sudah mulai melambung. Saat membentuk kelompok musik Gang of Harry Roesli bersama Albert Warnerin, Indra Rivai dan Iwan A Rachman. Lima tahun kemudian (1975) kelompok musik ini bubar.

Di tengah kesibukannya bermain band, dia pun mendirikan kelompok teater Ken Arok, 1973. Setelah melakukan beberapa kali pementasan, antara lain, Opera Ken Arok di TIM Jakarta pada Agustus 1975, grup teater ini kemudian bubar, karena Harry mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM), belajar ke Rotterdam Conservatorium, Belanda. Selama belajar di negeri kincir angin itu, Harry juga aktif bermain piano di restoran-restoran Indonesia dan main band dengan anak-anak keturunan Ambon di sana. Selain untuk menyalurkan talenta musiknya sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang tidak mencukupi dari beasiswa.

Gelar Doktor Musik diraihnya pada tahun 1981, kemudian selain tetap berkreasi melahirkan karya-karya musik dan teater, juga aktif mengajar di Jurusan Seni Musik di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Pasundan Bandung.

Dia ini juga kerap membuat aransemen musik untuk teater, sinetron dan film, di antaranya untuk kelompok Teater Mandiri dan Teater Koma. Juga menjadi pembicara dalam seminar-seminar di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, serta aktif menulis di berbagai media, salah satunya sebagai kolumnis Kompas Minggu.

Selain itu juga membina para seniman jalanan dan kaum pemulung di Bandung lewat Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang didirikannya. Rumahnya di Jl WR Supratman 57 Bandung dijadikan markas DKSB. Rumah inilah yang pada tahun 1998 menjadi pusat aktivitas relawan Suara Ibu Peduli di Bandung. Rumah ini ramai dengan kegiatan para seniman jalanan dan tempat berdiskusi para aktivis mahasiswa. Dimana kerap lahir karya-karya yang sarat kritik sosial dan bahkan bernuansa pemberontakan terhadap kekuasaan Orde Baru. Bersama DKSB dan Komite Mahasiswa Unpar, Harry Roesli mementaskan pemutaran perdana film dokumenter Tragedi Trisakti dan panggung seni dalam acara "Gelora Reformasi" di Universitas Parahyangan [1] Diarsipkan 2023-08-16 di Wayback Machine.. Dalam acara ini kembali dinyanyikan lagu Jangan Menangis Indonesia dari album LTO (Lima Tahun Oposisi), Musica Studio, 1978.

Setelah reformasi, saat pemerintahan BJ Habibie, salah satu karyanya yang dikemas 24 jam nonstop juga nyaris tidak bisa dipentaskan. Juga pada awal pemerintahan Megawati, dia sempat diperiksa Polda Metro Jaya gara-gara memelesetkan lagu wajib Garuda Pancasila setelah Abdurrahman Wahid dimakzulkan.

  • Pendiri dan pemain grup musik Gang of Harry Roesli bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A Rachman (1971-1975)
  • Pendiri grup teater Ken Arok (1973-1977)
  • Guru besar psikologi musik Universitas Pendidikan (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung
  • Pimpinan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB)

Pendidikan

sunting
  • SMA Negeri 2 Bandung (1967-1969)
  • Jurusan Teknik Mesin ITB (Insitut Teknlogi Bandung) Bandung, sampai tingkat IV (1970-1975)
  • Jurusan Komposisi LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) kini IKJ (Institut Kesenian Jakarta) (1975-1977)
  • Jurusan musik elektronik di Rotterdam Conservatorium, Negeri Belanda (1977-1981)

Keluarga

sunting

Harry Roesli yang berdarah Minangkabau ini, merupakan cucu pujangga besar Marah Roesli. Anak bungsu dari empat bersaudara, ayahnya bernama Mayjen (pur) Roeshan Roesli. Istri Harry Roesli bernama Kania Perdani Handiman dan dua anak kembarnya bernama Layala Khrisna Patria dan Lahami Khrisna Parana.

Kematian

sunting

Harry meninggal dunia hari Sabtu 11 Desember 2004, pukul 19.55 di RS Harapan Kita, Jakarta.[1]

Diskografi

sunting

Filmografi

sunting
Tahun Judul Dikreditkan sebagai Catatan
Komponis
1977 Suci Sang Primadona Ya
1989 Si Kabayan dan Gadis Kota Ya
Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) Ya Juga sebagai aktor
Si Kabayan Saba Kota Ya
1990 Si Buta dari Gua Hantu: Lembah Tengkorak Ya
Komar, Si Glen Kemon Mudik Ya
Di Sana Senang Di Sini Senang Ya
Suamiku Sayang... Ya
Oom Pasikom (Parodi Ibukota) Ya
1991 Si Kabayan dan Anak Jin Ya
1992 Si Kabayan Saba Metropolitan Ya
1994 Si Kabayan Mencari Jodoh Ya

Prestasi dan pengakuan

sunting
  • Diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008

Penghargaan dan nominasi

sunting
Tahun Penghargaan Kategori Hasil
2017 Anugerah Musik Indonesia Legend Award Penerima

Referensi

sunting
  1. ^ "Harry Roesly Tutup Usia". Liputan6.com. Liputan6.com. 12 Desember 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-05. Diakses tanggal 5 Februari 2022. 

Pranala luar

sunting