Radikalisasi algoritmik

fenomena sosial di dalam media sosial

Radikalisasi algoritmik adalah sebuah fenomena sosial yang terjadi di dalam pelantar digital seperti internet dan media sosial (seperti Facebook atau YouTube), di mana para penggunanya digiring ke suatu pemahaman, pandangan dan pemikiran (politik, ideologi dan nilai sosial) yang ekstrim serta radikal melalui rekomendasi konten yang diatur oleh sistem algoritma pada suatu pelantar aplikasi tersebut.[1]

YouTube adalah salah satu media dalam fenomena radikalisasi algoritmik

Algoritme merekam interaksi pengguna, mulai dari tanda suka atau tidak suka hingga jumlah waktu yang dihabiskan dalam bermedia sosial, untuk menghasilkan sebuah ruang gema. Dengan ruang gema ini, pengguna didorong untuk menjadi lebih terpolarisasi melalui preferensi di media dan konfirmasi diri.[2]

Radikalisasi algoritmik telah menjadi sebuah fenomena yang kontroversial karena seringkali perusahaan media sosial memiliki kepentingan untuk mempertahankan ruang gema.[3] Sejauh mana algoritma pemberi rekomendasi konten benar-benar bertanggung jawab atas radikalisasi masih menjadi kontroversi. Banyak studi telah menemukan hasil yang kontradiktif mengenai apakah algoritma telah mempromosikan konten ekstremis atau tidak.[4]

Efek ruang gema dan lubang kelinci

Mekanisme utama dalam radikalisasi algoritmik adalah dengan cara menciptakan ruang gema. Ruang gema adalah suatu keadaan ketika pengguna media sosial menemukan sebuah keyakinan yang diyakini atau dapat memperkuat pikiran mereka, kemudian disebarkan secara berulang-ulang dalam sebuah komunitas tertutup.[5][2] Misalnya, jika seorang pengguna media sosial sering mencari atau berinteraksi dengan konten yang terkait dengan suatu ideologi politik tertentu, maka algoritma akan terus merekomendasikan konten terkait ideologi tersebut terus-menerus dan secara bertahap akan mempersempit cakupan informasi pengguna. Ruang gema pada pelantar media sosial bekerja dengan cara mempelajari minat dan kesukaan pengguna untuk mengubah pengalaman mereka di umpan mereka agar tetap terlibat dalam sebuah topik.[1] Ruang gema menyebarkan informasi tanpa keyakinan yang berlawanan dan mungkin dapat menyebabkan bias konfirmasi. Menurut teori polarisasi kelompok, ruang gema berpotensi membawa pengguna atau kelompok ke dalam sikap radikal yang lebih ekstrem.[6]

Contoh kasus

Radikalisasi Islamis

Radikalisasi diri

Solusi

Referensi

  1. ^ a b Kartono, Munir. "Ketika Algoritma Meradikalisasi Manusia". ruangobrol.id. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  2. ^ a b "What is a Social Media Echo Chamber? | Stan Richards School of Advertising". advertising.utexas.edu (dalam bahasa Inggris). 2020-11-18. Diakses tanggal 2024-12-10. 
  3. ^ "How Can Social Media Firms Tackle Hate Speech?". Knowledge at Wharton (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-10. 
  4. ^ Whittaker, Joe; Looney, Seán; Reed, Alastair; Votta, Fabio (2021-06-30). "Recommender systems and the amplification of extremist content". Internet Policy Review. 10 (2). doi:10.14763/2021.2.1565. ISSN 2197-6775. 
  5. ^ Barberá, Pablo; Jost, John T.; Nagler, Jonathan; Tucker, Joshua A.; Bonneau, Richard (2015-08-21). "Tweeting From Left to Right". Psychological Science. 26 (10): 1531–1542. doi:10.1177/0956797615594620. ISSN 0956-7976. 
  6. ^ Lyn, Cody-Ann. "The case of echo chambers: Examining the effect of social media echo chamber policy on user engagement". Iowa State University.