Putu Wijaya

biografi putu
Revisi sejak 17 Desember 2024 00.08 oleh Muhammad Bambang Pacul (bicara | kontrib) (Film)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

I Gusti Ngurah Putu Wijaya (lahir 11 April 1944) adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia adalah seorang penulis drama, cerpen, esai, novel, skenario film dan sinetron,[1] tokoh teater, dan pelukis

Putu Wijaya
LahirI Gusti Ngurah Putu Wijaya
11 April 1944 (umur 80)
Tabanan, Bali
PekerjaanPenulis, tokoh teater, pelukis
BahasaIndonesia
KebangsaanIndonesia
PendidikanSarjana Hukum (Universitas Gadjah Mada)
Periode1960-an – sekarang
Genredrama, novel, cerpen, esai
Aliran sastraRealisme magis
Karya terkenalTelegram, Pabrik, dll
PenghargaanSayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta1979 dan 1980
Penulis skenario terbaik dari Festival Film Indonesia 1980, 1985, dan 1992

Riwayat Hidup

sunting

Putu Wijaya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, baik anggota keluarga dekat dan jauh. Putu mempunyai kebiasaan membaca sejak kecil. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak dan ibunya yang bernama Mekel Ermawati. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.

Karier

sunting

Putu menulis sejak SMP. Tulisan pertamanya sebuah cerita pendek berjudul "Etsa" dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Pertama kali main drama ketika di SMA, memainkan drama sendiri dan menyutradarai dengan kelompok yang didirikannya sendiri di Yogyakarta. Putu bergabung dengan Bengkel Teater pada 1967-1969. Kemudian ia bergabung dengan Teater Kecil di Jakarta. Sempat main satu kali dalam pementasan Teater Populer. Selanjutnya bergabung dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971, dengan konsep "Bertolak dari Yang Ada".[2]

Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Di antaranya yaitu mementaskan naskah Gerr (Geez), dan Aum (Roar) di Madison, Connecticut dan di LaMaMa, New York City, dan pada tahun 1991 membawa Teater Mandiri dengan pertunjukkan Yel keliling Amerika.[3] Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan skenario sinetron.

Cerita pendek karangannya kerap mengisi kolom pada Harian Kompas dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai seorang penulis fiksi yang produktif, sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat, dan Nyali. Sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Arab, dan Thailand.[4]

Komponis Ananda Sukarlan telah membuat dua "opera komedi" dari cerpen Putu Wijaya, yaitu Laki-Laki Sejati (pada pertunjukan perdananya dinyanyikan oleh dua soprano, Evelyn Merrelita dan Eriyani Tenga Lunga) dan Mendadak Kaya (dari cerpen "Kaya". Pertunjukan perdananya dinyanyikan oleh dua tenor Adi "Didut" Nugroho dan Pharel Jonathan Silaban). Dua opera ini sering dimainkan oleh penyanyi lain, antara lain oleh soprano terkemuka Mariska Setiawan .

Pendidikan

sunting

Filmografi

sunting

Sebagai aktor

sunting
Tahun Judul Peran Catatan
1971 Malin Kundang (Anak Durhaka) Malin dewasa
1972 Kabut di Kintamani
1973 The Virgin of Bali
1989 Nyoman Cinta Merah Putih
2011 Serdadu Kumbang Haji Mesa

Sebagai pembuat film

sunting
Tahun Judul Dikreditkan sebagai Catatan
Penulis Sutradara
1978 Perawan Desa Skenario Tidak
1979 Dr. Siti Pertiwi Kembali ke Desa Skenario Tidak
Bayang-Bayang Kelabu Skenario Tidak
Sepasang Merpati Skenario Tidak
1981 dr. Karmila Skenario Tidak
1982 Bunga Bangsa Cerita dan skenario Tidak
Tapak-Tapak Kaki Wolter Monginsidi Skenario Tidak
1984 Kembang Kertas Skenario Tidak
1989 Joe Turun ke Desa Cerita dan skenario Tidak
Bercinta dalam Mimpi Cerita dan skenario Tidak
Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) Cerita dan skenario Ya Debut penyutradaraan
1990 Perasaan Perempuan Skenario Tidak
Boss Carmad Skenario Tidak
1991 Zig Zag (Anak Jalanan) Cerita dan skenario Ya
Plong (Naik Daun) Cerita dan skenario Ya
1992 Ramadhan dan Ramona Cerita dan skenario Tidak
1997 Blanco, The Colour of Love Cerita dan skenario Tidak
Telegram Cerita Tidak
2000 Sebuah Pertanyaan untuk Cinta Cerita Tidak
2007 Bali Forever Skenario Tidak

Karya-karya

sunting

Teater

sunting
  • Admin -R, YMI (2012-sekarang)

Penulis skenario sinetron

sunting

Antara lain :

Karya drama

sunting
  • Dalam Cahaya Bulan (1966)
  • Lautan Bernyanyi (1967)
  • Bila Malam Bertambah Malam (1970)
  • Invalid (1974)
  • Tak Sampai Tiga Bulan (1974)
  • Anu (1974)
  • Aduh (1975)
  • Dag-Dig-Dug (1976)
  • Gerr (1986)
  • Edan (1988)
  • Hum-Pim-Pah (1992)
  • Konspirasi Kemakmuran
  • Blong
  • Ayo
  • Awas
  • Labil Ekonomi
  • Aum
  • Zat
  • Tai
  • Front
  • Aib
  • Wah
  • Hah
  • Jepretin tuh Staples! (2011)
  • Aeng
  • Aut
  • Dar-Dir-Dor

Karya novel

sunting

Karya cerpen

sunting
  • Karyanya yang berupa cerpen terkumpul dalam kumpulan cerpen Bom (1978)
  • Es Campur (1980)
  • Gres (1982)
  • Klop
  • Bor
  • Protes (1994)
  • Darah (1995)
  • Yel (1995)
  • Blok (1994)
  • Zig Zag (1996)
  • Tidak (1999)
  • Peradilan Rakyat (2006)
  • Keadilan (2012)

Karya Novelet:

  • MS (1977)
  • Tak Cukup Sedih (1977)
  • Ratu (1977)
  • Sah (1977)

Karya esai

sunting

Karya esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.

Tanggapan atas Putu Wijaya

sunting

Rachmat Djoko Pradopo mengatakan bahwa Putu Wijaya berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar. Efek yang dirasa pembaca atau penonton dalam karya-karya Putu Wijaya adalah keterkejutan atau teror terhadap diri manusia sendiri. Ada yang kadang-kadang tidak dapat diduga dalam diri manusia, walaupun sebenarnya teror itu ada dalam diri manusia itu, dalam alam bawah sadarnya.[6]

Kajian atas Putu Wijaya[6]

sunting
  • Rachmat Djoko Pradopo dkk. 1985. Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh
  • Ellen Raferty (ed.). 1988. Putu Wijaya in Performance: An Approach to Indonesian Theater. Wisconsin
  • Th. Sri Rahayu Prihatmi. "Cerkan-Cerkan Fantastik Putu Wijaya". disertasi UI, 1993

Kegiatan lainnya

sunting

Prestasi dan pengakuan

sunting
  • Pemenang penulisan lakon Depsos (Yogyakarta)
  • Pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali
  • Pemenang penulisan novel IKAPI
  • Pemenang penulisan drama BPTNI
  • Pemenang penulisan drama Safari
  • Pemenang penulisan cerita film Deppen (1977)
  • Tiga kali pemenang sayembara penulisan novel DKJ
  • Empat kali pemenang sayembara penulisan lakon DKJ
  • Pemenang penulisan esei DKJ
  • Dua kali pemenang penulisan novel Femina
  • Dua kali pemenang penulisan cerpen Femina
  • Pemenang penulisan cerpen Kartini
  • Hadiah buku terbaik Depdikbud (Yel)
  • Pemenang sinetron komedi FSI (1995)
  • SEA Write Award 1980 di Bangkok
  • Pemenang penulisan esei Kompas
  • Anugerah Seni dari Menteri P&K, Dr Fuad Hasan (1991)
  • Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang (1991-1992)
  • Anugerah Seni dari Gubernur Bali (1993)
  • Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan Presiden RI (2004)
  • Penghargaan Achmad Bakrie (2007)
  • Penghargaan Akademi Jakarta (2009)

Penghargaan dan nominasi

sunting
Penghargaan Tahun Kategori Karya yang dinominasikan Hasil
Festival Film Indonesia 1980 Penulis Skenario Terbaik Perawan Desa Menang
1983 Bunga Bangsa Nominasi
Penulis Cerita Asli Terbaik Nominasi
1985 Penulis Skenario Terbaik Kembang Kertas Menang
1990 Sutradara Terbaik Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) Nominasi
Penulis Skenario Terbaik Nominasi
1992 Sutradara Terbaik Plong (Naik Daun) Nominasi
Penulis Skenario Terbaik Nominasi
Ramadhan dan Ramona Menang
Penulis Cerita Asli Terbaik Nominasi
Festival Film Bandung 2014
Lifetime Achievement Award
Penerima

Rujukan

sunting
  1. ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 367.
  2. ^ (Indonesia) Wijaya, Putu. Bor: Esai-esai Budaya. Yayasan Bentang Budaya, 1999, Yogyakarta. Halaman 347.
  3. ^ (Indonesia) Wijaya, Putu, Uap. Yayasan Bentang Budaya, 1999, Yogyakarta. Halaman 234.
  4. ^ (Indonesia) Wijaya, Putu, Kroco. Pustaka Firdaus, 1995, Jakarta. Halaman 126.
  5. ^ Rani, S.A., dan Sugriati, E. (1999). 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 49. ISBN 979-730-120-6. 
  6. ^ a b Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 979-9012-12-0 hlm. 674

Pranala luar

sunting