Anonimitas disosiatif
Anonimitas disosiatif adalah istilah yang merujuk pada sejauh mana seseorang merasa dapat menyembunyikan atau mengubah identitas aslinya dalam ruang daring. Konsep ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merasa anonim di dunia maya, mereka bisa lebih bebas dalam bertindak tanpa khawatir akan pengaruh dari identitas mereka yang sebenarnya.[1][2][3]
Anonimitas online —keadaan di mana seseorang merasa tidak teridentifikasi di dunia maya —, dapat mengurangi rasa kesadaran diri, yaitu perasaan atau perhatian seseorang terhadap bagaimana orang lain menilai dirinya. Dengan berkurangnya kesadaran diri ini, individu cenderung lebih bebas dalam bertindak, tanpa khawatir akan penilaian sosial. Hal ini memungkinkan mereka untuk lebih terbuka dan menunjukkan perilaku prososial yang dapat memfasilitasi hubungan lebih baik antar pengguna di dunia maya, karena mereka lebih nyaman berinteraksi dan berbagi tanpa tekanan norma sosial, dengan anonimitas individu cenderung untuk menunjukkan sikap positif dan lebih terbuka dalam berinteraksi, yang kemudian dapat memperkuat hubungan sosial di internet.[4]
Anonimitas di dunia maya memberikan kebebasan bagi individu untuk menyajikan diri mereka dengan cara yang lebih ambigu atau bahkan menyembunyikan sebagian identitas mereka yang sebenarnya. Karena tidak ada pengawasan langsung atau tekanan sosial seperti dalam interaksi tatap muka, seseorang dapat lebih bebas untuk mengekspresikan diri mereka tanpa khawatir tentang penilaian atau konsekuensi dari identitas yang mereka tunjukkan. Hal ini memungkinkan individu untuk mengadopsi peran atau persona yang berbeda dari yang mereka miliki dalam kehidupan nyata, seperti menggunakan nama samaran atau mengganti citra diri mereka. Fenomena ini sering memberi peluang bagi seseorang untuk mengeksplorasi berbagai aspek diri yang mungkin tidak mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti sisi kreatif, kepribadian lain, atau bahkan minat yang tidak biasa diungkapkan di dunia nyata. Dengan kata lain, anonimitas memberi ruang bagi individu untuk menjadi diri mereka yang lebih autentik atau mengeksplorasi sisi-sisi lain dari kepribadian mereka yang biasanya terpendam.[5]
Istilah
Anonimitas disosiatif adalah salah satu konsep kunci dalam teori Online Disinhibition Effect yang diperkenalkan oleh John Suler dalam artikelnya yang berjudul The Online Disinhibition Effect pada tahun 2004. Teori ini mencoba menjelaskan fenomena mengapa orang cenderung bertindak lebih bebas atau lebih ekstrem ketika berinteraksi secara online dibandingkan dalam kehidupan nyata, sebuah perilaku yang disebut disinhibition atau pengurangan penghambat diri. Salah satu alasan utama di balik disinhibisi ini, menurut Suler, adalah dissociative anonymity (anonimitas yang terpisah). Konsep ini mengacu pada perasaan anonim yang dimiliki seseorang saat berinteraksi secara online, yang membuat mereka merasa terlepas dari identitas atau persona sosial mereka yang sebenarnya. Dengan kata lain, seseorang yang berkomunikasi online sering kali merasa seolah-olah mereka tidak dikenali dan tidak dapat dituntut secara langsung atas tindakan atau kata-kata mereka.[1]
Lihat juga
Referensi
- ^ a b Suler, John (2004-06). "The Online Disinhibition Effect". CyberPsychology & Behavior. 7 (3): 321–326. doi:10.1089/1094931041291295. ISSN 1094-9313.
- ^ Cheung, Christy M.K.; Wong, Randy Yee Man; Chan, Tommy K.H. (2020-10-22). "Online disinhibition: conceptualization, measurement, and implications for online deviant behavior". Industrial Management & Data Systems. 121 (1): 48–64. doi:10.1108/imds-08-2020-0509. ISSN 0263-5577.
- ^ Mueller-Coyne, Jessica; Voss, Claire; Turner, Katherine (2022-03-01). "The impact of loneliness on the six dimensions of online disinhibition". Computers in Human Behavior Reports. 5: 100169. doi:10.1016/j.chbr.2022.100169. ISSN 2451-9588.
- ^ Morahan-Martin, Janet; Schumacher, Phyllis (2003-11). "Loneliness and social uses of the Internet". Computers in Human Behavior. 19 (6): 659–671. doi:10.1016/s0747-5632(03)00040-2. ISSN 0747-5632.
- ^ Yang, L., & Tan, B. C. (2012). Self-disclosure on online social networks: motives, context feature, and media capabilities.