Ngadiharjo, Borobudur, Magelang

desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Revisi sejak 17 Desember 2024 18.16 oleh 103.208.103.10 (bicara) (Deskripsi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Ngadiharjo adalah desa di kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Ngadiharjo merupakan desa wisata di kawasan Borobudur yang meniliki banyak potensi

Ngadiharjo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenMagelang
KecamatanBorobudur
Kode pos
56553
Kode Kemendagri33.08.02.2015 Edit nilai pada Wikidata
Luas596 ha
Jumlah penduduk5775 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°36′34″S 110°9′37″E / 7.60944°S 110.16028°E / -7.60944; 110.16028

Desa Ngadiharjo adalah sebuah Desa Wisata di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Jarak tempuh dari Ibukota Kecamatan 4 Km dan 10 Km dari ibu kota Kabupaten kearah selatan

Luas Wilayah Desa Ngadiharjo  : 590,100 Ha.

Pada abad ke 17 di masa pemerintahan Mataram Islam Ngadiharjo semula

bernama Adiarja. Pada tahun 1725 M Raja Mataram yang bernama Amangkurat II (

Raden Mas Anom) menugaskan Tumenggung Mulyo Diharjo untuk memimpin. Pada

masa itu batas kepemimpinan Tumenggung Mulyo Diharjo adalah Desa Ngadiharjo,

Desa Giripurno, Desa Giritengah, Desa Karangrejo, Desa Karanganyar, Desa

Karangrejo, Desa Tanjungsari, Desa Kembanglimus, Desa Tegalarum, Desa

Kebonsari, dan Ngargoretno.

Masa kepemimpinan Tumenggung Mulyo Diharjo berakhir pada tahun 1772 setelah ia

meninggal kemudian diteruskan oleh putranya yang bernama Kyai Citro Soco. Pada

tahun 1811 masa kepemimpinan Kyai Citro Soco berakhir setelah meninggal dan

digantikan oleh putranya. Putra Kyai Citro Soco bernama Singokromo. Masa jabatan

Singokromo kemudian berakhir pada tahun 1825. Pada waktu itu Singokromo

meninggal di usia muda dan putranya masih kecil.

Menurut cerita dari sesepuh desa, terjadilah bersamaan dengan meninggalnya

Singokromo (yang juga dikenal dengan nama Ki Lurah Krinjing) terjadi Pangeran

Diponegoro Melawan VOC. Setelah ada perselisihan punggawa-punggawa Kerajaan

Mataram Islam. Tahun 1755 M Kerajaan Mataram Islam menjadi dua, Kasultanan

Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta melalui Perjanjian Giyanti.

Pada masa itu Kasultanan Yogyakarta mengutus tiga tokoh. Salah satunya adalah

Tumenggung Mulyo Diharjo yang diutus untuk menjaga/menduduki wilayah

Ngadiharjo. Tokoh-tokoh lain yang juga mendapatkan amanat dari Kasultanan

Yogyakarta adalah Tumenggung Ngabei Mertowidjoyo, Tumenggung Reso Djoyo

dibantu oleh Kyai Kasan Nuridi, Kyai Kamiludin.

Kala itu Tumenggung Ngabei Mertowidjoyo mendapatkan amanat untuk mengampu

wilayah Ngadiharjo bagian selatan yaitu Gedangsambu, Onggosoro, Giripurno,

Ngargoretno. Sementara tugas Tumenggung Reso Djoyo mengampu wilayah yang

sekarang menjadi pedukuhan Kamal yaitu, Ngaglik, Kalitengah, Mijil, Desa

Karanganyar, Desa Karangrejo, dan Desa Tanjungsari. Masa kepemimpinan

Tumenggung Reso Djoyo tahun 1755- 1792 ( meninggal ).

Pada tahun 1792-1833 dipimpin oleh Truno Dongso (pada kepimpinanya Ki Lurah

Truno Dongso lkut perangnya pangeran Diponegoro di wilayah Bukit Menoreh). Pada

tahun 1833 Ki Lurah Truno Dongso Meninggal dunia dan diteruskan Putranya yang

bernama Ki Lurah Truno Widjoyo masa Tahun 1833 - 1874. Pada masa Ki Lurah

Truno Widjoyo wilayah Ngadiharjo mengalami pemekaran menjadi beberapa desa

yang saat ini menjadi Desa Ngadiharjo, Desa Giripurno, Desa Giritengah, Desa

Karangrejo, Desa Karanganyar, Desa Tanjungsari, Desa Kembanglimus, Desa

Tegalarum, Desa Kebonsari, dan Ngargoretno. Adanya pemekaran desa Ngadiharjo di

kala itu terbagi menjadi 8 wilayah kedukuhan yaitu, Kamertan, Pakis Aji, Bara

Sidengen, Tandjoeng, Abean, Bleder, Tegalredja, dan Kalangan.

Setelah tahun 1930 dalam perkembangannya Desa Ngadiharjo kemudian

berkembang menjadi 12 dusun yaitu, Genjahan, Bleder, Tawangsari, Karangtengah

Utara, Karangtengah Selatan, Ngabean, Tanjung, Sidengen Utara, Sidengen Selatan, Saji, Kedok dan Karang Kalangan. Masa kepemimpinan Desa Ardiarja - Ngadiharjo dari masa ke masa, 1. Mulyo Diharjo 2. Ngabei Mertowijdoyo 3. Kyai Citro Soco 4. Rm. Singo Kromo 5. Truno Dongso 6. Truno Widjoyo 7. Joyo Merto 8. Joyo Handoko 9. Tirto Sentiko 10. Joyo Diwongso 11. Harjo Wikarto 12. Soetoro 13. Pramono 14. Sandiworo 15. Na' amin 16. Wahyu Sariyanto Sumber : 1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2. Arsip Desa

Batas wilayah desa

sunting

- Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Kebonsari

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Paripurno

- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Karanganyar

- Sebelah Timur, berbatasan dengan Karangrejo

Desa Ngadiharjo terdiri dari 12 Dusun, terbagi menjadi 12 RW (Rukun Warga) dan 45 RT (Rukun Tetangga).

Di desa wisata ini mempunyai 6 guesthouse Balkondes Ngadiharjo dan 35 homestay warga

Berikut adalah dusun yang berada di Ngadiharjo:

  • Kedok
  • Saji
  • Genjahan
  • Ngabean
  • Trukan
  • Garjo
  • Kalangan
  • Karang
  • Karangtengah
  • Mbleder
  • Sidengen
  • Tanjung
  • Tawangsari

Pemerintahan

sunting

Kelembagaan Pemerintah Desa Ngadiharjo:

  • Kepala Desa : Wahyu Sariyanto
  • Sekretaris Desa : Haidar Imama
  • Kaur Keuangan : Farid Widi Cahyono
  • Kasi Pemerintahan : Wenas Kuncoro Aji
  • Kasi Kesra : Misbachul Hakiem Ainun Najieb
  • Kaur Umum : M Bahrodin
  • Kasi Pelayanan : M Nurkhalim
  • Kadus Genjahan & Karang kalangan : Inggil Widoyo
  • Kadus Bleder & Tawangsari : Khakim
  • Kadus Karangtengah Utara : Paham
  • Kadus Karangtengah Selatan : Nak Adi
  • Kadus Ngabean & Tanjung : Sriwoto
  • Kadus Sidengen Utara : Palil
  • Kadus Sidengen Selatan : Habib S
  • Kadus Saji & Kedok : M Bulkin

Wisata

sunting

Berikut adalah wisata yang berada di Ngadiharjo:

  • Balai Gede ( Tempat P. Diponegoro menyusun strategi, bertemu tokoh agama dan masyarakat)
  • Petilasan Ki Udan Bareng
  • Petilasan Empu Supo
  • Watu Lumpang
  • Yoni Tegal
  • Sendang Kali Kulon
  • Sendang Saji
  • Cagar Budaya Ki Merto Senjoyo
  • Sendang Asmoro