Disinformasi Rusia
Disinformasi Rusia adalah teknik kampanye disinformasi di berbagai negara yang merujuk kepada cara disinformasi yang berkarakter propaganda ala Rusia[1][2][3][4] Sebagai contoh kampanye disinformasi yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin dilaporan terjadi di beberapa negara di Afrika[5][6] Rusia sendiri menolak dikaitkan dengan penggunaan disinformasi untuk mempengaruhi opini publik.[7]
Seringkali kampanye ala Rusia mengganggu politik dalam negeri di Eropa dan Amerika Serikat, dengan tujuan melemahkan dunia barat, dengan alasan memerangi pengaruh "imperialisme barat", dan mempengaruhi keseimbangan kekuatan dunia agar lebih mengarah kepada Rusia dan sekutunya. Menurut Voice of America, Rusia berusaha mendorong politik isolasionisme di Amerika, meningkatkan kekhawatiran mengenai perbatasan dengan negara lain, dan meningkatkan ketegangan rasial di Amerika Serikat melalui kampanye disinformasi[8][9][10]
Latar belakang
Saat Perang Dingin terjadi, Uni Soviet memang menggunakan disinformasi dan propaganda seagai "usaha proaktif... melawan populasi negara-negara barat.[11] Selama kepemimpinan Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet, "disinformasi" didiskusikan di media-media Rusia dan oleh polisi Rusia dalam hubungannya dengan disinformasi selama era Uni Soviet dan untuk membedakannya dengan propaganda pada masa Boris Yeltsin.[12]
Penting sekali untuk mengenalkan kekacauan geopolitis kepada aktivitas di Amerika Serikat, mendorong separatisme dan konflik antar etnis, kehidupan sosial dan rasisme, secara aktif mendukung gerakan pembangkangan - ekstremisme, rasisme, dan grup-grup sektarian, sehingag menciptakan ketidakstabilan dalam politik dalam negeri Amerika Serikat. Juga hal yang masuk akal untuk mendorong politik isolasionisme di Amerika Serikat agar berkembang.
Aleksandr Dugin, Foundations of Geopolitics (1997), translation by John B. Dunlop[13]
Setelah era Yeltsin, disinformasi Rusia dideskripsikan sebagai taktik kunci dalam doktrin militer di Rusia.[7] Penggunaan disinformasi Rusia meningkat sejak tahun 2000 di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, terutama setelah Perang Rusia-Georgia pada tahun 2008. Gaya disinformasi ini secara khusus disebut "firehose of falsehood" oleh pengamat mengingat banyaknya kanal dan dan keinginan untuk menyebarkan berita palsu sehingga terjadi inkonsistensi. Yang membedakan dengan taktik disinformasi pada masa Uni Soviet adalah penggunaan internet, jurnalisme amatir, dan media sosial.[14]
Pada Desember 2024, Uni Eropa mengajukan sanksi yang menargetkan belasan orang dan tiga entitas atas tuduhan operasi disinformasi Rusia dan aktivitas hibrid lainnya. Sanksi tambahan terhadap Belarusia juga diajukan, menargetkan individu yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia dan keuntungan yang didapat dari hubungan dengan pemerintah yang dipimpin Presiden Alexander Lukashenko.[15]
Membongkar disinformasi Rusia
Uni Eropa dan NATO membangun unit spesial untuk menganalisa dan membongkar disinormasi ini [7] NATO sendiri mendirikan fasilitas cukup baik di Latvia untuk meresponnya[3] Perjanjian antara kepala-kepala negara dan pemerintahan pada Bulan Maret 2015 memberi peluang kepada Uni Eropa untuk menciptakan Lembaga Aksi Eksternal Eropa, East Stratcom Task Force, yang membuat laporan mingguan di websitenya yang berjudul "EU vs Disinfo."[16] Website ini dan partner-partnernya mengidentifikasi dan membongkar lebih dari 3.500 kasus disinformasi pro Kremlin sejak September 2015 hingga November 2017[16]
Tahun 2016, pemerintah Amerika Serikat membangun Global Engagement Center sebagai agensi di dalam departemen luar negeri, untuk melawan propaganda asing.[17][18]
Saat menjelaskan laporan tahunan 2016 dari Swedish Security Service mengenai disinformasi, juru bicara Wilhelm Unge menyatakan: "Segalanya, mulai dari trol internet hingga propaganda dan misinformasi yang disebarkan perusahaan media seperti RT dan Sputnik."[7] RT and Sputnik dibuat dengan fokus audiens barat dan mengikuti standa pemberitaan ala barat.[19] Russia's television outlet RT (sebelumnya bernama Russia Today) dan agensi mediaSputnik adalah media yang disponsori oleh pemerintah Rusia. [7][4]
Riset telah mengetes berbagai metoda untuk membongkar efek disinformasi Rusia, terutama dalam konteks Perang Rusia Ukraina. Salah satu studi menganalisa bahwa teknik inokulasi bisa membuat seorang warga negara keturunan Rusia yang hidup di Barat melawan disinformasi Rusia.[20] Studi ini juga menemukan bahwa memiliki identitas ke-Russia-an dan terekspos kepada media Rusia, berkorelasi dengan meningkatnya kecurigaan akan kerentanan atas disinformasi, namun demikian inokulasi memperlihatkan kemampuan partisipan penelitian ini mengenali dan mempersepsikan disinformasi yang bersentuhan dengannya sebagai lebih tidak kredibel, memperberat persepsi tanggung jawab Rusia atas perang terjadi, dan memperkuat solidarita dengan Ukraina.
- ^ Stukal, Denis; Sanovich, Sergey; Bonneau, Richard; Tucker, Joshua A. (February 2022). "Why Botter: How Pro-Government Bots Fight Opposition in Russia" (PDF). American Political Science Review. Cambridge and New York: Cambridge University Press on behalf of the American Political Science Association. 116 (1): 843–857. doi:10.1017/S0003055421001507 . ISSN 1537-5943. LCCN 08009025. OCLC 805068983. Diakses tanggal 10 March 2022.
- ^ Sultan, Oz (Spring 2019). "Tackling Disinformation, Online Terrorism, and Cyber Risks into the 2020s". The Cyber Defense Review. West Point, New York: Army Cyber Institute. 4 (1): 43–60. ISSN 2474-2120. JSTOR 26623066 .
- ^ a b Anne Applebaum; Edward Lucas (6 May 2016), "The danger of Russian disinformation", The Washington Post, diakses tanggal 9 December 2016
- ^ a b "Russian state-sponsored media and disinformation on Twitter". ZOiS Spotlight. Diakses tanggal 16 September 2020.
- ^ "Russian Disinformation Is Taking Hold in Africa". CIGI. November 17, 2021. Diakses tanggal March 3, 2022.
Keefektican Kremlin dalam menyusupkan infrmasi keliru mengenai vaksin yang lebih dipilih merusak dan mendiskreditkan kekuatan negara barat dengan mendorong atau menggunakan sentimen anti barat di seluruh benua.
- ^ "Leaked documents reveal Russian effort to exert influence in Africa". The Guardian. June 11, 2019. Diakses tanggal March 3, 2022.
Misinya adalah meningkatkan pengaruh Rusia di benia ini dengan dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang berbasis di St Petersburg, yang merupakan sekutu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Tujuannya adalah merusak pengaruh Amerika Serikat dan penguasa lama kolonial seperti Inggris dan Perancis di daerah ini. Tujuan lainnya adalah mencegah kebangkitan kekuatan pro barat., menurut dokumen tersebut.
- ^ a b c d e MacFarquharaug, Neil (28 August 2016), "A Powerful Russian Weapon: The Spread of False Stories", The New York Times, hlm. A1, diakses tanggal 9 December 2016,
Moskow selalu membantah menggunakan disinformasi untuk mempengaruhi opini publik di dunia barat dan cenderung melabeli tuduhan Rusiafobia.'
- ^ "How Russia's disinformation campaign seeps into US views". Voice of America (dalam bahasa Inggris). 2024-04-11. Diakses tanggal 2024-05-13.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:0
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:2
- ^ McGeehan, Timothy P. (2018). "Countering Russian Disinformation". Parameters. 48 (1): 11. Diakses tanggal 25 February 2022.
- ^ Tolz, Vera; Hutchings, Stephen (8 October 2021). "Performing disinformation: a muddled history and its consequences". LSE blogs. Diakses tanggal 12 April 2022.
- ^ John Dunlop (January 2004). "Aleksandr Dugin's Foundations of Geopolitics" (PDF). Demokratizatsiya. 12 (1): 41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 7 June 2016.
Penting sekali untuk mengenalkan kekacauan geopolitis kepada aktivitas di Amerika Serikat, mendorong separatisme dan konflik antar etnis, kehidupan sosial dan rasisme, secara aktif mendukung gerakan pembangkangan - ekstremisme, rasisme, dan grup-grup sektarian, sehingag menciptakan ketidakstabilan dalam politik dalam negeri Amerika Serikat. Juga hal yang masuk akal untuk mendorong politik isolasionisme di Amerika Serikat agar berkembang.
- ^ Paul, Christopher; Matthews, Miriam (11 July 2016). "The Russian "Firehose of Falsehood" Propaganda Model". Perspective. RAND Corporation.
- ^ Nardelli, Alberto (13 December 2024). "EU Targets Russian Intelligence With First Disinformation Sanctions". BBC News. Diakses tanggal 15 December 2024.
- ^ a b "EU vs Disinfo". EU vs Disinfo. European External Action Service East Stratcom Task Force. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 December 2017. Diakses tanggal 3 December 2017.
- ^ "S.2943 - National Defense Authorization Act for Fiscal Year 2017", Congress.gov, Library of Congress, 23 December 2016, diakses tanggal December 29, 2016
- ^ "Global Engagement Center". United States Department of State. Diakses tanggal February 24, 2022.
- ^ Moore, Cerwyn (March 2019). "Russia and Disinformation". Centre for Research and Evidence on Security Threats.
- ^ Ziemer, Carolin-Theresa; Schmid, Philipp; Betsch, Cornelia; Rothmund, Tobias (2024-06-25). "Identity is key, but Inoculation helps – how to empower Germans of Russian descent against pro-Kremlin disinformation". Advances.in/Psychology (dalam bahasa Inggris). 2: e628359. doi:10.56296/aip00015. ISSN 2976-937X.