Ketertarikan akan kemuakan

Revisi sejak 18 Desember 2024 02.13 oleh 103.105.24.11 (bicara) (memperbaiki tugas wikilatih)

Ketertarikan akan kemuakan merupakan emosi kompleks yang melibatkan ketertarikan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan, menjijikkan, tidak disukai atau dibenci. Semua orang pernah mengalami atau merasakan ketertarikan, sehingga bagi siapa saja kata ketertarikan ini, bukanlah menjadi hal baru .Ketika seseorang tertarik pada sesuatu maka bukan sesuatu itu yang menarik, melainkan diri manusia itulah yang membuat ketertarikan pada objek tersebut. Menurut Rene Descartes,Selama saya berpikir atau sadar mengenai pikiran saya maka saya ada(cogito,ergosum).Eksistensi saya dibangun atas dasar kenyataan bahwa saya dapat berpikir dan bahwa saya bahkan sadar mengenai diri saya yang dapat dan sedang berpikir. Berbeda dengan istilah ketertarikan yang sudah umum, istilah kemuakan justru kurang umum didengar,jika merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia kata dasar kemuakan adalah muak yang berarti sudah jemu, merasa jijik sampai mau muntah, merasa bosan atau jijik mendengar atau melihat[1]. Kemuakan adalah emosi yang membuat seseorang menjauh dari hal -hal yang tidak menyenangkan. Fungsi inilah yang membuat kemuakan atau rasa jijik dikenal sebagai emosi penjaga gerbang.[2]

Teori Awal

Ketertarikan akan Kemuakan merupakan suatu hal yang bertentangan dengan sifat manusia,namun hal ini terlihat lumrah dan terjadi di mana saja.Imu pengetahuan memiliki jawaban mengapa manusia bisa tertarik pada hal yang tidak disukai mereka. Ilmuwan percaya bahwa rasa muak atau jijik pertamakali berhubungan dengan makanan. Menurut Charles Darwin, betapa mudahnya perasaan ini muncul karena sesuatu yang tidak biasa dalam penampilan,bau,atau sifat makanan kita.Teori ini menjelaskan bahwa rasa yang kecil berlahan berkembang menjadi sinyal kewasapadaan untuk perlindungan diri dari segala macam hal yang dapat membuat manusia bersentuhan dengan patogen berbahaya.

Psikologi

Menurut Nina Strohminger, fitur menyenangkan dari rasa halus mungkin merupakan contoh dari apa yang disebut masokisme jinak.Nina menjelaskan bahwa:

mungkin saja setiap perasaan negatif berpotensi menjadi sesuatu yang menyenangkan ketika perasaan tersebut dibiarkan dari keyakinan bahwa apa yang terjadi sebenarnya buruk, dan meninggalkan gairah fisiologis yang dengan sendirinya menggembirakan atau menarik [3].

Masokisme jinak merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pencarian kenikmatan dari pengalaman yang umumnya tidak menyenangkan yang secara fisik ditafsirkan sebagai sesuatu yang menjijikkan (Rozin et al.,2013.

Siapa saja bisa menikmati semua hal yang ingin dia nikmati,namun sebagian orang menemukan kenikmatannya dari memaksakan tindakan merugikan pada dirinya sendiri meskipun itu sangat menyakitkan atau menjijikkan.Tindakan ini merupakan pembalikan hedonis, yakni mengubah ketidaksenangan menjadi kesenangan dan hal inilah yang menjadi inti dari masokisme jinak.[4] Menurut Paul Rozin,kesadaran bahwa tubuh telah ditipu,dan bahwa tidak ada bahaya nyata,mengarah pada kesenangan yang berasal dari pikiran atas tubuh.[5]

Reaksi dan kritik

Meskipun ilmu pengetahuan menganggap bahwa rasa muak atau jijik mungkin bisa berevolusi menjadi tameng bagi pertahanan diri dari segala perbuatan atau sikap tercela yang berpotensi membahayakan diri, misalnya perkawinan sedarah dan kanibalisme namun di sisi lain pandangan ini ditentang. Marta NussbaumIa menjelaskan bahwa:

Rasa Jijik dan malu pada dasarnya bersifat hierarkis;keduanya membentuk tingkatan dan tatanan manusia. Keduanya juga secara inheren terkait dengan pembatasan kebebasan dalam bidang perilaku yang tidak merugikan.Atas kedua alasan ini saya yakin,siapa pun yang menghargai nilai -nilai demokrasi utama berupa kesetaraan dan kebebasan harus sangat curiga terhadap seruan emosi tersebut dalam konteks hukum dan Kebijakan publik[6]

Manurut Stephen Jay Gould,prasangka kita seringkali mengalahkan keterbatasan informasi yang kita miliki. Prasangka begitu berharga, begitu refleksif, begitu menjadi bagian dari sifat dasar kita, sehingga kita tidak pernah berhenti untuk mengakui status prasangka tersebut sebagai keputusan sosial dengan alternatif yang radikal dan sebaliknya kita memandangnya sebagai kebenaran yang sudah pasti dan jelas. [7]

Referensi

  1. ^ https://kbbi.web.id/muak.html
  2. ^ https://theconversation.com/why-are-so-many-people-delighted-by-disgusting-things-191053
  3. ^ Affective preferencss in beningn msochism-ScienceDirect.https://wwww.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S00926623000910
  4. ^ Affective preferences in beningn masochism-ScienceDirect. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0092656623000910
  5. ^ Beningn Masochism:Why We Love Sad Movies, Roller Coasters, and Painful Massages https://www.theswaddle.com/beningn-masochism-wy-love-sad-movies-rollercoasters-and-painful-massages
  6. ^ Discussing Disgust"Reason.com.2004-07-15.Archived from the original on February 18,2008.Retrieved February 22,2008
  7. ^ Gould,Stephen Jay (1997).FullHouse : The Spread of Excellene From Plato to Darwin. Harmony. ISBN 0-517-70849-3