Theranos, Inc. adalah perusahaan swasta di bidang kesehatan yang mengklaim melakukan gebrakan dalam pemeriksaan darah. Perusahaan ini didirikan oleh Elizabeth Holmes pada tahun 2003 di usia 19 tahun, dan berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar US$700 juta dari kapitalis ventura dan investor privat, dan memiliki valuasi 9 miliar pada periode 2013-2014. Modusnya adalah dengan menjanjikan bisa melakukan pengetesan dengan hasil sangat akurat hanya dengan beberapa tetes darah dan bisa dilakukan dalam waktu sekejap dengan menggunakan mesin yang cukup kecil dan ringkas. Pada akhirnya diketahui bahwa semua klaim ini palsu dan merupakan bentuk penipuan publik dan disinformasi.[1][2][3]

Latar belakang

Mengaku takut dengan jarum suntik, Elizabeth Holmes berpikir bahwa seharusnya pengecekan kesehatan bisa dilakukan dengan menusukkan jari dengan jarum kecil dan mengambil beberapa tetes darah saja, seperti yang dilakukan oleh penderita diabetes. Lebih lanjut saat masih kuliah di Universitas Stanford, dia mengajukan ide sebuah patch kecil yang bisa menyesuaikan dosis obat yang dibutuhkan dan memonitor beberapa ukuran tertentu di dalam darah.[4] Dia mewujudkan ide ini dengan mengembangkan teknologi lab-on-a-chip, yang memungkinkan proses pemeriksaan darah jadi lebih singkat, nyaman, murah, serta hasilnya tetap akurat.[5] Dengan modal ide inovasi ini, Holmes memutuskan drop out dari kuliahnya dan memulai usaha dengan memanfaatkan dana pendidikan yang sudah dikumpulkan orangtuanya sebagai modal awal pendirian perusahaan bernama Theranos, yang merupakan singkatan dari kata "therapy" dan "diagnosis".[6]

Pembangunan citra diri

Karena Theranos dibangun atas dasar kepercayaan kepada pendiri sekaligus pemimpinnya, Elizabeth Holmes membangun citra diri yang kuat sebagai pengusaha muda di bidang inovasi teknologi. Dia mencitrakan dirinya seperti pengusaha yang dia kagumi, Steve Jobs, dengan selalu menggunakan kaos turtle neck, seperti juga yang dilakukan Steve Jobs. Dia juga mengubah suaranya menjadi lebih rendah agar terdengar karismatik dan bisa dipercaya. Tidak kurang, dia sengaja merekrut desainer produk Apple, Ana Arriol untuk mendesain mesin pemeriksa tetesan darah yang mereka buat, Edison.[7]

Holmes juga memanfaatkan hubungannya dengan dosennya dulu saat di laboratorium Universitas Stanford, Profesor Channing Robertson, yang diangkat menjadi anggota dewan direksi sekaligus mentor. Dengan posisi ini, Robetson cukup keras membela Holmes saat menerima banyak kritik tajam atas keefektivan sistem yang sedang dibangun. Holmes juga menemui dan mengangkat George Shultz, Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, sebagai anggota dewan direksi.[8] Figur lain yang juga direkrut adalah Henry Kissinger, Mantan Menteri Luar Negeri dan Penerima Nobel Perdamaian[9], William Perry, Mantan Menteri Pertahanan, Jim Mattis, Jenderal dan di masa depan (2017) akan menjadi Menteri Pertahanan, serta Richard Kovacevich, Mantan CEO Wells Fargo. [10]

Upayanya berhasil, Theranos mendapat investasi dari nama-nama terkenal dalam dunia bisnis, seperti Walmart’s founding Walton family memberikan $150 juta, Rupert Murdoch menanamkan $120 juta, hingga Mantan Menteri Pendidian, Betsy DeVos yang berinvestasi $100 juta.[8]

Terbongkarnya kejanggalan

Pada tahun 2009, Ramesh “Sunny” Balwani bergabung dengan Theranos, dengan tanggung jawab menjalankan operasional harian perusahaan, sekalipun dia sama sekali tidak memiliki latar belakang biomedis dan startup teknologi. Dengan sikapnya yang emosional dan ketidakkompetenannya dalam dunia laboratorium, membuat karyawan tidak nyaman dan dia mendapat julukan enforcer. Holmes sendiri menyembunyikan hubungan asmaranya dengan Balwani.[8]

Mesin Edison yang telah dijanjikan tidak juga kunjung memberi performa hasil pengecekan yang bisa dipercaya. Hanya untuk pemeriksaan herpes, US Food and Drug Administration (FDA) memberikan penilaian yang memuaskan pada Bulan Juli. Sisanya berusaha diakali dengan membeli mesin dari pihak lain, Siemens. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan investor, pasien, dan partner bisnis.[8]

Berbagai catatan kejanggalan yang diberikan oleh karyawan diabaikan, dan yang terlalu vokal ditekan atau bahkan dipecat. Holmes sendiri memperlihatkan karakter pembohong, bahkan untuk detail-detail kecil yang sebenarnya tidak perlu berbohong, misalnya saja saat memberitahu bahwa dia sedang berada di luar kantor, saat kenyataannya dia sedang duduk di meja kerjanya.[8]

Peniup peluit

Beberapa karyawan yang awalnya mengagumi visi Elizabeth Holmes, seperti Tyler Shultz dan Erika Cheung menemukan banyak kejanggalan dari cara kerja Theranos. Hal ini termasuk manipulasi data hasil tes, dilarangnya inpektur memeriksa langsung mesin Edison, dan penggunaan mesin pihak ketiga untuk menggantikan Edison. Keduanya mendapat tekanan, bahkan diintimidasi setelah mengundurkan diri dari perusahaan. Tyler Shultz, yang merupakan cucu dari George Shultz, yang duduk di dewan direksi, bahkan tidak dipercaya saat membongkar informasi kejanggalan tersebut kepada kakeknya dalam pertemuan keluarga. Saat wartawan Wall Street Journal, John Carreyrou, berusaha mengorek informasi dari Erika Cheung, pengacara perusahaan langsung mengintimidasi Cheung dengan ancaman tuntutan hukum. Shultz juga diminta menandatangani perjanjian kerahasiaan perusahaan saat bertamu ke rumah kakeknya. [8]

Cheung pada tahun 2015 akhirnya memutuskan menyurati Centers for Medicare & Medicaid Services (CMS), badan regulator yang berwenang dalam masalah ini, membongkar berbagai kejanggalan dalam operasi Theranos. Badan ini kemudian melakukan investigasi dan menemukan banyak sekali pelanggaran. Tyler Shultz, mengambil langkah berbeda, dengan memberikan informasi kepada John Carreyrou, yang kemudian diterbitkan dalam berita di Wall Street Journal pada Bulan Oktober 2015.[8]

Dampak

Dengan terbongkarnya skandal Theranos, Walmart langsung memutus kerjasama Pada Bulan Januari 2016, CMS mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tes yang disediakan Theranos membahayakan kesehatan pasien, termasuk dengan fakta penggunaan pengencer darah yang membuat hasil tes menjadi tidak bisa dipercaya. Financial Industry Regulatory Authority (SEC) yang berwenang memeriksa bisnis dan keuangan perusahaan memulai investigasi. Balwani kemudian meninggalkan perusahaan.[8]

Walgreen kemudian memutuskan menuntut Theranos dan diakhiri dengan perjanjian penyelesaian pada tahun 2017. SEC mengumumkan tuntutan pada awal tahun 2018 terhadap Holmes dan Balwani. Holmes diwajibkan mundur dari posisi CEO dan dilarang menangani perusahaan terbuka setidaknya selama 10 tahun ke depan. Bulan Juni 2018, tuntutan hukum dari negara resmi dilakukan dan Theranos menutup operasinya.[8]

Proses pengadilan

Pengadilan resmi dimulai di California pada tanggal 31 Agustus 2021. Holmes yang sudah berpisah dengan Balwani kemudian menjalin hubungan dengan William “Billy” Evans. Mereka memiliki dua anak. Jaksa menetapkan bahwa Holmes dengan sengaja mengelabui pasien dan investor melalui berbagai aksinya di Theranos. Berbeda dengan klaim pengetesan 200 sampel, Edison pada kenyataannya hanya berhasil melakukan sedikit tes dan tidak sanggup memberi hasil yang akurat. Holmes juga dianggap berbohong mengenai angka keuntungan perusahaan. Balwani sendiri dituntut dengan beberapa tuduhan penipuan, termasuk upaya mengelabui investor. Pada tanggal 7 Desember 2022, dia dijatuhi hukuman 12 tahun 11 bulan penjara, dan tiga tahun percobaan. Hukumannya dimulai pada tanggal 13 Maret 2023.[8]

Adam Rosendorff, Direktur Laboratorium sebelum Balwani, memberi kesaksian bahwa sejak awal Edison memang tidak akurat dan telah berusaha memberi tahu Holmes, namun diabaikan. Dia kemudian mundur pada tahun 2014 dan diganti dengan Balwani yang tidak memiliki pengetauan dan pengalaman sama sekali.[8]

Salah satu fakta cukup mengejutkan dari persidangan adalah dua tes yang memperlihatkan ketidakakuratan Edison. Fakta pertama adalah salah seorang perempuan yang dinyatakan positif HIV, namun pada kenyataannya saat diperiksa darahnya lebih lanjut menunjukkan hasil tes negatif. Fakta kedua adalah perempuan yang dinyatakan keguguran, namun pada kenyataannya berhasil melahirkan bayi yang sehat. Bukti email perusahaan menunjukkan bahwa manajemen meminta kegagalan tes tersebut ditutup rapat.[8]

Fakta lainnya adalah salah satu email Holmes yang dengan tidak sah menyisipkan logo dari perusahaan ternama, seperti GlaxoSmithKline, Pfizer, dan Schering-Plough, untuk membangun kesan dukungan dan membuat Theranos terlihat bisa dipercaya. Salah satu karyawan Pfizer mengetahui kejadian ini dan memperingatkan Pfizer untuk tidak mau berkolaborasi dengan Theranos, namun Holmes tetap melakukan klaim seperti ini dengan menggunakan kop surat tersebut untuk berhubungan dengan investor dan partner bisnis.[8]

  1. ^ Bilton, Nick (September 6, 2016). "Exclusive: How Elizabeth Holmes's House of Cards Came Tumbling Down". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 3, 2017. Diakses tanggal June 19, 2019. 
  2. ^ Carreyrou, John (2018). Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup. Knopf Doubleday Publishing Group. ISBN 978-1-5247-3166-3. 
  3. ^ Levine, Matt (March 14, 2018). "The Blood Unicorn Theranos Was Just a Fairy Tale". Bloomberg View. Diakses tanggal June 19, 2019. 
  4. ^ Weisul, Kimberly (September 16, 2015). "How Playing the Long Game Made Elizabeth Holmes a Billionaire". Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 14, 2019. Diakses tanggal June 19, 2019. 
  5. ^ Leuty, Ron (August 30, 2013). "Theranos: The biggest biotech you've never heard of". San Francisco Business Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 8, 2021. Diakses tanggal June 19, 2019. 
  6. ^ Rago, Joseph (September 8, 2013). "Elizabeth Holmes: The Breakthrough of Instant Diagnosis". The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 18, 2017. Diakses tanggal June 19, 2019. 
  7. ^ Dropout: Is Anа Arriolа a Real Person and What Happened to Her? dari situs newsweek
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m Elizabeth Holmes and the Theranos Case: History of a Fraud Scandal dari situs integrityline.com
  9. ^ Attorney of Henry Kissinger Put 6 Million in Theranos Due to Holmes. dari situs CNBC
  10. ^ Elizabeth Holmes Trial: Theranos. dari situs wsj.com