Pseudo mitologi

Revisi sejak 19 Desember 2024 08.01 oleh Hariadhi (bicara | kontrib) (Sumber)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pseudo mitologi, atau dalam Bahasa Rusia, кабинетная мифология, atau kabinetnaya mifologiya, "mitologi kantor", secara harfiah disebut juga "mitologi kabinet", adalah mitologi yang tidak memiliki dasar historis atau arkeologis yang kuat, sering kali muncul dari interpretasi yang salah, penafsiran yang tidak akurat, atau bahkan rekayasa modern. Dalam beberapa kasus, pseudo mitologi dapat mencakup dewa-dewa atau entitas yang tidak diakui dalam mitologi tradisional suatu budaya, yang diciptakan melalui kesalahpahaman atau penafsiran yang tidak tepat terhadap sumber-sumber kuno.

Filsuf Vincent Descombes berpendapat bahwa "mitos adalah apa yang diceritakan sebagai mitos dan apa yang ditransmisikan sebagai mitos". Oleh karena itu, menurut pendapatnya, istilah yang tepat adalah "mitologi miskin" atau "mitologi hambar", daripada "pseudo-mitologi".[1]

Penyebab

sunting

Mitologi ini bisa jadi dibuat sendiri oleh para peneliti yang secara longgar menginterpretasikan sumber-sumber yang langka.[2][3] Pseudo mitologi tidak boleh secara serampangan disamakan dengan istilah "mitologi palsu" dalam arti merendahkan "kepercayaan palsu" atau "cerita palsu/rekayasa". Istilah ini juga tidak berlaku untuk elemen mitologi dalam karya sastra yang diciptakan untuk alasan artistik.

Dalam Budaya Slavia dan Baltik

sunting

Terdapat kekurangan sumber yang dapat dipercaya untuk mitologi dalam kepercayaan atau agama di Slavia atau Baltik.[4] Sejumlah besar dewa Slavia yang diragukan telah dijelaskan sejak abad ke-16 hingga saat ini. Para kronikus Polandia pada abad ke-16 dan ke-17 juga menciptakan banyak pseudo-dewa berdasarkan model dari zaman kuno.[4]

Contoh di Belarusia

sunting

Sebagian besar dewa dan roh yang tidak ada sebenarnya diciptakan oleh Pavel Shpilevsky [ru] (juga dikenal dengan nama P. Drevlyansky) dalam tulisannya tentang mitologi Belarus; khususnya, dalam karyanya Belarusian Folk Legends [ru] (bagian pertama: 1846, bagian kedua dan ketiga: 1852), di mana dia menggambarkan 52 karakter mitologis Belarus yang hanya sekadar diduga ada, dan sebagian besar dipertanyakan oleh ilmu pengetahuan modern. Meskipun tulisan-tulisannya banyak dikritik oleh para sezamannya (misalnya, oleh Alexander Potebnja), karya-karya tersebut terlanjur dianggap sebagai referensi yang dapat dipercaya oleh beberapa generasi peneliti. Meskipun Shpilevsky mengumpulkan cerita rakyat Belarus, dia dengan bebas menambahkan interpretasinya sendiri tanpa membedakan antara cerita rakyat yang otentik.[5][6][7][8]

Contoh di Lithuania

sunting

Jan Łasicki dalam karyanya, Concerning the gods of Samagitians, and other Sarmatians and false Christians (De diis Samagitarum caeterorumque Sarmatarum et falsorum Christianorum,[9] ditulis ca 1582 dan diterbitkan pada 1615) memuat daftar 78 dewa dan roh. Namun, dia sebenarnya sudah dikritik pada abad ke-19, misalnya oleh Antoni Julian Mierzyński, yang juga mempertanyakan keaslian mitologi Teodor Narbutt, yang populer selama kebangkitan nasional Lithuania.[10] Hanya beberapa dewa dari Łasicki yang sekarang dianggap asli.

Contoh di Latvia

sunting

Setelah penghapusan perbudakan di Latvia, identitas nasional baru mulai terbentuk dan para penulis berusaha membuktikan bahwa tradisi budaya Baltik memiliki kedalaman yang sama dengan bangsa lain.[11] Hal ini dilakukan tujuan ditemukan sebuah epik besar dapat dibangun menggunakan potongan-potongan yang dipertahankan dalam cerita rakyat. Juga diyakini bahwa agama kuno, yang terlupakan selama 700 tahun penindasan, dapat dibangun kembali. Namun, sumber-sumber cerita rakyat terbukti tidak cukup untuk tujuan besar tersebut.[12] Beberapa berusaha untuk merekonstruksi panteon agar setara dengan mitologi Yunani, yang menyebabkan beberapa dewa hanya diciptakan dengan mengarang beba.[11] Selain anggapan bahwa dewa-dewa bangsa Baltik lainnya seharusnya juga berasal dari Latvia namun hilang seiring waktu, banyak dewa baru yang dimodelkan setelah dewa-dewa Yunani dan Romawi.[12] Contoh tren ini adalah puisi epik Lāčplēsis oleh Andrejs Pumpurs, yang menampilkan panteon dewa-dewa Latvia dan Prusia serta beberapa dewa yang diciptakan oleh penulis itu sendiri. Begitu pula karya-karya Juris Alunāns dan penyair Miķelis Krogzemis yang menampilkan panteon dewa-dewa yang diciptakan.

Contoh di Estonia

sunting

Aivar Põldvee menulis bahwa panteon Estonia mulai terbentuk pada abad ke-19 selama periode kebangkitan nasional. Sumber-sumber yang lebih lama mengenai dewa-dewa kuno Estonia sangat terbatas dan ambigu, sementara penelitian abad ke-19 cenderung tidak kritis. Meskipun demikian, tulisan-tulisan abad ke-19 membentuk interpretasi modern dari mitologi Estonia. Oleh karena itu, Põldvee menulis bahwa istilah "pseudo-mythology" dapat diterapkan di sini.[13] Secara khusus, dapat dilacak bagaimana dewa Estonia, Vanemuine, direkonstruksi oleh intelektual Estonia dari Väinämöinen versi Finlandia, yang keasliannya (setidaknya keseluruhan mitologi sekitarnya) juga dipertanyakan.[14]

Dampak negatif

sunting

Beberapa klaim pseudo mitologi dan pseudo arkeologi bisa saja digunakan untuk membenarkan pandangan rasis atau xenofobik, dengan mengklaim bahwa kelompok tertentu memiliki asal-usul atau warisan yang lebih superior. Hal ini dapat memperburuk ketegangan sosial dan diskriminasi antar kelompok.[15] Selain itu secara umum, pengetahuan dan informasi palsu yang tersebar luas, bisa membuat masyarakat mulai meragukan keakuratan sumber sejarah yang sahih, yang dapat mengurangi penghargaan terhadap penelitian ilmiah dan metode kritis dalam memahami sejarah.[16]

Dampak positif

sunting

Sekalipun pemalsuan mitologi dan arkeologi sangat tidak dianjurkan dalam sudut pandang keilmuwan, namun pada kenyataannya aktivitas ini mungkin saja dilakukan karena dirasa membawa keuntungan. Pseudo mitologi dapat mendorong individu untuk berpikir kreatif dan imajinatif, mengembangkan cerita dan narasi yang menarik. Hal ini dapat berkontribusi pada perkembangan seni, sastra, dan budaya populer. Pseudo mitologi juga bisa saja memicu rasa ingin tahu dan minat masyarakat terhadap sejarah dan budaya tertentu. Ini dapat mendorong individu untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mencari sumber informasi yang lebih terpercaya. Bahkan di titik tertentu, kreasi baru bisa saja menimbulkan ketertarikan pendengar dan membuka perspektif baru dalam mengamati budaya atau karya seni.

Referensi

sunting
  1. ^ Vincent Descombes, A foreword to the translation of Jacques Bouveresse's Wittgenstein Reads Freud, 1995, ISBN 1400821592, p vii
  2. ^ Топорков А. Л. Кабинетная мифология // Славянская мифология: Энциклопедический словарь. Изд. 2-е, испр. и доп. М., 2002.
  3. ^ H. J. Rose, "Italian Pseudo-mythology", Dalam: A Handbook of Greek Mythology, Routledge. *Kutipan: "Para ahli mitologi <...> harus merasakan kebencian dari sejarawan ketika dia menyadari bahwa sebagian besar mitos tersebut sama sekali bukan tradisi asli rakyat yang sah, melainkan cerita buatan yang relatif terlambat, yang disusun baik oleh orang Yunani atau di bawah pengaruh Yunani"
  4. ^ a b Norbert Reiter, "Mythologie der alten Slaven", Dalam: Die Mythologie der alten Kulturvölker. Band 2: Das alte Europa, Klett-Cotta, Stuttgart 1973, ISBN 3-12-909820-8, hlm. 163–208.
  5. ^ Viktor Korbut, "Вечнае змаганне за містыфікацыі" ("Pertempuran Abadi untuk Mitos"), Arche, edisi 1 (30), 2004, hlm.188-191
  6. ^ А. Богдан, А. Бразгуноў, С. Гаранін, Л. Гедзімін, Л. Ляўшун, В. Чамярыцкі (editor), Editor ilmiah: В. Чамярыцкі.Анталогія даўняй беларускай літаратуры: XI — першая палова XVIII ст., Minsk, Беларуская навука (Ilmu Belarus), 2003.
  7. ^ Топорков А. О «Белорусских народных преданиях» и их авторе. Dalam: Рукописи, которых не было. Подделки в области славянского фольклора, Moscow, Ладомир, 2002.
  8. ^ Левкиевская Е. Е. Механизмы создания мифологических фантомов в «Белорусских народных преданиях» П. Древлянского Dalam: Рукописи, которых не было. Подделки в области славянского фольклора, Moscow, Ладомир, 2002.
  9. ^ De diis Samagitarum... di arsip internet
  10. ^ Antoni Julian Mierzyński [pl], 'Jan Łasicki : źródło do mytologii litewskiej, Krakow, 1870 (ulasan buku, dalam Bahasa Polandia)
  11. ^ a b Muktupāvels, Valdis (2005). "Baltic religion: New religious movements". Dalam Jones, Lindsay. Encyclopedia of Religion. 2 (edisi ke-2nd). Thomson Gale. hlm. 762–767. 
  12. ^ a b Kursīte, Janīna (2005). "Baltic Religion: History of study". Dalam Jones, Lindsay. Encyclopedia of Religion. 2 (edisi ke-2nd). Thomson Gale. hlm. 767–771. 
  13. ^ Aivar Põldvee [et],"Agricola’s List (1551) and the Formation of the Estonian Pantheon", Dalam: Re-Forming Texts, Music, and Church Art in the Early Modern North, hlm.449-474, DOI:10.2307/j.ctt1gsmw8v.20. *Kutipan: "Sangat tepat untuk menggunakan istilah pseudo-mythology di sini, karena informasi yang lebih lama tentang dewa-dewa dan kepercayaan kuno bangsa Estonia sangat terbatas dan ambigu, sementara catatan abad ke-19 dalam banyak kasus tidak kritis dan juga terlalu terlambat. Sebagian besar materi yang mewakili mitologi Estonia sebaiknya digambarkan dengan istilah fakelore"
  14. ^ Aivar Põldvee, "The Birth of Vanemuine. Additions to the History of Estonian Pseudo-Mythology" (abstrak)
  15. ^ Majalah Artefak. dari situs ugm.ac.id
  16. ^ Thung Ju Lan. Sains dan Kultur: Memahami Pseudosains di Indonesia. dari situs BRIN