Ketakutan Merah Kedua

Ketakutan merah kedua, atau dalam Bahasa Inggrisnya, Second Red Scare adalah ketakutan yang sebenarnya tidak beralasan, akan masuknya pengaruh komunisme ke Amerika Serikat pasca Perang Dunia II. Walau sering disamakan dengan McCarthyisme, sebenarnya Ketakutan Merah Kedua lebih meluas dan mengarah kepada tindakan antisipiasi menularnya komunisme sebagai sebuah ideologi. Ketakutan ini dianut oleh banyak organisasi dam lembaga di Amerika Serikat.

Ini berbeda dengan McCarthyisme yang lebih mengarah kepada represi terhadap individu yang dianggap terlibat dalam penyebaran paham komunisme dan pada ujungnya menjadi tunggangan dan agenda pribadi dari Senator Joseph McCarthy untuk meraih simpati dan popularitas. McCartyisme sendiri adalah bagian kecil dari fenomena Ketakutan Merah Kedua.

Latar belakang

Setelah Ketakutan Merah Pertama mereda menjelang Perang Dunia II, Amerika Serikat jadi bahu-membahu dengan Uni Soviet untuk mengalahkan negara poros, yaitu Jepang, Jerman, dan Italia. Begitu keduanya keluar sebagai pemenang dan kemudian mendominasi dunia sebagai negara adikuasa, maka persaingan kapitalisme dengan komunisme kembali terjadi. Baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat sama-sama membenci dan ketakutan dengan pengaruh ideologinya satu sama lain, yang akhirnya melahirkan era Perang Dingin.

Pada dasarnya, kebencian atas komunisme, memang menguntungkan bagi beberapa politikus Amerika Serikat. Hal ini misalnya terjadi dengan Senator Joseph McCathy, yang awalnya memiliki angka keterpilihan kembali yang buruk. Dia mampu memanfaatkan kebencian terhadap komunisme untuk membuat dirinya terpilih kembali.[1] Pengaruh para politisi inilah yang akhirnya menekan banyak lembaga dan insitusi di Amerika Serikat untuk mengadopsi pandangan anti komunisme dan berujung kepada Ketakutan Merah Kedua.

Revolusi China

Kaum Nasionalis yang dipimpin Sun Yat Sen dan Chiang Kai-shek lebih akrab dengan Amerika Serikat, dibanding Kaum Komunis yang digerakkan Partai Komunis China. Begitu Kaum Nasionalis terdesak ke Taiwan setelah kalah dalam Perang Saudara China, maka kebencian terhadap komunisme semakin menggelora di publik Amerika Serikat, dan ikut mempengaruhi cara kerja berbagai lembaga dan institusi. Walau tidak langsung menyerang Amerika Serikat, namun kemenangan kaum komunis di Chinam dan kemudian disusul kekalahan Amerika Serikat di Korea, menimbulkan ketakutan merebaknya pengaruh komunisme di Asia Timur dan Asia Tenggara. Amerika Serikat sendiri akhirnya menangguhkan hubungan diplomatik dengan China selama beberapa periode.[2]

Kekalahan di Korea

Kekalahan di Korea semakin mempermalukan posisi Amerika Serikat dan menimbulkan kekhawatiran meluasnya pengaruh komunisme, yang semakin mendekat dengan posisi Amerika Serikat di bagian Samudera Pasifik. Korea sendiri merupakan tetangga Jepang, yang menjadi sekutu dekatnya setelah Perang Dunia II usai. Memang Amerika Serikat tidak sepenuhnya kalah di Korea, namun pengorbanan yang didapat terlalu besar dan Korea Utara tetap berhasil berdiri dan menjadi Akrab dengan Uni Soviet. Hal ini sedikit banyak menimbulkan kecaman publik dalam penanganan isu internasional oleh para politisi Amerika Serikat. Hal ini juga menjadi penyebab menguatnya sentimen anti komunisme.[3]

Tertangkapnya mata-mata Uni Soviet

Momen tertangkapnya mata-mata Uni Soviet, salah satunya pasangan Julius dan Ethel Rosenberg, semakin memicu kebencian dan kekhawatiran terhadap komunisme di kalangan publik Amerika Serikat. Rahasia penting, seperti senjata nuklir, radar, sonar, dan jet yang selama ini sudah susah-payah dikembangkan dan dibiayai dengan pajak rakyat, menjadi dengan relatif mudah didapat oleh Uni Soviet. Sekalipun kini mulai ada pemikiran bahwa Ethel Rosenberg tidak sepenuhnya bersalah dan hukuman mati yang diberikan kepada pasangan ini dianggap terlalu kejam, kebencian terhadap komunisme dan Uni Soviet sudah terlanjur merebak.[4]

Perwujudan

Pengaruh ketakutan dan kebencian terhadap komunisme kemudian mempengaruhi berbagai keputusan dan tindakan berbagai lembaga dan institusi di Amerika Serikat. Di luar investigasi individu di DPR yang didorong oleh Joseph McCarthy, Presiden Harry S. Truman sendiri meminta berbagai lembaga untuk memeriksa keterkaitan seluruh abdi negara dengan keanggotaan Partai Komunis dan kemungkinan mereka menganut dan menyebarkan paham komunisme, yang diwujudkan dalam Federal Employee Loyalty Program (FELP). Awalnya Truman yang berasal dari Partai Demokrat keberatan dengan desakan merepresi penganut komunisme, karena hal tersebut bisa merusak kebebasan. Namun karena pengaruh Partai Republik yang makin menguat dalam pemilihan legislatif, dia terpaksa mengabulkannya.[5]

Referensi

  1. ^ The Post War Red Scare dari situs billofrightsinstitute.org
  2. ^ Revolusi Komunis China: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya. dari situs kompas
  3. ^ McCarthyism, Korea and the Cold War dari situs wisconsinhistory.org
  4. ^ Ethel Rosenberg and the “Red Scare” dari situs nationalprintmuseum.ie
  5. ^ Truman's Loyalty Program. dari situs trumanlibrary