Propaganda kekejaman

Propaganda kekejaman (Bahasa Inggris: atrocity propaganda) adalah sebuah proses penyebaran informasi tentang kejahatan yang dilakukan oleh musuh, mungkin bersifat faktual namun sering kali menampilkan informasi yang sengaja direkayasa atau melebih-lebihkan informasi yang ada, propaganda kekejaman biasaya sering digunakan dalam situasi perang, dan hal ini biasanya digunakan untuk membangun opini publik, hal ini biasanya dilakukan secara sistematis dan terencana yang dilakukan secara berulang dimana tujuannya adalah untuk memengaruhi dan mengubah pandangan, pendapat dan tingkah laku sipenerima informasi.[1]

Sifat perang yang penuh kekerasan berarti bahwa kekejaman yang dibesar-besarkan dan diciptakan sering kali menjadi pokok utama dalam sebuah propaganda.[2] Patriotisme kadang tidak cukup untuk membuat orang membenci musuh, dan propaganda juga diperlukan. Kesaksian manusia mungkin tidak dapat diandalkan bahkan dalam keadaan biasa, namun di masa perang, kesaksian tersebut dapat semakin dikacaukan oleh bias, sentimen, dan patriotisme yang salah arah.[3]

Seperti halnya propaganda, rumor kekejaman yang merinci kejahatan yang dibesar-besarkan atau dibuat-buat yang dilakukan oleh musuh juga disebarkan untuk menjelek-jelekkan pihak lawan. Penerapan propaganda kekejaman tidak terbatas pada saat konflik tetapi dapat diterapkan untuk mempengaruhi opini publik dan menciptakan casus belli untuk menyatakan perang.[4]

Teknik Propaganda Kekejaman

Propaganda kekejaman berfungsi sebagai fungsi intelijen, karena hal ini membuang-buang waktu dan sumber daya badan kontra-intelijen musuh untuk mempertahankan diri. Tujuan para propagandis adalah untuk mempengaruhi persepsi, sikap, opini, dan kebijakan; sering kali menargetkan pejabat di semua tingkat pemerintahan. Propaganda kekejaman bersifat kekerasan, suram, dan menggambarkan malapetaka yang dapat membuat masyarakat gusar dan bersemangat. Ini merendahkan martabat musuh, membuat mereka lebih mudah dibunuh.

Peperangan menjadi lebih serius dan tidak lagi bersifat sopan; musuh sekarang harus diperhitungkan bukan hanya sebagai manusia, tetapi sebagai seorang fanatik.[8] Jadi, "kepalsuan adalah senjata yang dikenal dan sangat berguna dalam peperangan, dan setiap negara menggunakannya dengan sengaja untuk menipu rakyatnya sendiri, menarik pihak netral, dan menyesatkan musuh."[9] Harold Lasswell melihatnya sebagai aturan yang berguna untuk membangkitkan gairah. kebencian, dan bahwa "jika pada awalnya mereka tidak membuat marah, gunakanlah kekejaman. Hal ini telah digunakan dengan keberhasilan yang tidak berubah-ubah dalam setiap konflik yang diketahui manusia."[3]

Upaya Menghindari Propaganda Kekejaman

Cara menghindari propagana kekejaman dapat kita mulai dari kita sendiri, yaitu sikap kritis. Sikap Kritis dalam memilih informasi dapat menghindarkan masyarakat dari jebakan informasi yang salah, tentunya hal ini dapat membuat kita terhindar dari sebuah propaganda. Dengan cara bersikap kritis dipercaya akan menganalisa sebuah informasi yang didapatkan dengan baik, dan akan secara objektif menentukan sikap yang harus diambil dari informasi tersebut. [5] 

Selain itu, dengan kita bersikap kritis dapat menghindarkan diri dari paparan garakan terorisme yang pada umumnya mengandalkan propaganda melalui informasi yang keliru (hoaks), informasi salah kaprah (misinformasi) dan ujaran kebencian (hate speech). Upaya berpikir kritis ini, lanjutnya merupakan proses panjang yang perlu untuk terus diingatkan pada masyarakat. Harapannya, masyarakat bisa melakukan deteksi dini terhadap tumbuhnya misinformasi yang kelak akan menjadi bibit paham intoleransi dan radikalisme di tengah-tengah masyarakat.[5]

Referensi

  1. ^ Redaksi (2023-10-25). "Apa itu Atrocity Propaganda yang Dilakukan Israel? Ini Penjelasannya". linfo.id. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  2. ^ MacDougall, Curtis D., Understanding Public Opinion: A Guide for Newspapermen and Newspaper Readers (New York: Macmillan, 1952) pp. 101–102
  3. ^ Ponsonby, p.128
  4. ^ David L. Miller (2013). Introduction to Collective Behavior and Collective Action: Third Edition. Waveland Press. hlm. 98. ISBN 978-1478610953. 
  5. ^ a b "Pentingnya Bersikap Kritis terhadap Propaganda Kelompok Teror". NU Online. Diakses tanggal 2024-12-20.