Paus Kalistus I
Santo Paus Kalistus I (bahasa Latin: Callistus I), yang hidup pada akhir abad ke-2 hingga awal abad ke-3, merupakan salah satu pemimpin Gereja Katolik awal yang menghadapi tantangan besar dalam menjaga kemurnian iman dan kesatuan gereja. Ia menjabat sebagai Uskup Roma dari sekitar tahun 217 hingga 222 M, selama periode penuh gejolak di bawah Kekaisaran Romawi. Sebagai martir dan santo dalam Gereja Katolik, Kalistus dikenang karena kontribusinya dalam menyusun ajaran gereja dan keberaniannya menghadapi penganiayaan.
Santo Paus Kalistus I | |
---|---|
Uskup Roma | |
Gereja | Gereja Katolik |
Awal masa kepausan | ca 218 |
Akhir masa kepausan | ca 222 |
Pendahulu | Zefirinus |
Penerus | Urbanus I |
Imamat | |
Tahbisan imam | 199 (diakonat) oleh Zefirinus |
Informasi pribadi | |
Meninggal | 222 Roma[1] |
Orang kudus | |
Hari heringatan | 14 Oktober |
Pelindung | Pekerja di pemakaman[2] |
Paus lainnya yang bernama Kalistus |
Kehidupan Awal
suntingTidak banyak yang diketahui tentang kehidupan awal Paus Kalistus I. Ia diyakini lahir pada akhir abad ke-2 di Roma atau wilayah sekitarnya. Kalistus berasal dari latar belakang sederhana dan pernah menjadi seorang budak. Menurut catatan Santo Hippolitus dari Roma, ia melayani dalam rumah seorang Kristen kaya bernama Carpophorus. Dalam perjalanan hidupnya, Kalistus menunjukkan bakat dan kesetiaan yang luar biasa, yang kemudian mengantarkannya pada posisi penting di dalam komunitas Kristen awal.
Perjalanan Menuju Kepemimpinan Gereja
suntingSetelah mendapatkan kebebasannya, Kalistus menjadi bagian dari komunitas Kristen yang berkembang di Roma. Ia dipercaya untuk mengelola dana komunitas, tetapi mengalami kegagalan finansial yang membuatnya dipenjarakan. Meskipun mengalami banyak penderitaan, Kalistus tetap setia pada imannya. Dalam tradisi Kristen, ia disebut mengalami pertobatan mendalam selama masa penahanannya.
Setelah dibebaskan, Kalistus mendapatkan kepercayaan dari Paus Zefirinus (199–217) dan diangkat sebagai diakon, sebuah jabatan penting yang melibatkan pelayanan kepada umat dan administrasi gereja. Ia juga ditugaskan untuk mengelola Coemeterium Callisti, kompleks makam Kristen yang kini dikenal sebagai Katakombe Kalistus, yang menjadi salah satu peninggalan terpenting Gereja Katolik.
Pontifikat dan Kontroversi
suntingPada tahun 217 M, setelah wafatnya Paus Zefirinus, Kalistus terpilih sebagai Uskup Roma. Pontifikatnya berlangsung di tengah-tengah pertikaian doktrin dan perpecahan dalam gereja. Salah satu tantangan terbesarnya adalah menghadapi kelompok bidat yang memecah belah kesatuan umat Kristen.
Paus Kalistus dikenal karena pendekatannya yang penuh belas kasih terhadap orang-orang yang jatuh dalam dosa besar, seperti murtad, perzinahan, dan pembunuhan. Ia percaya bahwa pertobatan sejati dapat membawa pengampunan Allah, dan oleh karena itu, ia mengizinkan para pendosa besar untuk kembali ke dalam persekutuan gereja setelah menjalani penitensi. Pandangan ini memicu konflik dengan kaum rigoristis, termasuk Santo Hippolitus, yang menuduh Kalistus terlalu lunak terhadap dosa.
Dalam hal doktrin, Paus Kalistus mempertegas ajaran tentang Trinitas, menolak ajaran Sabellianisme, yang menyatakan bahwa Allah hanya memiliki satu pribadi yang muncul dalam tiga bentuk berbeda. Ia juga menentang Montanisme, sebuah gerakan yang mengajarkan penekanan berlebihan pada karisma rohani dan nubuat.
Penganiayaan dan Kesyahidan
suntingKepemimpinan Kalistus berlangsung di bawah pemerintahan Kaisar Septimius Severus dan Kaisar Heliogabalus. Meskipun situasi umat Kristen agak membaik dibandingkan masa sebelumnya, penganiayaan masih sering terjadi. Kalistus sendiri akhirnya menjadi korban kekerasan anti-Kristen.
Menurut tradisi, Kalistus wafat sebagai martir pada tahun 222 M. Ia diduga dilemparkan ke dalam sumur dan meninggal karena mempertahankan imannya. Reliknya kemudian dihormati oleh umat Kristen, dan ia dimuliakan sebagai santo.
Warisan dan Kanonisasi
suntingPaus Kalistus I dihormati sebagai salah satu martir awal gereja. Ia dikanonisasi sebagai santo, dan hari peringatannya dirayakan pada tanggal 14 Oktober. Katakombe Kalistus, yang ia kelola semasa hidupnya, tetap menjadi situs penting dalam sejarah Gereja Katolik, menjadi saksi bagi iman dan pengorbanan umat Kristen awal.
Kepemimpinan Kalistus memberikan pelajaran berharga tentang belas kasih, pengampunan, dan kesetiaan pada iman di tengah kesulitan. Ia meninggalkan warisan yang menginspirasi umat Kristen untuk terus mempertahankan kesatuan gereja di tengah-tengah tantangan.
Referensi
sunting- ^ The Editors of Encyclopædia Britannica. "Saint Calixtus I". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 14 Agustus 2016.
- ^ Jones, Tery M. "Pope Saint Callistus I". Saints.SQPN.com. Star Quest Publication Network. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.
- Kelly, J.N.D. The Oxford Dictionary of Popes. Oxford University Press, 1986.
- Chapman, John. “Pope Callistus I.” The Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company, 1908.
- Coogan, Michael. The History of the Early Church. Cambridge University Press, 2005.
Didahului oleh: Zefirinus |
Paus 217 – 222 |
Diteruskan oleh: Urbanus I |