Paus Gelasius I
Paus Gelasius I (bahasa Latin: Gelasius PP. I) adalah Paus Gereja Katolik Roma yang memerintah dari tanggal 1 Maret 492 hingga wafatnya pada tanggal 21 November 496. Ia dikenal sebagai seorang teolog yang brilian, pemimpin rohani yang tegas, dan pelopor doktrin Dua Kuasa (kekuasaan rohani dan kekuasaan duniawi). Paus Gelasius I lahir di Afrika Utara, kemungkinan besar dari keluarga Romawi-Afrika, dan merupakan salah satu dari sedikit Paus asal Afrika dalam sejarah Gereja Katolik.
Santo Paus Gelasius I | |
---|---|
Awal masa kepausan | 492 |
Akhir masa kepausan | 19 November 496 |
Pendahulu | Felix III |
Penerus | Anastasius II |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Gelasius |
Lahir | tidak diketahui Roma, Italia |
Meninggal | 19 November 496 Roma, Italia |
Paus lainnya yang bernama Gelasius |
Kehidupan Awal
Gelasius lahir sekitar tahun 410 di wilayah Afrika Utara, yang pada masa itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi. Sedikit informasi tersedia mengenai masa mudanya, tetapi ia diduga menerima pendidikan yang sangat baik, terutama dalam bidang teologi, filsafat, dan hukum kanon. Sebelum menjadi Paus, Gelasius dikenal sebagai seorang imam yang saleh dan teolog yang bersemangat dalam membela ajaran Gereja.
Gelasius mulai dikenal dalam hierarki Gereja ketika ia diangkat sebagai sekretaris Paus Simplisius (468–483) dan kemudian melanjutkan pelayanan di bawah Paus Feliks III (483–492). Dalam kapasitas ini, ia memainkan peran penting dalam urusan administrasi Gereja dan penyusunan dokumen-dokumen teologis.
Kepausan
Permasalahan Skisma Akasia
Ketika Gelasius menjadi Paus pada tahun 492, Gereja menghadapi tantangan besar akibat Skisma Akasia (Acacian Schism). Konflik ini terjadi karena perbedaan doktrin antara Gereja Barat yang berpusat di Roma dan Gereja Timur yang berpusat di Konstantinopel. Patriark Akasia dari Konstantinopel telah mendukung doktrin Monofisitisme, yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat ilahi. Paus Gelasius menegaskan ajaran Konsili Kalsedon (451) bahwa Kristus memiliki dua kodrat, yaitu ilahi dan manusia, yang bersatu tanpa bercampur.
Gelasius mengutuk Patriark Akasia dan mendukung ekskomunikasi terhadapnya, suatu langkah yang mempertegas otoritas paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja. Meski konflik ini tidak terselesaikan selama masa kepausannya, usaha Gelasius memperlihatkan keberanian dan ketegasan dalam mempertahankan kebenaran iman.
Doktrin Dua Kuasa
Salah satu warisan terpenting dari Gelasius adalah doktrinnya tentang Dua Kuasa (Duo Sunt), yang ia jabarkan dalam surat kepada Kaisar Anastasius I pada tahun 494. Dalam doktrin ini, Gelasius menyatakan bahwa dunia ini diatur oleh dua kuasa utama, yakni kuasa rohani (auctoritas sacrata pontificum) yang dimiliki oleh Gereja dan kuasa duniawi (regalis potestas) yang dimiliki oleh para penguasa sekuler.
Menurut Gelasius, kuasa rohani lebih tinggi daripada kuasa duniawi karena menyangkut keselamatan jiwa manusia. Doktrin ini menjadi dasar bagi hubungan antara Gereja dan negara di dunia Kristen Barat selama berabad-abad berikutnya.
Liturgi dan Kanonisasi Kitab Suci
Gelasius juga berperan penting dalam pembentukan liturgi Gereja. Ia menyusun Sacramentarium Gelasianum, sebuah kumpulan doa dan tata liturgi yang menjadi dasar bagi perkembangan liturgi Romawi. Selain itu, ia mengesahkan kanon Kitab Suci yang sebelumnya telah ditetapkan oleh para pendahulunya, memastikan bahwa tulisan-tulisan yang diterima dalam Gereja benar-benar merupakan firman Allah.
Gelasius dikenal karena menentang pengaruh paganisme yang masih bertahan di Kekaisaran Romawi. Ia mengganti perayaan pagan Lupercalia dengan pesta Hari Santo Valentinus, memperlihatkan usahanya untuk mengkristenkan budaya Romawi.
Wafat dan Kanonisasi
Paus Gelasius I wafat pada tanggal 21 November 496. Ia dimakamkan di Basilika Santo Petrus di Roma. Gereja Katolik menghormatinya sebagai santo, dan hari peringatannya dirayakan setiap tanggal 21 November.
Warisan dan Pengaruh
Gelasius dikenang sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berani dalam menghadapi tantangan teologis dan politik. Doktrinnya tentang Dua Kuasa menjadi dasar penting dalam hubungan antara Gereja dan negara sepanjang Abad Pertengahan. Ia juga dikenang sebagai seorang reformator liturgi dan pembela ortodoksi iman.
Sebagai seorang teolog dan Paus, Gelasius menunjukkan bagaimana iman yang teguh dan pemikiran yang mendalam dapat membimbing Gereja melewati masa-masa sulit. Dalam kata-kata terakhirnya, ia menegaskan keyakinannya akan kasih karunia Allah yang memimpin Gereja-Nya sepanjang zaman.
Referensi
Didahului oleh: Felix III |
Paus 492 – 496 |
Diteruskan oleh: Anastasius II |