Paus Silverius
Paus Silverius (bahasa Latin: Silverius, wafat 2 Desember 537) adalah seorang Paus Gereja Katolik yang memerintah dari tanggal 8 Juni 536 hingga pencopotannya pada Maret 537. Ia adalah putra dari Paus Hormisdas, yang sebelumnya memimpin Gereja Katolik dari tahun 514 hingga 523. Paus Silverius menjadi martir karena konflik politik dan agama yang melibatkan Kekaisaran Bizantium dan sekte Monofisitisme pada masanya.
Paus Silverius | |
---|---|
Awal masa kepausan | 8 Juni 536 |
Akhir masa kepausan | Maret 537 |
Pendahulu | Agapitus I |
Penerus | Vigilius |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Silverius |
Lahir | tidak diketahui |
Meninggal | 20 Juni 537 Palmarola, Italia |
Awal Kehidupan
suntingSilverius lahir di Frosinone, Italia Tengah, pada sekitar awal abad ke-6. Ia adalah seorang diakon sebelum terpilih menjadi Paus. Silverius dikenal sebagai pribadi yang saleh dan memiliki dedikasi besar terhadap iman Katolik yang benar, sebagaimana diajarkan oleh Konsili Kalsedon pada tahun 451.
Silverius menjadi paus dalam situasi politik yang penuh gejolak. Kekaisaran Bizantium di bawah Kaisar Yustinianus I berusaha untuk menegakkan kembali kekuasaan Romawi di Barat dan menyingkirkan raja Ostrogoth, Theodahad. Selain itu, ada tekanan dari Kaisar dan Permaisuri Theodora untuk mendukung kebijakan yang lebih akomodatif terhadap kaum Monofisit.
Pemilihan Sebagai Paus
suntingSilverius terpilih menjadi paus pada tahun 536 setelah kematian Paus Agapitus I. Pemilihannya dipengaruhi oleh Theodahad, Raja Ostrogoth, yang mendukungnya dengan harapan Silverius akan menjadi pemimpin yang patuh terhadap kepentingan Ostrogoth. Silverius segera menghadapi tantangan besar berupa upaya Theodora untuk memaksanya menerima Antimus, seorang uskup yang dicopot dari jabatannya karena mendukung Monofisitisme, sebagai Patriark Konstantinopel.
Konflik Dengan Permaisuri Theodora
suntingTheodora, permaisuri Kaisar Yustinianus I, menginginkan seorang paus yang mendukung Monofisitisme, sebuah ajaran yang ditolak oleh Gereja Kalsedon. Silverius menolak tekanan ini dengan tegas, menegaskan komitmennya kepada iman ortodoks. Hal ini menyebabkan ketegangan antara Paus Silverius dan pemerintah Bizantium.
Theodora kemudian memanfaatkan Jenderal Belisarius, yang memimpin pasukan Bizantium dalam Perang Gothik, untuk melawan Silverius. Tuduhan palsu dibuat bahwa Silverius telah berkhianat dengan mendukung Ostrogoth dalam pengepungan Roma oleh pasukan Bizantium pada tahun 537.
Pencopotan dan Pembuangan
suntingBelisarius mencopot Silverius dari jabatannya pada Maret 537 dan menggantikannya dengan Vigilius, seorang uskup yang didukung oleh Theodora. Silverius diasingkan ke Pulau Palmarola, sebuah tempat terpencil di Laut Tirenia. Dalam pengasingan, Silverius menderita kelaparan dan perlakuan buruk. Ia meninggal pada 2 Desember 537, kemungkinan besar akibat penderitaan fisik yang berat.
Kanonisasi dan Warisan
suntingSilverius dihormati sebagai martir Gereja Katolik. Ia dimakamkan di tempat pengasingannya, dan makamnya segera menjadi tempat ziarah bagi umat beriman. Gereja kemudian mengangkatnya sebagai santo, dan ia diperingati setiap tanggal 20 Juni. Silverius dikenang sebagai paus yang mempertahankan iman Katolik dengan setia meskipun menghadapi tekanan politik yang besar.
Referensi
sunting- Liber Pontificalis
- Eksekusi karya Procopius dari Caesarea, De Bello Gothico
- Konsili Kalsedon, 451
- Ensiklopedia Katolik, edisi 1913