Tasitolu

Revisi sejak 2 Januari 2025 16.42 oleh Rio Yodhatama (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tasitolu (bahasa Portugis: Tasitolu, bahasa Tetun: Tasitolu atau Tasi tolu, terj. har.'tiga air') adalah sebuah cagar alam yang terletak di pesisir utara Timor Leste, tepatnya di daerah Dom Aleixo, 8 kilometer ke arah barat pusat kota Dili.[1] Wilayah perairannya terdiri atas tiga danau garam serta sebuah pantai dengan pelumampahan. Area Burung Penting yang ada di kawasan ini melindungi sejumlah spesies yang hampir terancam. Dengan signifikansi sejarah dan budayanya, Taman Perdamaian Tasitolu diresmikan di kawasan ini pada tahun 2002. Pada tahun 2004, sebuah proyek reforestasi yang mengikutsertakan masyarakat lokal dilaksanakan dengan dukungan dana pemerintah.

  • Tasitolu
    • Tasitolu  (Portugis)
    • Tasitolu / Tasi tolu  (Tetum)

LetakSuco Comoro, Dom Aleixo, Timor Leste
Kota terdekatDili

Menyusul Krisis Timor Leste 2006, beberapa ratus orang mengungsi ke kamp tenda Tasitolu yang didirikan oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi. Di kawasan ini juga pernah berdiri pangkalan bagi INTERFET, pasukan perdamaian internasional yang dikoordinasi Australia dan bernaung di bawah PBB.[1]

Geografi

sunting

Secara geografis, Tasitolu terletak di bagian barat Suco Comoro yang menjadi bagian dari Pos Administratif Dom Aleixo, Distrik Dili. Kawasan ini menghadap Selat Wetar yang menjadi bagian dari Laut Sawu. Kawasan cagar alam Tasitolu memiliki luas 700 hektare yang terdiri dari tiga danau garam permanen dangkal yang dikelilingi lahan basah. Dalam waktu-waktu tertentu, air danau berubah menjadi merah yang kemungkinan diakibatkan oleh alga merah. Selain itu, terdapat pula pantai yang kaya akan biota laut dan tidak berarus yang menjadikannya salah satu lokasi menyelam paling populer di Timor Leste.[2][3] Tasitolu bersama Areia Branca, Hera, Metinaro, dan Tibar menjadi bagian dari kawasan lahan basah dengan dataran lumpur serta habitat bakau yang luas.[4]

Kawasan Tasitolu dilintasi oleh jalan raya yang menghubungkan Dili dengan Kupang. Akses transportasi umum cukup mudah dengan adanya Terminal Bus Tasitolu di 500 meter arah utara dari danau garam paling timur dan Bandar Udara Internasional Presiden Nicolau Lobato di 1,5 kilometer arah timur dari kawasan ini.

Sejarah

sunting

Mengenai perubahan warna air danau garam menjadi merah, sebagian orang mempercayai bahwa penyebabnya adalah penguburan massal pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai konflik di masa lampau. Perubahan warna terakhir terjadi pada tahun 1975, 1999, dan 2006 yang merupakan tahun-tahun konflik dalam sejarah Timor Leste, yakni Operasi Seroja, Krisis 1999, dan Krisis 2006, sehingga menimbulkan konspirasi akan korelasinya. Pada masa pendudukan Indonesia, Tasitolu merupakan tempat pertemuan populer bagi ABRI. Menyusul invasi 1975, sejumlah pasukan Maubere tewas di tempat ini dengan sebagiannya akibat penerbangan kematian.[5][6]

Pada dekade 1980-an, sebuah rumah menyerupai Uma Lulik dibangun menghadap pesisir dalam rangka persiapan menyambut kunjungan Paus Yohanes Paulus II. Paus kemudian datang pada Oktober 1989 dan memimpin misa di rumah tersebut yang dijadikan sebagai "Altar Tasitolu" dengan berbahasa Tetun dan Inggris.[7][8]

Pada tahun 2002, Deklarasi Kemerdekaan Timor Leste dilakukan di Tasitolu.[9] Terbaru, pada September 2024, Paus Fransiskus menjadi paus kedua yang memimpin misa di Tasitolu, dengan massa sebanyak 600.000 orang atau setengah populasi Timor Leste.[10][11]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Wheeler, Tony (2004). East Timor. Lonely Planet. hlm. 62. ISBN 978-1-74059-644-2. Diakses tanggal 2025-01-02.
  2. ^ "Tasi Tolu Dive Site in Timor". Liveaboard Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-02. 
  3. ^ "Tasi Tolu - Diving in West Dili, East Timor - Wannadive.net - World dive site atlas". www.wannadive.net. Diakses tanggal 2025-01-02. 
  4. ^ Trainor, C. R., Santana, F., Rudyanto, Xavier, A. F., Pinto, P. dan de Oliveira, G. F. (2007) Important Bird Areas in Timor-Leste: Key sites for conservation. Cambridge, UK: BirdLife International. ISBN 978-0-946888-59-7.
  5. ^ Rei, Naldo (2007). Resistance: A Childhood Fighting for East Timor. Univ. of Queensland Press. hlm. 62. ISBN 978-0-7022-3632-7. Diakses tanggal 2025-01-02.
  6. ^ O'Leary, Olivia (1992). "In cold blood : the massacre of East Timor". First Tuesday. Yorkshire Television. ITV.
  7. ^ "12 October 1989, Holy Mass at the esplanade of "Tasi- Tolu" in Dili", Indonesia | John Paul II". www.vatican.va. Diakses tanggal 2025-01-02. 
  8. ^ Far Eastern Economic Review. Oktober 1989. Diakses tanggal 2025-01-02.
  9. ^ "East Timor marks independence - Taipei Times". www.taipeitimes.com. 2012-05-21. Diakses tanggal 2025-01-02. 
  10. ^ Magramo, Christopher Lamb, Helen Regan, Kathleen (2024-09-09). "Pope Francis' Mass in one of world's most Catholic nations gathers almost half its population". CNN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-02. 
  11. ^ "Pope Francis' Mass in East Timor draws 600,000 people, nearly half the population". AP News (dalam bahasa Inggris). 2024-09-10. Diakses tanggal 2025-01-02.